TUGAS BAHASA INDONESIA
DISUSUN
OLEH :
KELOMPOK 2 :
NUGRAH PRATAMA
ISWAN IZZULHAQ
M. MAHMUD HIJAZY NASIR
MUH. WAHYU APRIANSYAH
KELAS : XI
MIA 2
SMA
NEGERI 1 SUNGGUMINASA
TAHUN
AJARAN 2016/2017
Menemukan
Butir-Butir Penting
Dari Buku Pengayaan Fiksi
Resensi
Buku “Surga Juga di Telapak Kaki Ayah”
Isi Buku Fiksi
Novel ini berisi tentang
cerita sosok seorang ayah dalam sebuah keluarga. Yang didalamnya banyak
cerita-cerita tentang ayah yang selalu berjuang, berkorban, bahkan rela apapun
demi keluarga khususnya seorang anak. Karena dimata ayah, anaknya itu seperti
sudah sangat menyatu mereka tidak jarang ingin selalu to do something everywhere for a child, ingin selalu melihat
anak-anaknya hidup bahagia sebisa mungkin. Intinya novel ini akan dapat membuat
para pembaca kagum akan sosok ayah dan merasa terharu juga bahkan menitihkan
air mata sederas mungkin karena ceritanya yang sarat dengan makna kehidupan.
Di
dalam novel ini juga para pembaca akan menemukan beragam pengorbanan ayah untuk
sebuah keluarga termasuk seorang anak yang dicintainya. Betapa besar kasih
sayang ayah untuk bisa menopang semua beban sebuah keluarga.
Cinta Ayah tak perlu
terdengar dan keluar dari bibirnya. Dia tak butuh kata-kata cinta kasih untuk
mengungkapkan cintanya. Tapi dia butuh perbuatan nyata, bahwa dia selalu siap
dengan sekian lindungannya bagi anak-anaknya.
Seorang Ayah tak berlebihan,
bahkan merasa tak perlu mengucapkan kata sayang kepada anaknya. Ayah ingin
anak-anaknya punya lebih banyak kesempatan daripada dirinya, menghadapi lebih
sedikit kesulitan, lebih tidak tergantung pada siapapun, tetapi selalu
membutuhkan kehadirannya.
Ayah membiarkan kamu menang
dalam permainan ketika kamu masih kecil, tapi dia tidak ingin kamu
membiarkannya menang ketika kamu sudah besar.
Ayah tidak ada di album foto
keluarga, karena dia yang selalu memotret. Ayah selalu tepati janji! Dia akan
memegang janjinya untuk membantu seorang teman, meskipun ajakanmu untuk pergi
sebenarnya lebih menyenangkan. Ayah selalu sedikit sedih ketika melihat
anak-anaknya pergi bermain dengan teman-teman mereka, karena dia sadar itu
adalah akhir masa kecil mereka.
Ayah mulai merencanakan hidupmu
ketika tahu bahwa ibumu hamil (mengandungmu), tapi begitu kamu lahir, ia mulai
membuat revisi. Ayah membantu membuat impianmu jadi kenyataan bahkan diapun
bisa meyakinkanmu untuk melakukan hal-hal yang mustahil, seperti mengapung
diatas air setelah ia melepaskannya. Ayah mungkin tidak tahu jawaban segala
sesuatu, tapi ia membantu kamu mencarinya. Ayah mungkin tampak galak dimatamu,
tapi dimata teman-temanmu dia tampak baik dan menyayangimu.
Ayah lambat mendapat teman,
tapi dia bersahabat seumur hidup. Ayah benar-benar senang membantu seseorang,
tapi ia sukar meminta bantuan. Ayah di dapur. Membuat masakan seperti
penjelajahan ilmiah. Dia punya rumus-rumus dan formula racikannya sendiri, dan
hanya dia sendiri yang mengerti bagaimana menyelesaikan persamaan-persamaan
rumit itu. Dan hasilnya? Hmmmm” tidak terlalu mengecewakan”.
Ayah mungkin tidak pernah
menyentuh sapu ketika masih muda, tapi ia bisa belajar dengan cepat. Ayah
paling tahu bagaimana mendorong ayunan cukup tinggi untuk membuatmu senang tapi
tidak takut. Ayah akan memberimu tempat duduk terbaik dengan mengangkatmu di
bahunya, ketika pawai lewat. Ayah tidak akan memanjakanmu ketika kamu sakit,
tapi ia tidak akan tidur semalaman. Siapa tahu kamu membutuhkannya.
Ayah menganggap orang itu harus
berdiri sendiri, jadi dia tidak mau memberitahumu apa yang harus kamu lakukan,
tapi ia akan menyatakan rasa tidak setujunya. Ayah percaya orang harus tepat
waktu, karena itu dia selalu lebih awal menunggumu. Dan dia tak suka anaknya
menunggunya meski hanya sekian detik. Baginya lebih baik menjadi penunggu.
Bagian – Bagian Buku Fiksi (Unsur Instrinsik dan Ekstrinsik)
Unsur-Unsur Intrinsik Novel “Surga Juga di Telapak Kaki
Ayah” (Safira Atalla)
a) Tema
Tema cerita dalam novel ini
adalah menceritakan berbagai sosok Ayah yang tangguh dan penuh pengorbanan
untuk anak-anaknya.
b) Penokohan
Tokoh-tokoh
dalam novel ini adalah;
1) Ayah, mengajarkan untuk selalu
berbuat baik;
2) lelaki tua bernama Zhou, bijaksana
dan tulus;
3) anak Zhou, tabah dan sabar;
4) tetangga Pak Zhou, penuh simpati dan
empati;
5) Ayah, pandai mendidik anak,
bijaksana;
6) Siao Bao, pintar, suka marah-marah,
manja;
7) Ibu, penuh perhatian;
8) Ayah, sudah tua dan penuh kesabaran;
9) anak, gampang bosan dan tidak
sabaran;
10) Charlie Chaplin, aktor komedi Inggris yang
multitalent, ayah yang bijaksana;
11) Geraldine Chaplin, putri Charlie Chaplin;
12) Sydney Chaplin, saudara perempuan Charlie Chaplin;
13) Fred Karno, produser film;
14) Danil, remaja yang pantang menyerah dan bangkit dari
keterpurukannya;
15) Pelatih;
16) Ayah, selalu mendukung anaknya;
17) Ayah, perhatian dan sayang terhadap anak-anaknya tanpa
membedakan apapun;
18) Derek Redmond, atlet pelari olimpiade asal Inggris,
optimis, pantang menyerah;
19) Jim, ayah Derek, selalu mendampingi dan mendukung
anaknya dalam situasi apapun;
20) Ayah yang jujur dan berusaha bijaksana menuju
jalanNya;
21) Ayah, dokter dermawan, baik hati;
22) Ibu, wanita tangguh tanpa keluh;
23) Bablu Jatav, pria penarik becak berusia 38 tahun, ayah
yang penuh tanggung jawab;
24) Mikio Okada, ayah yang melindungi putrinya dari
bencana badai;
25) Ayah, penyayang dan tulus;
26) Vina, balita yang masih polos;
27) Ayah yang rela berkorban;
28) Anak yang rela dan tabah dengan keputusan ayah;
29) Danu, ayah yang rela bertahan demi masa depan anak
dalam perkawinannya;
30) John Griffith, ayah yang rela mengorbankan anaknya
untuk keselamatan penumpang;
31) Raymond, anak yang cacat tetapi baik hati dan tidak
pernah minder;
32) Pak Jun Nan, ayah yang berjuang dan berkorban untuk
sang anak;
33) Istri pak jun nan, baik dan setia;
34) Pramugari, baik hati, ramah, dan penyayang;
35) Ayah yang akan melakukan apapun demi tanggung jawab
merawat anaknya; dan
36) Ayah yang hebat karena
perjuangan merawat anaknya untuk tidak hidup seperti dia kelak dengan penuh
tulus dan cinta.
c) Alur
Alur cerita dalam novel ini adalah alur maju.
d) Sudut
pandang
Sudut pandang cerita dalam novel ini adalah sudut pandang orang
ketiga.
e) Gaya
bahasa
Gaya bahasa yang digunakan mudah dimengerti dan
dipahami oleh pembaca. Gaya bahasanya menceritakan cerita dalam novel ini adalah menggunakan bahasa sehari-hari yang mudah dicerna makna dan
artinya jadi pembaca tidak kebingungan mengartikan makna ceritanya.
f) Latar
Latar tempat : Sebuah Gunung, Rumah, Sebuah
Desa, Kerajaan, Medan Perang, Di Halaman, Dalam Rumah, Rumah Penampungan Orang
Miskin, Lambeth, London, Gedung Teater, Kota Kecil, Lapangan Sepak Bola,
Stadion, Korea, Pasar Malam, India, Kota Bharatpur, Jepang, Mall Ambassador,
Perjalanan, Mcdonald Arion, Rumah Sakit Bunda, Jakarta Timur, Halte, Kamar,
Spanyol, Kantor Surat Kabar, China, Beijing, kebun, kantor, dan Sekolah Dasar.
Latar waktu : Suatu hari, siang hari,
beberapa bulan kemudian, malam hari, pagi di hari Minggu, sore hari, hari
Sabtu, hari Selasa, olimpiade barcelona 1992, 1998, setiap hari pukul 4 pagi,
hari senin, pukul 6.45, pukul 11.40, hari kamis malam, tanggal 21 November
2010, dan pukul 12 siang.
Latar suasana : Suasana haru, sedih, suka cita, duka cita, bingung, bangga, kagum, bahagia,
dilema, menghargai, dan penuh pengorbanan dari figur ayah.
g) Amanat
Amanat yang terkandung dalam novel ini adalah :
1) Sayangilah kedua orang tua kita;
2) jangan menanam keburukan karena kelak
akan ada balasannya;
3) kita sebagai manusia baiknya menerima
semua yang telah digariskan tuhan, suka duka ikhlas menjalaninya tanpa keluh
dan perhitungan;
4) jangan selalu marah-marah kepada
orang lain karena ucapan kemarahan dan suatu kebencian kepada orang lain akan
meninggalkan luka meskipun telah berulang kali meminta maaf;
5) belajarlah untuk mengontrol diri
kita;
6) bersabarlah dalam menjalani semua
fase kehidupan;
7) rajinlah bersedekah;
8) selalu berikap rendah hati walau
sedang berada di atas;
9) jangan pernah menyerah untuk jadi
juara dan menggapai impian;
10) hargailah pemberian orang lain sebab kita tak tahu
semua itu akan mendatangkan suka atau duka;
11) jika ingin mendapatkan cinta dan teman dalam hidup,
maka minta da pesanlah pada yang MahaCinta, yang menciptakan Cinta itu ada;
12) turutilah nasihat orang tua;
13) jagalah ucapan agar tidak menyakiti hati;
14) sebaiknya telaah dulu tentang diri sendiri sebelum
menilai tentang diri orang lain; dan
15) sadarilah kesalahan diri yang
terus menerus menggunung tinggi.
Unsur-Unsur
Ekstrinsik Novel “Surga Juga di Telapak Kaki Ayah”
(Safira Atalla)
a) Identitas Buku
Judul : Surga Juga di Telapak Kaki Ayah
Penulis : Safira Atalla
Penyunting : Puji Lestari
Perancang Sampul : F. S. Setiawan Edy
Penata Letak : Robin
Cetakan 1 : Jakarta : Padi, 2013
Tebal : 13 cm x 19 cm, 216 halaman
ISBN : 978-602-1595-11-4
Warna :
Krem
b) Latar belakang pengarang
-
c) Nilai
yang terkandung
Nilai Sosial :
1) Seimbangkanlah
waktu antara dengan keluarga dan dengan pekerjaan, jangan sampai kita menyesal
karena kehilangan keluarga yang sangat berharga dan dicintai;
2) Menjaga
mulut dari ucapan agar tidak menyakiti orang lain itu lebih baik daripada
mengucapkan jujur tapi sangat tidak manusiawi; dan
3) Menghargai
orang lain itu adalah perilaku yang membuat anda juga dihargai nantinya.
Nilai Moral :
1) Mengajarkan
untuk selalu berbuat baik supaya kelak mendapat balasan kebaikan juga dalam
hidup ini, karena hasil yang akan dipetik sesuai dengan apa yang kita tanam;
2) Jadilah
manusia suci dan satu hati karena lapar menerima sedekah dan mati dalam
kemiskinan adalah seribu kali lebih mudah dari pada kehinaan dan tidak memiliki
perasaan; dan
3) Ternyata
warisan jiwa sangat berarti dan lebih bermakna untuk diterapkan dalam kehidupan
yang akan mengiringi skenario Tuhan, dan perbuatan baik akan membuahkan
kebaikan juga.
Nilai Religius :
1) Bersyukurlah
atas nikmat diberikannya orang tua yang selalu menyayangi tanpa bandingan
apapun, tangguh tanpa keluh apapun, bertanggung jawab, bijaksana dan penuh
cinta kasih kepada kita selaku anak yang tidak jauh hanya merepotkan mereka
dengan segala rengekan dan permintaan yang terkadang menyusahkan;
2) Bertawakal
setelah kita semampunya berusaha dalam hidup itu mengagumkan daripada hanya
banyak bicara tanpa usaha apapun;
3) Manusia
ibarat orang cacat yang melakukan segala sesuatu itu tanpa sempurna, tapi
terkadang keluarga tetap menerima karena cinta kasih yang besar. Manusia yang
selalu dilakukannya adalah kesalahan, ketidaksempurnaan menjalani fase
kehidupan, keburukan, perbuatan terlarang, amal yang kurang, tetapi ampunan
Tuhan dan rahmatNya melangit luas walau dosa telah menggunung tinggi;
4) Menjalani
hidup yang terkadang tak sesuai dengan keinginan adalah hal yang membosankan
karena tidak adanya perubahan, tetapi keikhlasan akan mengantarkan untuk
mendapat keridhaanNya;
5) Mengajarkan
untuk selalu menerima yang telah digariskan Tuhan dengan selalu bersyukur
karena hidup pada hakikatnya adalah suka dan duka dan semua ada hikmah
dibaliknya;
6) Jangan
melupakan Tuhan dan wajib selalu bersyukur kepada Tuhan atas apa yang telah
diberikan, sisihkanlah untuk orang-orang yang sangat mebutuhkan; dan
7) Semua
yang dimiliki adalah titipan Tuhan maka harus dijaga dengan baik.
Nilai Pendidikan :
1) Mengajarkan
untuk selalu sabar dalam menjalani semua fase kehidupan yang terkadang
membosankan dan ingin lari dari kenyataan, jangan putus asa dan patah semangat;
2) Selalu
berjuanglah karena semangat dan keyakinan adalah kunci keberhasilan;
3) Mengorbankan
sesuatu yang dimiliki terkadang sangat berat, tetapi jika yang dikorbankan akan
mendatangkan suatu kebaikan dan melahirkan generasi baik maka itu lebih baik
daripada mengutamakan kepentingan pribadi; dan
4) Satu
ayah akan lebih berharga daripada 100 guru di sekolah (George Herbert), Jangan
menghabiskan waktu untuk kerja terus menerus, tapi kasihilah dan sayangi
keluarga terutama anak-anak karena mereka butuh ajaran dari figur ayah yang
selalu menenangkan dalam situasi apapun.
Ulasan Terhadap Buku Fiksi
Tujuan Penulis dan Resensi Buku :
Kami menganalisa penulis
buku ini bahwa tujuannya menulis sebuah buku berjudul “SURGA JUGA DI TELAPAK
KAKI AYAH” adalah untuk mendeskripsikan sosok ayah yang begitu sangat berarti
dalam hidupnya, dan membuat para pembaca tahu akan berharganya, berjasanya, dan
sangat sangat menjadi anugerah terindah seorang ayah. Menyebarluaskan bahwa
tidak hanya Ibu yang patut mendapat gelar surga ditelapak kakinya tapi juga
Ayah yang selalu berjasa dan mengimbangi peran Ibu.
Penulisan resensi ini juga
tidak jauh dari tujuan penulis novel
tersebut,
karena kami juga pada akhirnya menyadari bahwa seorang ayah sangat penting bagi
kita, karna dengan perjuangan seorang ayah yang selalu mencari nafkah untuk
menafkahi ibu – ibu kita, dan memberi makan kita selaku anak – anaknya.
Manfaat Buku :
Novel karangan Safira Atalla ini sangat bermanfaat
bagi para pembaca dan novel ini juga untuk semua kalangan bisa membacanya
dikarenakan isinya yang menerangkan seseorang dalam interaksi yang masih primer
yaitu Ayah, kami pikir semua orang bisa membacanya agar dapat lebih menghargai
beliau yang berjasa buat kita.
Audiens (Sasaran Pembaca) :
Novel ini ditujukan untuk masyarakat luas, khususnya
para remaja, karena sedang mencari jati diri dan peran ayah sangatlah penting dalam
masa ini.
Sinopsis Buku :
Salah
satu cerita dalam novel ini yang sangat amat penuh makna:
“Ayah, Anak, dan Burung Elang”
Ayah
juga memiliki kesabaran dan ketekunan untuk membimbing anaknya tanpa kekerasan.
Meski kadang sang anak tidak menyambutnya dengan baik. Namun seorang Ayah akan
tetap berusaha menjaga anaknya hingga dewasa, menjadi orang berguna dengan
ketenangannya, menjaga, ada, mendampingi di tiap langkah sang anak tanpa
menuntut balasan.
Pada suatu sore, seorang ayah yang
sudah tua bersama seorang anaknya yang baru menyelesaikan kuliahnya duduk
berbincang-bincang di halaman sambil memperhatikan suasana di sekitar rumah
mereka.
Tiba-tiba seekor burung elang
hinggap diranting pohon. Si ayah lalu menunjuk ke arah elang sambil bertanya,
“Nak, burung apakah itu?”
“Burung Elang,”jawab si anak
Si ayah mengangguk-angguk, namun
beberapa saat kemudian si ayah mengulangi pertanyaan yang sama. Si anak
menyangka ayahnya kurang mendengar jawabannya tadi lalu menjawab dengan sedikit
kuat,
“Itu
burung elang, ayah!” ujarnya agak keras.
Beberapa saat kemudian si ayah
bertanya lagi dengan pertanyaan yang sama. Si anak merasa bingung dengan
pertanyaan sama yang diulang-ulang, lalu menjawab dengan lebih kuat,
“Burung elaaaaaaaaaaaaaang!!!”
Si ayah kemudian terdiam. Namun
tidak lama kemudian sekali lagi sang ayah mengajukan pertanyaan yang serupa
hingga membuat si anak hilang kesabaran dan menjawab dengan nada yang kesal
kepada si ayah,
“Itu
elaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaang! Ayah!”
Si anak semakin heran da kesal
karena si ayah ssekali lagi bertanya dengan pertanyaan yang sama. Dan kali ini
si anak benar-benar hilang sabar dan marah.
“Ayah! Saya tak tahu, ayah paham
atau tidak! Tapi sudah 5 kali ayah bertanya hal yang sama dan saya juga sudah
memberikan jawabannya. Itu burung elang, burung elang ayah.....!”kata si anak
dengan nada yang begitu marah.
Si ayah lalu bangun dan menuju ke
dalam rumah meninggalkan si anak yang kebingungan. Sesaat kemudian si ayah
keluar nlagi denga sesuatu di tangannya. Dia mengulurkan benda itu kepada anaknya
yang masih eram dan bertanya-tanya.
“Coba kamu baca diary ini,”pinta si
ayah.
Hari ini aku bermain bersama anakku
yang berumur 5 tahun. Tiba-tiba seekor elang hinggap di sebuah pohon, anakku
terus menunjuk kearah elang dan bertanya,
“ Ayah apa itu ?”
“ Itu burung elang, jawabku.”
Anakku bertanya soal yang serupa
sampai 25 kali, tapi demi cinta dan sayangku aku terus menjawab untuk memenuhi
perasaan ingin tahunya.
Setelah
selesai membaca si anak mengangkat muka dan memandang ayahnya. Si ayah bersuara
“ Hari ini ayah baru bertanya lima kali tapi engkau telah hilang kesabaran dan
marah kepadaku”. Si anak tertunduk lesu, dia menyadari kesalahannya. Spontan
dia memeluk ayahnya, dia meminta maaf. Sementara sang ayah tersenyum bangga
karena bisa menyadarkan anaknya dengan diary kecilnya yang penuh kenangan dan
manfaat bagi anaknya tentang arti kesabaran dan jangan merasa bosan dalam kehidupan di semua fasenya. **
Kelebihan Buku :
Keunggulan dalam novel ini
adalah judulnya yang menarik antusias para pembaca karena terdengar asing dan
menimbulkan pertanyaan yang membuat semua pembaca penasaran akan isinya.
Setelah dibaca pun isinya sungguh sangat menarik karena mengandung makna
kehidupan yang dalam akan sosok ayah. Isinya pun dapat dimengerti oleh semua
kalangan karena bahasanya yang umum digunakan dalam interaksi sehari-hari
Kelemahan Buku :
Kekurangan novel ini adalah
kisahnya yang monoton karena hanya sosok Ayah yang diceritakan di dalamnya,
tanpa didampingi peran Ibu yang juga menemani Ayah dalam membina keluarga.
Isinya terkesan hanya untuk menghormati Ayah, jika saja kisahnya terselip juga
peran Ibu mungkin pembaca akan lebih mengerti kepada siapa kita harus
hormat. Dan pada akhirnya juga kita
sebagai anak seharusnya menghormati keduanya sebagai orang tua yang selama ini
segalanya buat kita.
Kesimpulan Buku :
Kesimpulan dari buku ini
yang mengisahkan seorang ayah adalah ayah tak ingin ucapan cinta dan rindunya
untuk sang anak terdengar namun dia ingin selalu tampil di depan sebagai
pelindung anaknya. Ayah berusaha memberikan semua yang dimilikinya meski
caranya kadang nampak salah dimata anak, sifat tegasnya cenderung dinilai
kasar, bahkan buruk. Tugasnya adalah menjadi pelindung dan pemberi nafkah
keluarga. Ayah memberikan apa yang telah ia miliki dan dapatkan hingga akhir
hayatnya.