Sejarah
Masuknya Islam Di Indonesia
Makalah ini disusun untuk
memenuhi penyelesaian pembelajaran Pendidikan Agama Islam semester
ganjil di kelas
IX Akselerasi
Oleh:
NURIAH
QALBI
001
341 96 55
SMPN
1 SUNGGUMINASA
TAHUN
AJARAN 2014 / 2O15
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrahim
Segala puji
syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah Yang Maha
kuasa atas segala
limpahan rahmat dan
Hidayah-Nyalah yang di
berikan, sehingga penulis
makalah yang berjudul Konferensi Asia Afrika. Sebagai
salah satu syarat
untuk memenuhi penyelesaian
pembelajaran semester genap
di kelas IX Akselerasi.
Sungguh banyak
kesulitan dan hambatan
yang penulis temui
dalam penyusunan hasil penelitian
ini, namun karena
ketabahan dan keteguhan
hati, serta bantuan
dari berbagai pihak
yang di berikan
kepada penulis .
Oleh karena
itu lewat tulisan
ini, penulis mengucapkan
terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada ayahanda
dan ibunda tercinta yang
memberikan dukungan sehingga
penulisan makalah ini
dapat terselesaikan.
Penulis juga
mengucapkan terima kasih
yang setulusnya kepada Drs.Muh Rusli M.Si
sebagai pembimbing yang
telah memberikan banyak
petunjuk dalam proses
penyelesaian makalah ini.
Ucapan terima kasih
kepada kepala sekolah
SMPN 1 SUNGGUMINASA Drs.H.Sanrea.M.Pd
dan wakil kepala
sekolah Dra.St.Halima serta
guru-guru SMPN 1
SUNGGUMINASA dan teman-teman
kelas VIII akselerasi.
Penulis menyadari
bahwa di dalam
makalah ini, keberadaannya
jauh dari kesempurnaan.
Akhirnya penulis mengucapkan
rasa terima kasih
dan sangat mengharapkan penulisan
makalah ini bermanfaat
bagi pembaca.
Sungguminasa, Agustus
2014
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN
JUDUL.................................................................................................
KATA
PENGANTAR.......................................................................................... .... i
DAFTAR
ISI.................................................................................................... ......... ii
BAB
I
PENDAHULUAN..................................................................................................... 1
A.
Latar Belakang............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................... 3
C. Tujuan Penulisan............................................................................................ 3
D. Manfaat penulisan.......................................................................................... 4
BAB
II
A. Islam............................................................................................................. 5
BAB
III
Pembahasan
Masalah
a.
Peradaban Dan
Agama Masyarakat Indonesia Sebelum Kedatangan
Islam...................................................................................................... 6
b.
Metode-Metode Masuknya Islam Di Indonesia............................................ 7
c. Proses
masuknya Islam di Indonesia........................................................ 9
d. Kerajaan
yang menganut agama Islam.....................................................
11
e. Perkembangan
Islam di Indonesia........................................................... .
17
f.
Tokoh-Tokoh Yang Membantu Tersebarnya
Islam Di Indonesia........... 25
g. Pengaruh
setelah masuknya Islam di Indonesia...................................... 29
h. Peradaban
Islam Saat Ini......................................................................... 34
BAB IV
a. Kesimpulan.................................................................................................. 36
b. Saran............................................................................................................ 36
c. Daftar
Pustaka............................................................................................. 37
d. Biodata
Penulis............................................................................................ 38
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW pada tahun 632 M,
kepemimpinan Islam dipegang oleh para khalifah. Dibawah kepemimpinan para
khalifah, agama Islam mulai disebarkan lebih luas lagi. Sampai abad ke-8 saja, pengaruh
Islam telah menyebar ke seluruh Timur Tengah, Afrika Utara, dan Spanyol.
Kemudian pada masa dinasti Ummayah, pengaruh Islam mulai berkembang hingga
Nusantara.
Sejarah mencatat, kepulauan-kepulauan Nusantara
merupakan daerah yang terkenal sebagai penghasil rempah-rempah terbesar di
dunia. Hal tersebut membuat banyak pedagang dari berbagai penjuru dunia datang
ke Nusantara untuk membeli rempah-rempah yang akan dijual kembali ke daerah
asal mereka. Termasuk para pedagang dari Arab, Persia, dan Gujarat. Selain
berdagang, para pedagang muslim tersebut juga berdakwah untuk mengenalkan agama
Islam kepada penduduk lokal.
Islam di Indonesia merupakan mayoritas terbesar ummat
Muslim di dunia. Ada sekitar 85,2% atau 199.959.285 jiwa dari total 234.693.997
jiwa penduduk. Walau Islam menjadi mayoritas, namun Indonesia bukanlah negara
yang berasaskan Islam. Dalam kajian ilmu sejarah, tentang masuknya Islam di
Indonesia masih “debatable”. Oleh karena itu perlu ada penjelasan lenih dahulu
tentang penegrtian “masuk”, antara lain:
1.
Dalam arti
sentuhan (ada hubungan dan ada pemukiman Muslim).
2.
Dalam arti sudah
berkembang adanya komunitas masyarakat Islam.
3.
Dalam arti sudah
berdiri Islamic State (Negara/kerajaan Islam).
Selain itu juga masing-masing pendapat penggunakan
berbagai sumber, baik dari arkeologi, beberapa tulisan dari sumber barat, dan
timur. Disamping jiga berkembang dari sudut pandang Eropa Sentrisme dan
Indonesia Sentrisme.
Sebelum pengaruh islam masuk ke Indonesia, di kawasan
ini sudah terdapat kontak-kontak dagang, baik dari Arab, Persia, India dan
China. Islam secara akomodatif, akulturasi, dan sinkretis merasuk dan punya
pengaruh di Arab, Persia, India dan China. Melalui perdagangan itulah Islam
masuk ke kawasan Indonesia. Dengan demikian bangsa Arab, Persia, India dan
china punya nadil melancarkan perkembangan islam di kawasan Indonesia.
B.
Rumusan Masalah
Adapun
rumusan masalah yang dapat diambil dari latar belakang di atas adalah sebagai
berikut:
1.
Apa saja peradaban
dan agama masyarakat indonesia sebelum kedatangan Islam?
2.
Apa saja metode
yang digunakan sehingga Islam dapat masuk ke Indonesia?
3.
Bagaimana proses
masuknya Islam di Indonesia?
4.
Pada masa kerajaan,
kerajaan apa saja yang menganut agama Islam di Indonesia?
5.
Bagaimana
perkembangan Islam di Indonesia?
6.
Siapa saja
tokoh-tokoh yang membantu tersebarnya Islam di Indonesia?
7.
Apa saja pengaruh
setelah masuknya Islam di Indonesia?
8.
Bagaimana
peradaban islam saat ini?
C.
Tujuan Penulisan
Makalah
ini bertujuan agar pembaca dapat mengetahui lebih mendalam tentang:
1.
Peradaban dan
agama masyarakat indonesia sebelum kedatangan Islam
2.
Metode yang
digunakan sehingga Islam dapat masuk ke Indonesia
3.
Proses masuknya
Islam di Indonesia
4.
Kerajaan yang
menganut agama Islam
5.
Perkembangan Islam
di Indonesia
6.
Tokoh-tokoh yang
membantu tersebarnya Islam di Indonesia
7.
Pengaruh setelah
masuknya Islam di Indonesia
8.
Peradaban islam
saat ini
D.
Manfaat Penulisan
Manfaat
dari penulisan makalah ini adalah sebagai bahan informasi mengenai masuknya
Islam di Indonesia, terutama yang ingin memperdalam pengetahuannya mengenai
masuknya Islam di Indonesia.
BAB II
Kajian Teori
A.
Islam
·
Islam
adalah agama rahmatan lil ‘alamin artinya Islam merupakan agama yang membawa
rahmat dan kesejahteraan bagi semua seluruh alam semesta, termasuk hewan,
tumbuhan dan jin, apalagi sesama manusia.
·
Menurut
George Sarton, Islam merupakan tatanan agama yang paling tepat sekaligus indah.
·
Menurut
Tolstoi, Islam adalah ringkasan agama yang dikumandangkan Muhammad dan
menyatakan bahwa Allah itu satu, tiada tuhan selain dia. Sehingga tidak
dibenarkan menyembah banyak tuhan.
·
Menurut
Massignon, Islam adalah agama yang memiliki keistimewaan, bahkan islam sebagai
ide persamaan yang benar dengan partisipasi semua anggota masyarakat.
·
Menurut
Orientalis H.I, islam adalah sebaik-baiknya agama dan ternyata Islam hingga
dewasa kini masih tetap merupakan akidah agama yang kukuh, yang memiliki kaidah
kemasyarakatan yang merata dan sekaligus tatanan budi luhur yang sangat kuat.
·
Menurut
Muhammad Bin Ibrahim Bin Abdullah At-Tawarjiri, Islam adalah penyerahan diri
sepenuhnya kepada Allah dengan mengesakan-Nya dan melaksanakan syariat-Nya
dengan penuh ketaatan atau melepas dari kesyirikan.
·
Menurut
Umar Bin Khaththab, Islam adalah agama yang diturunkan Allah kepada Muhammad
Saw. Agama Islam meliputi: Akidah, Syariat, dan Akhlak.
·
Menurut
Abu Said Al-Hasan Al-Bashri, Islam adalah kepasrahan anda kepada Allah, lalu
setiap orang muslim merasa selamat dari gangguan anda.
BAB III
Pembahasan Masalah
A.
Peradaban Dan Agama Masyarakat Indonesia Sebelum
Kedatangan Islam
Berdasarkan
letak geografis, tanah air Indonesia merupakan daerah kawasan asia tenggara.
Daerah yang merupakan wilayah kepulauan asia tenggara, terdiri atas
Negara-negara, diantaranya philipina, Malaysia, singapura dan Indonesia.
Negara-negara di kawasan asia tenggara ini mempunyai dasar-dasar persamaan
peradaban yang kuat, dimana latar belakang peradabannya mempunyai corak yang
kuat.
Peradaban
bangsa Indonesia dan malaka telah mengenal jaman sejarah, yakni zaman di mana
mereka telah mengenal tulisan.zaman ini adalah atas pengaruh agama hindu dan
budha yang mengenal huruf pallawa. Pengaruh ini berlangsung antara tahun
1400-1478, bahwa masuknya hinduisme membawa perubahan besar, yaitu kedudukan
raja yang semula atas pemilihan ” primus inter pares” berubah menjadi system
dinasti berdasarkan hukum kasta.
Critera
epos Ramayana dari pujangga walmiki, merupakan sumber lakon pertunjukan wayang
Indonesia bersama ceritera Ramayana. Seni pagelaran wayang ini merupakan hasil
budaya hindu yang banyak digemari.
Di
bidang seni bangunan, candi merupakan pengaruh hindu dan budha yang lebih
menonjol lagi, bahkan bangunan-bangunan candi Indonesia dapat memberikan
petunjuk khusus sebagai peninggalan pengaruh hinduisme dan budhisme, sekalipun
sebenarnya pola bngunan candi Indonesia adalah berasal dari seni bangunan
prasejarah. Bahkan pada bangunan ini banyak pula gambar-gambar relief pafda
dinding candi yang melukiskan flora dan fauna Indonesia asli, bukan dari
hindia.
B.
Metode-Metode Masuknya Islam Di Indonesia
Menurut Uka Tjandrasasmita masuknya
islam di Indonesia dilakukan enam saluran yaitu:
1. Saluran perdagangan
Masuknya pedagang-pedagang asing
dikepulauan Indonesia seperti arab. Cina, Persia dan India merupakan awal mula
masuknya islam di Indonesia yaitu bermula dari bermukimnya para pedagang asing
di pesisir jawa yang penduduknya masih kafir. Hingga akhirnya mereka mampu
mendirikan masjid-masjid dan pemukiman-pemukiman muslim.
2. Saluran perkawinan
Dilihat dari sudut ekonomi, para pedagang
muslim memiliki status sosial lebih baik dari pada pribumi Indonesia sendiri,
sehingga tidak sedikit penduduk pribumi yang tertarik denan para pedagang
muslim tersebut khususnya putri-putri raja dan bangsawan. Proses islamisasi ini
dilakukan sebem adanya pernikahan yang kemudian dilanjutkan dengan proses
pernikahan sampai pada akhirnya mereka mempunyai keturunan dan mampu membuat
daerah-daerah atau bahkan kerajaan-kerajaan islam.
Jalur perkawinan ini lebih menguntungkan
apabila terjadi antara saudagar muslim dengan anak bangsawan atau anak raja dan
adipati, karena bangsawan, raja, dan adipati dapat mempercepat proses masuknya
islam di Indonesia.
Demikianlah yang terjadi antara raden
rahmat atau sunan ampel dengan nyai manila. Sunan gunung jati dengan putrid
kaunganten. Brawijaya dengan putri campa yang menurunkan raden fatah ( raja
pertama demak ).
3. Saluran tasawuf
Pengajar-pengajar tasawauf atau para sufi,
mengajarkan teosofi yangb bercampur dengan ajaran yang sudah dikenal luas oleh
masyarakat Indonesia. Mereka mempunyai kemampuan dan kekuatan-kekuatan
menyembuhkan. Diantara mereka ada juga yang mengawini putri-putri bangsawan
setempat . dengan ilmu tasawufnya mereka mengajarkan islam kepada pribumi yang
mempunyai persamaan dengan alam pikiran mereka yangb se4belumnya menganut agama
hindu, sehingga agama baru itu mudah dimenerti dan di terima. Diantara
ahli-ahli tasawuf yang memberikan ajaran yang mengandung persamaan dengan alam
pikiran Indonesia pra islam itu adalah Hamzah Fansuri di aceh, syeh lemah
abang, dan sunan panggung di jawa. Ajaran mistik seperti ini masih berkembang
di Indonesia di abad ke-19 M bahkan di abad ke-20 M ini.
4. Saluran pendidikan
Islamisasi juga dilakukan melalui
pendidikan, baik pesantren maupun pondok yang diselenggaakan oleh guru-guru
agama, kiai-kiai, dan ulama-ulama. Di pesantren atau pondok itu, calon ulama,
guru agama, dam kiai mendapat pendidikan agama. Setelah kelua dari pesantren,
mereka pulang ke kampung masing-masing kemudian mereka berdakwah ketempat
tertentu mengajarkan islam. Misalnya, pesantren yang didirikan oleh raden
rahmat di Ampel Denta Surabaya dan sunan giri di giri. Keluaran pesantren giri
ini banyak yang di undang ke maluku untuk mengajarkan agama islam.
5. Saluran kesenian
Saluran islamisasi melalui kesenian yang
paling terkenal adalah pertunjukan wayang. Dikatakan, sunan kalijaga adalah
tokoh yang paling mahir dalam mementaskan wayang. Dia tidak pernah meminta upah
pertunjukan, tetapi ia meminta para penonton untuk mengikutinya mengucapkan
kalimat syahadat. Sebagian besar cerita wayang masih dipetik dari cerita
mahabarata dan Ramayana, tetapi di dalam cerita itu disisipkan ajaran dan
nama-nama pahlawan islam. Kesenian-kesenian lain juga dijadikan alat islamisasi,
seperti sastra ( hikayat, babad, dan sebagainya ), seni bangunan dan seni ukir.
6. Saluran politik
Di maluku dan sulawesi selatan, kebanyakan
rakyat masuk islam setelah rajanya memeluk islam terlebih dahulu. Pengaruh
politik raja sangat membantu tersebarnya islam didaerah ini. Di samping itu,
baik di sumatera dan jawa maupun di Indonesia bagian timur, demi kepentingan
politik, kerajaan-kerajaan islam memerangi kerajaan-kerajaan non-islam.
Kemenangan kerajaan islam secara politis banyak menarik penduduk kerajaan bukan
islam itu masuk islam.
C.
Proses masuknya Islam di Indonesia
Perkembangan pelayaran dan perdagangan
yang bersifat internasional antara negara-negara di Asia bagian barat dan timur
mungkin disebbka oleh kegiatan kerajaan Islam di bawah Bani Umayah dibagian
barat maupun kerajaan cina dinasti T’ang di Asia timur serta kerajaan Sriwijaya
di Asia Tenggara.
Upaya kerajaan Sriwijaya dalam memperluas
kekuasaannya ke semenanjung Malaka sampai Kedah dapat dihubungkan dengan
bukti-bukti prasasti775, berita-berita Cina dan Arab abad ke 8 sampai ke 10M.
hal ini erat hubungannya dengan usaha penguasaan selat Malaka yang merupakan
kunci bagi pelayaran dan perdagangan internasiona.
Pada tahun 173 H. sebuah kapal layar
dengan pim\pimpinan “Makhada Khalifah” dari teluk Kambay Gujarat berlabuh di
bandar Perlak dengan membawa kira-kira 100 orang yang terdiri dari orang-orang
Arab, Persia, dan Hindia. Mereka menyamar sebagai awak kapal dagang khalifah
menyamar sebagai kaptennya, Makhada Khalifah adalah seorang yang bijak dalam
dakwahnya sehingga dalam waktu kurang dari setengah abad, Meurah (raja) dan
seluruh rakyat kemeurahan Perlak yang beragama Hindu Budha dengan sukarela
masuk agama Islam, selama proses Islaimisasi yang relatif singkat, para anggota
dakwah telah banyak yang menikah dengan wanita Perlak. Diantaranya adalah
seorang anggota dari Arab suku Quraisy menikah dengan putri Istana kemeurahan
Perlak yang melahirkan putra Indo-Arab pertama dengan nama Sayid Abdul
Aziz.[14]
Pada tanggal 1 Muharram 225 H. /840 M.
kerajaan Islam Perlak diproklamasikan dengan raja pertamanya adalah putra
Indo-Arab tersebut dengan gelar Sultan Alaidin Maulana Aziz Syah. Pada waktu
yang sama, nama ibukota kerajaan diubah
dari Tiandor Perlak menjadi Bandar Khalifah, sebagai kenangan indah pada
Khalifah yang sangat berjasa dalam membudayakan Islam kepada bangsa-bangsa Asia
Tenggara yang dimulainya dari perlak. Dengan demikian kerajaan Islam yang
pertama pada awal abad ke 3 H. /900M berlokasi di Perlak.
Selanjutnya Islam masuk ke Jawa
diperkirakan pada abad ke 11 M. dengan ditemukannya makam Fatimah Binti Maemun
di lereng Gresik yang berangkat pada tahun 475H/ 1082 M. data sejarah lainnya
menyebutkan bahwa Islam masuk ke pulau Jawa pada abad ke 12/13 M. sulawesi abad
ke 16 M penduduk atau penguasa kepulauan tersebut sudah masuk Islam sebelum
kolonial belanda menguasai Indonesia. Wan Husein Azmi mengemukakan dalam
makalahnya ada tiga teori tentang kedatngan Islam ke wilayah Melayu, yaitu:
1. Teori arab, yaitu datangnya Islam ke ke
wilayah Melayu secara langsung dari arab.
2.
Teori India, yakni Islam datang ke Nusantara dari India.
3.
Teori Cina, yakni Islam datang ke nusantara dari Cina.
Meskipun demikian dapat kita ketahui bahwa
jalan yang dibawa para saudagar Arab, masuk ke wilayah Nusantara adalah sama.
Ada yang melaluai jalan laut dari Aden menelusuri pantai India barat dan
Selatan, atau jalan darat dari Khurasan kemudian melalui hutan menyebrangi laut
cina selatan masuk ke wilayah Nusantara melalui pesisir pantai timur
semenanjung tanah melayu. Oleh sebab dakwah Islamiyah datang ke wilayah
Nusantara melalui lautan India dan juga laut Cina Selatan secara langsung dari
negeri Arab dan oleh orang-orang Arab. Periodisasi masuknya pendakwah Islam ke
Indonesia menurut Muhammad Samsu dapat dibagi ke dalam tiga gelombang
yaitu:[15]
1. Gelombang pertama, yaitu diperkirakan pada
akhir abad ke 1H/7M. rombongan ini berasal dari Bashrah, kota pelabuhan di
Irak, yaitu ketika kaum Syiah dikejar-kejar oleh bani Umayah yang berkuasa saat
itu merka adlah yang dipimpin oleh Makhada Khalifah.
2. Gelombang kedua, yaitu pada abad ke 6 H/13
M. dibawah Sayyid Jamaluddin Al-Akbar Al-Husaini yang anak cucunya, lebih dari
17 orang tiba di gresik, pulau Jawa. Pendakwah lainnya, seperti Maulana Malik
Ibrahim, Maulana Malik Ishak, Raden Rahmat atau sunan Ampel dan sebagainya.
3. Gelombang ketiga, yaitu diperkirakan pada
abad ke 9H/16M. yang dipimpin ulama Arab dan tarim, Hadramaut. Mereka berjumlah
lebih dari 45 orang dan datang berkelompok berkisar 2, 3, atau 5 orang. Mereka
mengajar dan menetap di Aceh, Riau, Sadang, Kalimantan Barat dan Selatan,
Sulawesi Tengah dan Utara, Ternate, Bali, Sumba, Timor dan lain-lain.
D.
Kerajaan yang menganut agama Islam
1. KERAJAAN SAMUDERA PASAI
A. Letak
Kerajaan
Kerajaan Samudera Pasai adalah
Kerajaan pertama di Indonesia yang menganut agama Islam. Secara geografis,
Kerajaan Samudera Pasai terletak di Sumatera bagian utara yang berdekatan
dengan jalur pelayaran dan perdagangan internasional, yaitu Selat Malaka.
Kerajaan
Samudera Pasai dijadikan bandar transito (penghubung) antara para pedagang
Islam dari berbagai Negara. Kerajaan Samudera Pasai sebagai penghasil lada
terbesar.
B. Raja-Raja
yang Memerintah
1. Nazimuddin
al Kamil
-
Merupakan pendiri Kerajaan Samudera Pasai, ia seorang Laksamana laut
dari Mesir,
- Pada tahun 1238 M, ia
mendapat tugas merebut Pelabuhan Kambayat di Gujarat yang dijadikan tempat
pemasaran barang-barang perdagangan dari timur,
- Nazimun al Kamil mendirikan
Samudera Pasai dengan tujuan untuk dapat menguasai perdagangan rempah-rempah
dan lada,
- Pada masa
pemerintahannya, secara politis Kerajaan Samudera berada di bawah kekuasaan
Majapahit.
2. Sultan Malikul Saleh (1258-1297 M)
- Semula menganut alirah
Syi’ah kemudian berbalik menganut aliran Syafei,
- Perkawinan Sultan
Malikul Saleh dengan Putri Ganggang Sari dapat memperkuat kedudukannya di
daerah pantai timur Aceh, sehingga Samudera Pasai menjadi pusat perdagangan di
Selat Malaka.
3. Sultan
Malikul Thahir (1297-1326 M)
-
Merupakan putra Sultan Malikul Saleh,
- Pada masa
pemerintahannya terjadi peristiwa penting, yaitu saat putra Sultan Malikul
Saleh yang bernama Abdullah memisahkan diri ke daerah Aru (Barumun) dan
bergelar Sultan Malikul Mansur (ia kembali kepada aliran Syi’ah).
C. Kehidupan
Sosial
- Kehidupan sosial
masyarakat Samudera Pasai sudah diatur menurut aturan-aturan dan hukum-hukum
Islam,
- Kehidupan sosial
masyarakat Samudera Pasai banyak memiliki persamaan dengan daerah-daerah
Arab, sehingga daerah Aceh mendapat julukan Daerah Serambi Mekkah.
3. KERAJAAN MALAKA
A. Letak
Kerajaan
- Kerajaan Malaka secara
geografis berada dijalur pelayaran dan perdagangan internasional, yaitu Selat
Malaka (Semenanjung Malaya),
- Pada masa kejayaannya,
Kerajaan Malaka merupakan pusat perdagangan dan penyebaran Islam di Asia
Tenggara.
B. Raja-Raja
yang Memerintah
1. Iskandar
Syah (1396-1414 M)
- Pada abad ke-15 M, di
Majapahit terjadi perang paregreg yang mengakibatkan Paramisora (Parameswara)
melarikan diri bersama pengikutnya dari daerah Blambangan ke Tumasik
(Singapura), kemudian melanjutkan perjalanannya sampai ke Semenanjung Malaya
dan mendirikan Kp. Malaka
- Secara geografis,
posisi Kp. Malaka sangat strategis, yaitu di Selat Malaka, sehingga banyak
dikunjungi para pedagang dari berbagai Negara terutama para pedagang Islam,
sehigga kehidupan perekonomian Kp. Malaka berkembang pesat,
- Untuk meningkatkan
aktivitas perdagangan di Malaka, maka Paramisora menganut agama Islam dan
merubah namanya menjadi Iskandar Syah, kemudian menjadikan Kp. Malaka menjadi
Kerajaan Islam.
- Untuk menjaga keamanan
Kerajaan Malaka, Iskandar Syah meminta bantuan kepada Kaisar China dengan
menyatakan takluk kepadanya (1405 M).
2. Muhammad
Iskandar Syah (1414-1424 M)
- Merupakan putra dari
Iskandar Syah, pada masa
pemerintahannya wilayah kekuasaan Kerajaan Malaka diperluas lagi hingga
mencapai seluruh Semenanjung Malaya,
- Untuk menjadi Kerajaan
Malaka sebagai penguasa tunggal jalur pelayaran dan perdagangan di Selat
Malaka, maka harus berhadapan dengan Kerajaan Samudera Pasai yang kekuatannya
lebih besar dan tidak mungkin untuk bisa dikalahkan, maka dipilih melalui jalur
politik perkawinan dengan cara menikahi putri Kerajaan Samudera Pasai, sehingga
cita-citanya dapat tercapai.
3. Mudzafat
Syah (1424-1458 M)
- Setelah berhasil
menyingkirkan Muhammad Iskandar Syah, ia kemudian naik tahta dengan gelar
sultan (Mudzafat Syah merupakan raja Kerajaan Malaka yang pertama bergelar
Sultan),
- Pada masa
pemerintahannya, terjadi serangan dari Kerajaan Siam (serangan dari darat dan
laut), namun dapat digagalkan.
- Mengadakan perluasan
wilayah ke daerah-daerah yang berada di sekitar Kerajaan Malaka seperti
Pahang, Indragiri dan Kampar.
4. Sultan
Mansyur Syah (1458-1477 M)
- Merupakan putra dari
Sultan Mudzafat Syah.
- Pada masa
pemerintahannya, Kerajaan Malaka mencapai puncak kejayaan sebagai pusat
perdagangan dan pusat penyebaran Islam di Asia Tenggara.
- Puncak kejayaan dicapai
berkat Sultan Mansyur Syah meneruskan politik ayahnya dengan memperluas wilayah
kekuasaanya, baik di Semananjung Malaya maupun di wilayah Sumatera Tengah
(Kerajaan Siam berhasil ditaklukan). Raja Siam tewas dalam pertempuran ,
tetapi putra mahkotanya ditawan dan dikawinkan dengan putri sultan sendiri
kemudian diangkat menjadi raja dengan gelar Ibrahim. Indragiri mengakui
kekuasaan Malaka.
- Kerajaan Samudera
Pasai, Jambi dan Palembang tidak serang karena menghormati Majapahit yang
berkuasa pada waktu itu, selain itu Kerajaan Aru juga tetap sebagai kerajaan
merdeka.
- Kejayaan Kerajaan
Malaka tidak lepas dari jasa Laksamana
Hang Tuahyang kebesarannya disamakan dengan kebesaran Patih Gajah Mada
dari Kerajaan Mahapahit. Cerita Hang Tuah ditulis dalam sebuah Hikayat, Hikayat Hang Tuah.
5. Sultan
Alaudin Syah (1477-188 M)
- Merupakan putra dari
Sultan Mansyur Syah
- Pada masa
pemerintahannya, Kerajaan Malaka mulai mengalami kemunduran, satu persatu
wilayah kekuasaan Kerajaan Malaka mulai melepaskan diri. Hal ini disebabkan
oleh karena Sultan Alaudin Syah bukan merupakan raja yang cakap.
6. Sultan
Mahmud Syah (1488-1511 M)
- Merupakan putra dari
Sultan Alaudin Syah
- Pada masa
pemerintahannya, Kerajaan Malaka merupakan kerajaan yang sangat lemah, wilayah
kekuasaannya meliputi sebagian kecil Semenanjung Malaya, hal ini menambah suram
kondisi Kerajaan Malaka.
- Pada tahun 1511 M,
terjadi serangan dari bangsa Portugis di bawah pimpinanAlfonso d’Alberquerque dan berhasil Merebut Kerajaan Malaka.
Akhirnya Malaka pun jatuh ke tangan Portugis.
C. Kehidupan
Budaya
- Perkembangan Seni
sastra Melayu mengalami perkembangan yang pesat seperti munculnya karya-karya
sastra yang menggambarkan tokoh-tokoh kepahlawanan dari Kerajaan Malaka seperti
Hikayat Hang Tuah, Hikayat Hang Lekir dan Hikayat Hang Jebat.
3. KERAJAAN
ACEH
A. Letak
Kerajaan
- Secara Geografis,
Kerajaan Aceh terletak di Pulau Sumatera bagian utara dan dekat jalur pelayaran
dan perdagangan internasional, yaitu Selat Malaka.
B. Raja-Raja yang Memerintah
Mengenai
berdirinya Kerajaan Aceh, tidak dpat diketahui dengan pasti. BerdasarkanBustanusslatin (1637 M) karangan
Nuruddin Ar Raniri yang berisi silsilah sultan-sultan Aceh, dan berdasarkan
berita-berita Eropa, diketahui bahwa Kerajaan Aceh telah berhasil membebaskan
diri dari kekuasaan Kerajaan Pedir.
Adapun raja-raja yang memerintah :
1. Sultan
Ali Mughayat Syah (1514-1528 M)
-
Merupakan raja pertama di Kerajaan Aceh.
- Pada masa
pemerintahannya, diadakan perluasan wilayah kebeberapa daerah di wilayah
Sumatera Utara seperti daerah Daya,dan Pasai, bahkan melalukan serangan
terhadap Portugis yang berkedudukan di Malaka dan menyerang Kerajaan Aru.
2. Sultan
Salahuddin (1528-1537 M)
-
Merupakan putera dari Sultan Ali Mughayat Syah
- Pada masa pemerintahannya,
Kerajaan Aceh mengalami kemerosotan yang sangat tajam, karena Sultan Salahuddin
tidak memperdulikan pemerintahannya. Akhirnya Sultan Salhuddin digantikan
saudaranya yang bernama Alauddin Riayat Syah-al-Kahar untuk menyelematkan
Kerajaan Aceh.
3. Sultan
Alauddin Riayat Syah-al-Kahar (1537-1568 M)
- Pada masa
pemerintahannya, diadakan berbagai perubahan dan perbaikan dalam segala bentuk
pemerintahan Kerajaan Aceh. Diadakan perluasan wilayah dengan menyerang
Kerajaan Malaka (tapi gagal0. Kerajaan Aru berhasil didtaklukan.
- Setelah Sultan Alauddin
Riayat Syah al-Kahar wafat, Kerajaan Aceh mengalai kemunduran yang sangat
tajam. Pemberontakan dan perebutan kekuasaan sering terjadi. Baru setelah
Sultan Iskandar Syah naik tahta , Kerajaan Aceh mengalami perkembangan yang
pesat.
4. Sultan
Iskandar Muda (1607-1636 M)
- Pada masa
pemerintahannya, Kerajaan Aceh mencapai puncak kejayaan sebagai kerajaan besar
dan berkuasa atas perdagangan Islam dan menjadi bandar transito yang dapat
menghubungkan dengan pedagang Islam di dunia Barat.
- Untuk mencapai
kebesaran Kerajaan Aceh, Sultan Iskandar Muda melakukan serangan terhadap
portugis di Malaka dan Kerajaan Johor di Semenanjung Malaya dengan tujuan
menguasai jalur pelayaran dan perdagangan di Selat Malaka dan menguasai
daerah-daerah penghasil lada.
-
Sultan Iskandar Muda menolah permintaan Inggris dan Belanda untuk
membeli lada di pesisir Sumatera bagian barat.
- Kerajaan Aceh melakukan
pendudukan terhadap daerah-daerah seperti Aru, Pahang, Kedah, Perlak dan
Indragiri. (sehingga wilayah kekuasaannya sangat luas).
- Pada masa
pemerintahannya, hidup dua ahli tasawuf yang terkenal di Aceh, yaitu Syekh Syamsuddin bin Abdullah as-Samatrani
dan Syekh Ibrahim as-Syamsi.
5. Sultan
Iskandar Thani (1636-1641 M)
-
Merupakan menantu dari Sultan Iskandar Muda
-
Ia memerintah dengan meneruskan tradisi kekuasaan Sultan Iskandar Muda
- Pada masa
pemerintahannya, hidup seorang ulama besar yang bernamaNuruddin ar-Raniri yang menulis sejarah Aceh berjudul Bustanu’ssalatin. Sebagai ulama
besar, ia sangat dihormati oleh Sultan dan keluarganya serta rakyat Aceh
- Setelah Sultan Iskandar
Thani wafat, tahta kerajaan diteruskan oleh permaisurinya (putri Sultan
Iskandar Syah) dengan gelar Putri
Sri Alam Permaisuri (1641-1675 M).
E.
Perkembangan Islam di Indonesia
1. Di Sumatra
Kesimpulan hasil
seminar di Medan tersebut di atas, dijelaskan bahwa wilayah Nusantara yang
mula-mula dimasuki Islam adalah pantai barat pulau Sumatra dan daerah Pasai
yang terletak di Aceh utara yang kemudian di masing-masing kedua daerah
tersebut berdiri kerajaan Islam yang pertama yaitu kerajaan Islam Perlak dan
Samudra Pasai.
Menurut keterangan
Prof. Ali Hasmy dalam makalah pada seminar “Sejarah Masuk dan Berkembangnya
Islam di Aceh” yang digelar tahun 1978 disebutkan bahwa kerajaan Islam yang
pertama adalah kerajaan Perlak. Namun ahli sejarah lain telah sepakat, Samudra
Pasailah kerajaan Islam yang pertama di Nusantara dengan rajanya yang pertama
adalah Sultan Malik Al-Saleh (memerintah dari tahun 1261 s.d 1297 M). Sultan
Malik Al-Saleh sendiri semula bernama Marah Silu. Setelah mengawini putri raja
Perlak kemudian masuk Islam berkat pertemuannya dengan utusan Syarif Mekkah
yang kemudian memberi gelar Sultan Malik Al-Saleh.
Kerajaan Pasai
sempat diserang oleh Majapahit di bawah panglima Gajah Mada, tetapi bisa
dihalau. Ini menunjukkan bahwa kekuatan Pasai cukup tangguh dikala itu. Baru
pada tahun 1521 di taklukkan oleh Portugis dan mendudukinya selama tiga tahun.
Pada tahun 1524 M Pasai dianeksasi oleh raja Aceh, Ali Mughayat Syah.
Selanjutnya kerajaan Samudra Pasai berada di bawah pengaruh keSultanan Aceh
yang berpusat di Bandar Aceh Darussalam (sekarang dikenal dengan kabupaten Aceh
Besar).
Munculnya kerajaan
baru di Aceh yang berpusat di Bandar Aceh Darussalam, hampir bersamaan dengan
jatuhnya kerajaan Malaka karena pendudukan Portugis. Dibawah pimpinan Sultan
Ali Mughayat Syah atau Sultan Ibrahim kerajaan Aceh terus mengalami kemajuan
besar. Saudagar-saudagar muslim yang semula berdagang dengan Malaka memindahkan
kegiatannya ke Aceh. Kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya pada masa
pemerintahan Iskandar Muda Mahkota Alam ( 1607 - 1636).
Kerajaan Aceh ini
mempunyai peran penting dalam penyebaran Agama Islam ke seluruh wilayah
Nusantara. Para da’i, baik lokal maupun yang berasal dari Timur Tengah terus
berusaha menyampaikan ajaran Islam ke seluruh wilayah Nusantara. Hubungan yang
telah terjalin antara kerajaan Aceh dengan Timur Tengah terus semakin
berkembang. Tidak saja para ulama dan pedagang Arab yang datang ke Indonesia,
tapi orang-orang Indonesia sendiri banyak pula yang hendak mendalami Islam
datang langsung ke sumbernya di Mekah atau Madinah. Kapal-kapal dan ekspedisi
dari Aceh terus berlayar menuju Timur Tengah pada awal abad ke 16. Bahkan pada
tahun 974 H. atau 1566 M dilaporkan ada 5 kapal dari kerajaan Asyi (Aceh) yang
berlabuh di bandar pelabuhan Jeddah. Ukhuwah yang erat antara Aceh dan Timur
Tengah itu pula yang membuat Aceh mendapat sebutan Serambi Mekah.
2. Di Jawa
Benih-benih
kedatangan Islam ke tanah Jawa sebenarnya sudah dimulai pada abad pertama
Hijriyah atau abad ke 7 M. Hal ini dituturkan oleh Prof. Dr. Buya Hamka dalam
bukunya Sejarah Umat Islam, bahwa pada tahun 674 M sampai tahun 675 M. sahabat
Nabi, Muawiyah bin Abi Sufyan pernah singgah di tanah Jawa (Kerajaan Kalingga)
menyamar sebagai pedagang. Bisa jadi Muawiyah saat itu baru penjajagan saja,
tapi proses dakwah selanjutnya dilakukan oleh para da’i yang berasal dari
Malaka atau kerajaan Pasai sendiri. Sebab saat itu lalu lintas atau jalur
hubungan antara Malaka dan Pasai disatu pihak dengan Jawa dipihak lain sudah
begitu pesat.
Adapun gerakan
dakwah Islam di Pulau Jawa selanjutnya dilakukan oleh para Wali Sanga, yaitu :
A. Maulana Malik Ibrahim atau Sunan
Gresik
Beliau dikenal
juga dengan sebutan Syeikh Magribi. Ia dianggap pelopor penyebaran Islam di
Jawa. Beliau juga ahli pertanian, ahli tata negara dan sebagai perintis lembaga
pendidikan pesantren. Wafat tahun 1419 M.(882 H) dimakamkan di Gapura Wetan
Gresik
B. Raden Ali Rahmatullah (Sunan
Ampel)
Dilahirkan di Aceh tahun 1401 M.
Ayahnya orang Arab dan ibunya orang Cempa, ia sebagai mufti dalam mengajarkan
Islam tak kenal kompromi dengan budaya lokal. Wejangan terkenalnya Mo Limo yang
artinya menolak mencuri, mabuk, main wanita, judi dan madat, yang marak dimasa
Majapahit. Beliau wafat di desa Ampel tahun 1481 M.
Jasa-jasa Sunan Ampel :
1) Mendirikan pesantren di Ampel
Denta, dekat Surabaya. Dari pesantren ini lahir para mubalig kenamaan seperti :
Raden Paku (Sunan Giri), Raden Fatah (Sultan Demak pertama), Raden Makhdum
(Sunan Bonang), Syarifuddin (Sunan Drajat) dan Maulana Ishak yang pernah diutus
untuk menyiarkan Islam ke daerah Blambangan.
2) Berperan aktif dalam membangun
Masjid Agung Demak yang dibangun pada tahun 1479 M.
3) Mempelopori berdirinya kerajaan
Islam Demak dan ikut menobatkan Raden Patah sebagai Sultan pertama.
C. Sunan Giri (Raden Aenul Yaqin atau
Raden Paku)
Ia putra Syeikh
Yakub bin Maulana Ishak. Ia sebagai ahli fiqih dan menguasai ilmu Falak. Dimasa
menjelang keruntuhan Majapahit, ia dipercaya sebagai raja peralihan sebelum
Raden Patah naik menjadi Sultan Demak. Ketika Sunan Ampel wafat, ia
menggantikannya sebagai mufti tanah Jawa.
D. Sunan Bonang (Makhdum Ibrahim)
Putra Sunan Ampel
lahir tahun 1465. Sempat menimba ilmu ke Pasai bersama-sama Raden Paku.
Beliaulah yang mendidik Raden Patah. Beliau wafat tahun 1515 M.
E. Sunan Kalijaga (Raden Syahid)
Ia tercatat paling
banyak menghasilkan karya seni berfalsafah Islam. Ia membuat wayang kulit dan
cerita wayang Hindu yang diislamkan. Sunan Giri sempat menentangnya, karena
wayang Beber kala itu menggambarkan gambar manusia utuh yang tidak sesuai
dengan ajaran Islam. Kalijaga mengkreasi wayang kulit yang bentuknya jauh dari
manusia utuh. Ini adalah sebuah usaha ijtihad di bidang fiqih yang dilakukannya
dalam rangka dakwah Islam.
F. Sunan Drajat
Nama aslinya
adalah Syarifudin (putra Sunan Ampel, adik Sunan Bonang). Dakwah beliau
terutama dalam bidang sosial. Beliau juga mengkader para da’i yang berdatangan
dari berbagai daerah, antara lain dari Ternate dan Hitu Ambon.
G. Syarif Hidayatullah
Nama lainnya
adalah Sunan Gunung Jati yang kerap kali dirancukan dengan Fatahillah, yang
menantunya sendiri. Ia memiliki keSultanan sendiri di Cirebon yang wilayahnya
sampai ke Banten. Ia juga salah satu pembuat sokoguru masjid Demak selain Sunan
Ampel, Sunan Kalijaga dan Sunan Bonang. Keberadaan Syarif Hidayatullah dengan
kesultanannya membuktikan ada tiga kekuasaan Islam yang hidup bersamaan kala
itu, yaitu Demak, Giri dan Cirebon. Hanya saja Demak dijadikan pusat dakwah,
pusat studi Islam sekaligus kontrol politik para wali.
H. Sunan Kudus
Nama aslinya adalah
Ja’far Sadiq. Lahir pada pertengahan abad ke 15 dan wafat tahun 1550 M. (960
H). Beliau berjasa menyebarkan Islam di daerah kudus dan sekitarnya. Ia
membangun masjid menara Kudus yang sangat terkenal dan merupakan salah satu
warisan budaya Nusantara.
I. Sunan Muria
Nama aslinya Raden
Prawoto atau Raden Umar Said putra Sunan Kalijaga. Beliau menyebarkan Islam
dengan menggunakan sarana gamelan, wayang serta kesenian daerah lainnya. Beliau
dimakamkan di Gunung Muria, disebelah utara kota Kudus.
Diparuh awal abad
16 M, Jawa dalam genggaman Islam. Penduduk merasa tentram dan damai dalam
ayoman keSultanan Demak di bawah kepemimpinan Sultan Syah Alam Akbar Al Fatah
atau Raden Patah. Hidup mereka menemukan pedoman dan tujuan sejatinya setelah
mengakhiri masa Siwa-Budha serta animisme. Merekapun memiliki kepastian hidup
bukan karena wibawa dan perbawa sang Sultan, tetapi karena daulah hukum yang
pasti yaitu syari’at Islam
“Salokantara” dan
“Jugul Muda” itulah dua kitab undang-undang Demak yang berlandaskan syari’at
Islam. Dihadapan peraturan negeri pengganti Majapahit itu, semua manusia sama
derajatnya, sama-sama khalifah Allah di dunia. Sultan-Sultan Demak sadar dan
ikhlas dikontrol oleh kekuasaan para Ulama atau Wali. Para Ulama itu berperan
sebagai tim kabinet atau merangkap sebagai dewan penasehat Sultan.
Dalam versi lain
dewan wali sanga dibentuk sekitar 1474 M. oleh Raden Rahmat (Sunan Ampel),
membawahi Raden Hasan, Maftuh Ibrahim, Qasim (Sunan Drajat) Usman Haji (ayah
Sunan Kudus, Raden Ainul Yakin (Sunan Gresik), Syekh Sutan Maharaja Raden
Hamzah, dan Raden Mahmud. Beberapa tahun kemudian Syekh Syarif Hidayatullah
dari Cirebon bergabung di dalamnya. Sunan Kalijaga dipercaya para wali sebagai
muballig keliling. Disamping wali-wali tersebut, masih banyak Ulama yang
dakwahnya satu kordinasi dengan Sunan Ampel hanya saja, sembilan tokoh Sunan
Wali Sanga yang dikenal selama ini memang memiliki peran dan karya yang
menonjol dalam dakwahnya.
3. Di Sulawesi
Ribuan pulau yang
ada di Indonesia, sejak lama telah menjalin hubungan dari pulau ke pulau. Baik
atas motivasi ekonomi maupun motivasi politik dan kepentingan kerajaan.
Hubungan ini pula yang mengantar dakwah menembus dan merambah Celebes atau
Sulawesi. Menurut catatan company dagang Portugis pada tahun 1540 saat datang
ke Sulawesi, di tanah ini sudah ditemui pemukiman muslim di beberapa daerah.
Meski belum terlalu banyak, namun upaya dakwah terus berlanjut dilakukan oleh
para da’i di Sumatra, Malaka dan Jawa hingga menyentuh raja-raja di kerajaan
Gowa dan Tallo atau yang dikenal dengan negeri Makasar, terletak di semenanjung
barat daya pulau Sulawesi.
Kerajaan Gowa ini
mengadakan hubungan baik dengan kerajaan Ternate dibawah pimpinan Sultan
Babullah yang telah menerima Islam lebih dahulu. Melalui seorang da’i bernama
Datuk Ri Bandang agama Islam masuk ke kerajaan ini dan pada tanggal 22
September 1605 Karaeng Tonigallo, raja Gowa yang pertama memeluk Islam yang
kemudian bergelar Sultan Alaudin Al Awwal (1591-1636 ) dan diikuti oleh perdana
menteri atau Wazir besarnya, Karaeng Matopa.
Setelah resmi
menjadi kerajaan bercorak Islam Gowa Tallo menyampaikan pesan Islam kepada
kerajaan-kerajaan lain seperti Luwu, Wajo, Soppeng dan Bone. Raja Luwu segera
menerima pesan Islam diikuti oleh raja Wajo tanggal 10 Mei 1610 dan raja Bone
yang bergelar Sultan Adam menerima Islam tanggal 23 November 1611 M. Dengan
demikian Gowa (Makasar) menjadi kerajaan yang berpengaruh dan disegani.
Pelabuhannya sangat ramai disinggahi para pedagang dari berbagai daerah dan manca
negara. Hal ini mendatangkan keuntungan yang luar biasa bagi kerajaan Gowa
(Makasar). Puncak kejayaan kerajaan Makasar terjadi pada masa Sultan Hasanuddin
(1653-1669).
4. Di Kalimantan
Islam masuk ke
Kalimantan atau yang lebih dikenal dengan Borneo melalui tiga jalur. Jalur
pertama melalui Malaka yang dikenal sebagai kerajaan Islam setelah Perlak dan
Pasai. Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis kian membuat dakwah semakin menyebar
sebab para muballig dan komunitas muslim kebanyakan mendiamai pesisir barat
Kalimantan.
Jalur kedua, Islam
datang disebarkan oleh para muballig dari tanah Jawa. Ekspedisi dakwah ke
Kalimantan ini mencapai puncaknya saat kerajaan Demak berdiri. Demak
mengirimkan banyak Muballig ke negeri ini. Para da’i tersebut berusaha mencetak
kader-kader yang akan melanjutkan misi dakwah ini. Maka lahirlah ulama besar,
salah satunya adalah Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari.
Jalur ketiga para da’i datang dari
Sulawesi (Makasar) terutama da’i yang terkenal saat itu adalah Datuk Ri Bandang
dan Tuan Tunggang Parangan.
A. Kalimantan Selatan
Masuknya Islam di
Kalimantan Selatan adalah diawali dengan adanya krisis kepemimpinan
dipenghujung waktu berakhirnya kerajaan Daha Hindu. Saat itu Raden Samudra yang
ditunjuk sebagai putra mahkota oleh kakeknya, Raja Sukarama minta bantuan
kepada kerajaan Demak di Jawa dalam peperangan melawan pamannya sendiri, Raden
Tumenggung Sultan Demak (Sultan Trenggono) menyetujuinya, asal Raden Samudra
kelak bersedia masuk Islam.
Dalam peperangan
itu Raden Samudra mendapat kemenangan. Maka sesuai dengan janjinya ia masuk
Islam beserta kerabat keraton dan penduduk Banjar. Saat itulah tahun (1526 M)
berdiri pertama kali kerajaan Islam Banjar dengan rajanya Raden Samudra dengan
gelar Sultan Suryanullah atau Suriansyah. Raja-raja Banjar berikutnya adalah
Sultan Rahmatullah (putra Sultan Suryanullah), Sultan Hidayatullah (putra
Sultan Rahmatullah dan Marhum Panambahan atau Sultan Musta’in Billah. Wilayah
yang dikuasainya meliputi daerah Sambas, Batang Lawai, Sukadana, Kota Waringin,
Sampit Medawi, dan Sambangan.
B. Kalimantan Timur
Di Kalimantan
Timur inilah dua orang da’i terkenal datang, yaitu Datuk Ri Bandang dan Tuan
Tunggang Parangan, sehingga raja Kutai (raja Mahkota) tunduk kepada Islam
diikuti oleh para pangeran, para menteri, panglima dan hulubalang. Untuk
kegiatan dakwah ini dibangunlah sebuah masjid.
Tahun 1575 M, raja
Mahkota berusaha menyebarkan Islam ke daerah-daerah sampai ke pedalaman
Kalimantan Timur sampai daerah Muara Kaman, dilanjutkan oleh Putranya, Aji Di Langgar
dan para penggantinya.
5. Di Maluku.
Kepulauan Maluku
terkenal di dunia sebagai penghasil rempah-rempah, sehingga menjadi daya tarik
para pedagang asing, tak terkecuali para pedagang muslim baik dari Sumatra,
Jawa, Malaka atau dari manca negara. Hal ini menyebabkan cepatnya perkembangan
dakwah Islam di kepulauan ini.
Islam masuk ke
Maluku sekitar pertengahan abad ke 15 atau sekitar tahun 1440 dibawa oleh para
pedagang muslim dari Pasai, Malaka dan Jawa (terutama para da’i yang dididik
oleh para Wali Sanga di Jawa). Tahun 1460 M, Vongi Tidore, raja Ternate masuk
Islam. Namun menurut H.J De Graaft (sejarawan Belanda) bahwa raja Ternate yang
benar-benar muslim adalah Zaenal Abidin (1486-1500 M). Setelah itu Islam
berkembang ke kerajaan-kerajaan yang ada di Maluku. Tetapi diantara sekian
banyak kerajaan Islam yang paling menonjol adalah dua kerajaan , yaitu Ternate
dan Tidore.
Raja-raja Maluku yang masuk Islam
seperti :
a. Raja Ternate yang bergelar Sultan
Mahrum (1465-1486).
b. Setelah beliau wafat digantikan
oleh Sultan Zaenal Abidin yang sangat besar jasanya dalam menyiarkan Islam di
kepulauan Maluku, Irian bahkan sampai ke Filipina.
c. Raja Tidore yang kemudian bergelar
Sultan Jamaluddin.
d. Raja Jailolo yang berganti nama
dengan Sultan Hasanuddin.
e. Pada tahun 1520 Raja Bacan masuk
Islam dan bergelar Zaenal Abidin.
Selain Islam masuk
dan berkembang di Maluku, Islam juga masuk ke Irian yang disiarkan oleh
raja-raja Islam di Maluku, para pedagang dan para muballig yang juga berasal
dari Maluku.
Daerah-daerah di
Irian Jaya yang dimasuki Islam adalah : Miso, Jalawati, Pulau Waigio dan Pulau
Gebi.
F.
Tokoh-Tokoh Yang Membantu Tersebarnya Islam Di
Indonesia
1. Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim
Sunan
Gresik atau Maulana Malik Ibrahim adalah nama salah seorang Walisongo, yang
dianggap yang pertama kali menyebarkan agama Islam di tanah Jawa. Ia dimakamkan
di desa Gapurosukolilo Kota Gresik Jawa Timur. Maulana Malik Ibrahim dianggap
termasuk salah seorang yang pertama-tama menyebarkan agama Islam di tanah Jawa,
dan merupakan wali senior di antara para Walisongo lainnya. Beberapa vers babad
menyatakan bahwa kedatangannya disertai beberapa orang. Daerah yang ditujunya
pertama kali ialah desa Sembalo, sekarang adalah daerah Leran, Kecamatan Manyar,
yaitu 9 kilometer ke arah utara kota Gresik. Ia lalu mulai menyiarkan agama
Islam di tanah Jawa bagian timur, dengan mendirikan mesjid pertama di desa
Pasucinan, Manyar. Pertama-tama yang dilakukannya ialah mendekati masyarakat
melalui pergaulan. Budi bahasa yang ramah-tamah senantiasa diperlihatkannya di
dalam pergaulan sehari-hari. Ia tidak menentang secara tajam agama dan
kepercayaan hidup dari penduduk asli, melainkan hanya memperlihatkan keindahan
dan kebaikan yang dibawa oleh agama Islam. Berkat keramah-tamahannya, banyak
masyarakat yang tertarik masuk ke dalam agama Islam. Sebagaimana yang dilakukan
para wali awal lainnya, aktivitas pertama yang dilakukan Maulana Malik Ibrahim
ialah berdagang. Ia berdagang di tempat pelabuhan terbuka, yang sekarang
dinamakan desa Roomo, Manyar. Perdagangan membuatnya dapat berinteraksi dengan
masyarakat banyak, selain itu raja dan para bangsawan dapat pula turut serta
dalam kegiatan perdagangan tersebut sebagai pelaku jual-beli, pemilik kapal
atau pemodal. Setelah cukup mapan di masyarakat, Maulana Malik Ibrahim kemudian
melakukan kunjungan ke ibukota Majapahit di Trowulan. Raja Majapahit meskipun
tidak masuk Islam tetapi menerimanya dengan baik, bahkan memberikannya sebidang
tanah di pinggiran kota Gresik. Wilayah itulah yang sekarang dikenal dengan
nama desa Gapura. Cerita rakyat tersebut diduga mengandung unsur-unsur
kebenaran mengingat menurut Groeneveldt pada saat Maulana Malik Ibrahim hidup,
di ibukota Majapahit telah banyak orang asing termasuk dari Asia Barat.
Demikianlah, dalam rangka mempersiapkan kader untuk melanjutkan perjuangan
menegakkan ajaran-ajaran Islam, Maulana Malik Ibrahim membuka
pesantren-pesantren yang merupakan tempat mendidik pemuka agama Islam di masa
selanjutnya. Hingga saat ini makamnya masih diziarahi orang-orang yang
menghargai usahanya menyebarkan agama Islam berabad-abad yang silam. Setiap
malam Jumat Legi, masyarakat setempat ramai berkunjung untuk berziarah. Ritual
ziarah tahunan atau haul juga diadakan setiap tanggal 12 Rabi’ul Awwal, sesuai
tanggal wafat pada prasasti makamnya. Pada acara haul biasa dilakukan khataman
Al-Quran, mauludan (pembacaan riwayat Nabi Muhammad), dan dihidangkan makanan
khas bubur harisah.
2. Sunan Ampel
Dengan
nama asli Raden Rahmat menyebarkan Islam di daerah Ampel Surabaya. Ia
disebutkan masih berkerabat dengan salah seorang istri atau selir dari
Brawijaya raja Majapahit. Sunan Ampel umumnya dianggap sebagai sesepuh oleh
para wali lainnya. Ia menikah dengan Nyai Ageng Manila, putri adipati Tuban bernama
Arya Teja.
3. Sunan Bonang
Sunan
Bonang dilahirkan pada tahun 1465 M, dengan nama Raden Maulana Makdum Ibrahim.
Dia adalah putra Sunan Ampel dan Nyai Ageng Manila. Bonang adalah sebuah desa
di Kabupaten Rembang. Sunan Bonang wafat pada tahun 1525 M, dan saat ini makam
aslinya berada di Desa Bonang. Namun, yang sering diziarahi adalah makamnya di
kota Tuban. Lokasi makam Sunan Bonang ada dua karena konon, saat beliau
meninggal, kabar wafatnya beliau sampai pada seorang muridnya yang berasal dari
Madura. Sang murid sangat mengagumi beliau sampai ingin membawa jenazah beliau
ke Madura. Namun, murid tersebut tak dapat membawanya dan hanya dapat membawa
kain kafan dan pakaian-pakaian beliau. Saat melewati Tuban, ada seorang murid
Sunan Bonang yang berasal dari Tuban yang mendengar ada murid dari Madura yang
membawa jenazah Sunan Bonang. Mereka memperebutkannya. Dalam Serat Darmo
Gandhul, Sunan Bonang disebut Sayyid Kramat merupakan seorang Arab keturunan
Nabi Muhammad.
4. Sunan Drajat
Dia
juga putra dari Sunan Ampel nama aslinya adalah Syarifuddin, menyebarkan Islam
di daerah Gresik/Sedayu. Ia adalah putra Sunan Ampel dengan Nyai Ageng Manila,
putri adipati Tuban bernama Arya Teja. Sunan Drajat banyak berdakwah kepada
masyarakat kebanyakan Ia menekankan kedermawanan, kerja keras, dan peningkatan
kemakmuran masyarakat, sebagai pengamalan dari agama Islam. Pesantren Sunan
Drajat dijalankan secara mandiri sebagai wilayah perdikan, bertempat di Desa
Drajat, Kecamatan Paciran, Lamongan. Tembang macapat Pangkur disebutkan sebagai
ciptaannya. Gamelan Singomengkok peninggalannya terdapat di Musium Daerah Sunan
Drajat, Lamongan. Sunan Drajat diperkirakan wafat wafat pada 1522.
5. Sunan Giri
Sunan
Giri adalah nama salah seorang Walisongo dan pendiri kerajaan Giri Kedaton,
yang berkedudukan di daerah Gresik Jawa Timur. Ia lahir di Blambangan tahun
1442. Sunan Giri memiliki beberapa nama panggilan, yaitu Raden Paku, Prabu
Satmata, Sultan Abdul Faqih, Raden ‘Ainul Yaqin dan Joko Samudra. Ia dimakamkan
di desa Giri, Kebomas, Gresik. Sunan Giri merupakan buah pernikahan dari
Maulana Ishaq, seorang mubaligh Islam dari Asia Tengah, dengan Dewi Sekardadu,
putrid Menak Sembuyu penguasa wilayah Blambangan pada masa-masa akhir
Majapahit. Namun kelahirannya dianggap telah membawa kutukan berupa wabah penyakit
di wilayah tersebut. Maka ia dipaksa ayahandanya untuk membuang anak yang baru
dilahirkannya itu, Lalu Dewi Sekardadu dengan rela menghanyutkan anaknya itu ke
laut/selat bali sekarang ini. Kemudian, bayi tersebut ditemukan oleh sekelompok
awak kapal (pelaut) dan dibawa ke Gresik. Di Gresik, dia diadopsi oleh seorang
saudagar perempuan pemilik kapal, Nyai Gede Pinatih. Karena ditemukan di laut,
dia menamakan bayi tersebut Joko Samudra. Ketika sudah cukup dewasa, Joko
Samudra dibawa ibunya ke Ampeldenta (kini di Surabaya) untuk belajar agama
kepada Sunan Ampel. Tak berapa lama setelah mengajarnya, Sunan Ampel mengetahui
identitas sebenarnya dari murid kesayangannya itu. Kemudian, Sunan Ampel
mengirimnya dan Makdhum Ibrahim (Sunan Bonang), untuk mendalami ajaran Islam di
Pasai. Mereka diterima oleh Maulana Ishaq yang tak lain adalah ayah Joko
Samudra. Di sinilah, Joko Samudra, yang ternyata bernama Raden Paku, mengetahui
asal-muasal dan alasan mengapa dia dulu dibuang.
6. Sunan Kudus
Nama
aslinya Syeikh Ja’far Shodik menyebarkan ajaran Islam di daerah Kudus. Sebagai
seorang wali, Sunan Kudus memiliki peran yang besar dalam pemerintahan
Kesultanan Demak, yaitu sebagai panglima perang dan hakim peradilan negara. Ia
banyak berdakwah di kalangan kaum penguasa dan priyayi Jawa. Diantara yang
pernah menjadi muridnya, ialah Sunan Prawoto penguasa Demak, dan Arya
Penangsang adipati Jipang Panolan. Salah satu peninggalannya yang terkenal
ialah Mesjid Menara Kudus, yang arsitekturnya bergaya campuran Hindu dan Islam.
Sunan Kudus diperkirakan wafat pada tahun 1550.
7. Sunan Kalijaga
Nama
aslinya Raden Mas Syahid atau R. Setya menyebarkan ajaran Islam di daerah
Demak. Ia adalah murid Sunan Bonang. Sunan Kalijaga menggunakan kesenian dan
kebudayaan sebagai sarana untuk berdakwah, antara lain kesenian wayang kulit
dan tembang suluk. Tembang suluk Ilir-Ilir dan Gundul-Gundul Pacul umumnya
dianggap sebagai hasil karyanya. Dalam satu riwayat, Sunan Kalijaga disebutkan
menikah dengan Dewi Saroh binti Maulana Ishaq.
8. Sunan Muria
Sunan
Muria dilahirkan dengan nama Raden Umar Said atau Raden Said. Menurut beberapa
riwayat, dia adalah putra dari Sunan Kalijaga yang menikah dengan Dewi
Soejinah, putrid Sunan Ngudung. Nama Sunan Muria sendiri diperkirakan berasal
dari nama gunung (Gunung Muria), yang terletak di sebelah utara kota Kudus,
Jawa Tengah, tempat dia dimakamkan.
9. Sunan Gunung Jati
Nama
aslinya Syarif Hidayatullah, adalah putra Syarif Abdullah putra Nurul Alam
putra Syekh Jamaluddin Akbar. Dari pihak ibu, ia masih keturunan keraton
Pajajaran melalui Nyai Rara Santang, yaitu anak dari Sri Baduga Maharaja. Sunan
Gunung Jati mengembangkan Cirebon sebagai pusat dakwah dan pemerintahannya,
yang sesudahnya kemudian menjadi Kesultanan Cirebon. Anaknya yang bernama
Maulana Hasanuddin, juga berhasil mengembangkan kekuasaan dan menyebarkan agama
Islam di Banten, sehingga kemudian menjadi cikal-bakal berdirinya Kesultanan
Banten.
G.
Pengaruh setelah masuknya Islam di Indonesia
1. Pengaruh Islam di Bidang Bahasa
Konversi Islam nusantara
awalnya terjadi di sekitar semenanjung Malaya. Menyusul konversi tersebut,
penduduknya meneruskan penggunaan bahasa Melayu. Melayu lalu digunakan sebagai
bahasa dagang yang banyak digunakan di bagian barat kepulauan Indonesia.
Seiring perkembangan awal Islam, bahasa Melayu pun memasukkan sejumlah kosakata
Arab ke dalam struktur bahasanya. Bahkan, Taylor mencatat sekitar 15% dari
kosakata bahasa Melayu merupakan adaptasi bahasa Arab. Selain itu, terjadi
modifikasi atas huruf-huruf Pallawa ke dalam huruf Arab, dan ini kemudian
dikenal sebagai huruf Jawi.
Bersamaan naiknya Islam
menjadi agama dominan kepulauan nusantara, terjadi sinkretisasi atas bahasa
yang digunakan Islam. Sinkretisasi terjadi misalnya dalam struktur penanggalan
Çaka. Penanggalan ini adalah mainstream di kebudayaan India. Secara sinkretis,
nama-nama bulan Islam disinkretisasi Agung Hanyakrakusuma (sultan Mataram
Islam) ke dalam sistem penanggalan Çaka. Penanggalan çaka berbasis penanggalan
Matahari (syamsiah, mirip gregorian), sementara penanggalan Islam berbasis
peredaran Bulan (qamariah). Hasilnya pada 1625, Agung Hanyakrakusuma
mendekritkan perubahan penanggalan Çaka menjadi penanggalan Jawa yang sudah
banyak dipengaruhi budaya Islam. Nama-nama bulan yang digunakan tetap 12, sama
dengan penanggalan Hijriyah (versi Islam). Penyebutan nama bulan mengacu pada
bahasa Arab seperti Sura (Muharram atau Assyura dalam Syiah), Sapar (Safar),
Mulud (Rabi’ul Awal), Bakda Mulud (Rabi’ul Akhir), Jumadilawal (Jumadil Awal),
Jumadilakir (Jumadil Akhir), Rejeb (Rajab), Ruwah (Sya’ban), Pasa (Ramadhan),
Sawal (Syawal), Sela (Dzulqaidah), dan Besar (Dzulhijjah). Namun, penanggalan
hariannya tetap mengikuti penanggalan Çaka sebab saat itu penanggalan harian
Çaka paling banyak digunakan penduduk sehingga tidak bisa digantikan begitu
saja tanpa menciptakan perubahan radikal dalam aktivitas masyarakat (revolusi
sosial).
2. Pengaruh Islam di Bidang Pendidikan
Salah satu wujud pengaruh
Islam yang lebih sistemik secara budaya adalah pesantren. Asal katanya
pesantren kemungkinan shastri (dari bahasa Sanskerta) yang berarti orang-orang
yang tahu kitab suci agama Hindu. Atau, kata cantrik dari bahasa Jawa yang
berarti orang yang mengikuti kemana pun gurunya pergi. Fenomena pesantren telah
berkembang sebelum Islam masuk. Pesantren saat itu menjadi tempat pendidikan
dan pengajaran agama Hindu. Setelah Islam masuk, kurikulum dan proses
pendidikan pesantren diambilalih Islam.
Pada dasarnya, pesantren
adalah sebuah asrama tradisional pendidikan Islam. Siswa tinggal bersama untuk
belajar ilmu keagamaan di bawah bimbingan guru yang disebut Kyai. Asrama siswa
berada di dalam kompleks pesantren di mana kyai berdomisili. Dengan kata lain,
pesantren dapat diidentifikasi adanya lima elemen pokok yaitu: pondok, masjid,
santri, kyai, dan kitab-kitab klasik (kitab kuning). Seputar peran signifikan
pesantren ini, Harry J. Benda menyebut sejarah Islam ala Indonesia adalah
sejarah memperbesarkan peradaban santri dan pengaruhnya terhadap kehidupan
keagamaan, sosial, dan ekonomi di Indonesia. Melalui pesantren, budaya Islam
dikembangkan dan beradaptasi dengan budaya lokal yang berkembang di sekitarnya
tanpa mengakibatkan konflik horisontal signifikan.
3. Pengaruh Islam di
Bidang Arsitektur dan Kesenian
Masjid adalah tempat
ibadah umat Islam. Masjid-masjid awal yang dibangun pasca penetrasi Islam ke
nusantara cukup berbeda dengan yang berkembang di Timur Tengah. Salah satunya
tidak terdapatnya kubah di puncak bangunan. Kubah digantikan semacam meru,
susunan limas tiga atau lima tingkat, serupa dengan arsitektur Hindu. Masjid
Banten memiliki meru lima tingkat, sementara masjid Kudus dan Demak tiga
tingkat. Namun, bentuk bangunan dinding yang bujur sangkar sama dengan budaya
induknya.
Perbedaan lain, menara
masjid awalnya tidak dibangun di Indonesia. Menara dimaksudkan sebagai tempat
mengumandakan adzan, seruan penanda shalat. Peran menara digantikan bedug atau
tabuh sebagai penanda masuknya waktu shalat. Setelah bedug atau tabuh
dibunyikan, mulailah adzan dilakukan. Namun, ada pula menara yang dibangun
semisal di masjid Kudus dan Demak. Uniknya, bentuk menara di kedua masjid mirip
bangunan candi Hindu. Meskipun di masa kini telah dilengkapi menara,
bangunan-bangunan masjid jauh di masa sebelumnya masih mempertahankan bentuk
lokalnya, terutama meru dan limas bertingkat tiga.
Seni Ukir. Ajaran Islam
melarang kreasi makhluk bernyawa ke dalam seni. Larangan dipegang para penyebar
Islam dan orang-orang Islam Indonesia. Sebagai pengganti kreativitas, mereka
aktif membuat kaligrafi serta ukiran tersamar. Misalnya bentuk dedaunan, bunga,
bukit-bukit karang, pemandangan, serta garis-garis geometris. Termasuk ke
dalamnya pembuatan kaligrafi huruf Arab. Ukiran misalnya terdapat di Masjid
Mantingan dekat Jepara, daerah Indonesia yang terkenal karena seni ukirnya.
Seni Sastra. Seperti
India, Islam pun memberi pengaruh terhadap sastra nusantara. Sastra bermuatan
Islam terutama berkembang di sekitar Selat Malaka dan Jawa. Di sekitar Selat
Malaka merupakan perkembangan baru, sementara di Jawa merupakan kembangan
sastra Hindu-Buddha. Sastrawan Islam melakukan gubahan baru atas Mahabarata,
Ramayana, dan Pancatantra. Hasil gubahan misalnya Hikayat Pandawa Lima, Hikayat
Perang Pandawa Jaya, Hikayat Seri Rama, Hikayat Maharaja Rawana, Hikayat
Panjatanderan. Di Jawa, muncul sastra-sastra lama yang diberi muatan Islam
semisal Bratayuda, Serat Rama, atau Arjuna Sasrabahu. Di Melayu berkembang
Sya’ir, terutama yang digubah Hamzah Fansuri berupa suluk (kitab yang
membentangkan persoalan tasawuf). Suluk gubahan Fansuri misalnya Sya’ir Perahu,
Sya’ir Si Burung Pingai, Asrar al-Arifin, dan Syarab al Asyiqin.
4. Sistem Pemerintahan
Dalam pemerintahan,
sebelum Islam masuk Indonesia, sudah berkembang pemerintahan yang bercorak
Hindu ataupun Budha. Tetapi setelah Islam masuk, maka kerajaan-kerajaan yang
bercorak Hindu/Budha mengalami keruntuhannya dan digantikan peranannya oleh
kerajaan-kerajaan yang bercorak Islam seperti Samudra Pasai, Demak, Malaka dan
sebagainya.
Sistem pemerintahan yang
bercorak Islam, rajanya bergelar Sultan atau Sunan seperti
halnya para wali dan
apabila rajanya meninggal tidak lagi dimakamkan dicandi/dicandikan tetapi
dimakamkan secara Islam.
Sistem Kalender
Sebelum budaya Islam
masuk ke Indonesia, masyarakat Indonesia sudah mengenal Kalender Saka (kalender
Hindu) yang dimulai tahun 78M. Dalam kalender Saka ini ditemukan nama-nama
pasaran hari seperti legi, pahing, pon, wage dan kliwon. Setelah berkembangnya
Islam Sultan Agung dari Mataram menciptakan kalender Jawa, dengan menggunakan
perhitungan peredaran bulan (komariah) seperti tahun Hijriah (Islam).
Nama-nama bulan yang
digunakan adalah 12, sama dengan penanggalan Hijriyah (versi Islam). Demikian
pula, nama-nama bulan mengacu pada bahasa bulan Arab yaitu Sura (Muharram), Sapar
(Safar), Mulud (Rabi’ul Awal), Bakda Mulud (Rabi’ul Akhir), Jumadilawal
(Jumadil Awal), Jumadilakir (Jumadil Akhir), Rejeb (Rajab), Ruwah (Sya’ban),
Pasa (Ramadhan), Sawal (Syawal), Sela (Dzulqaidah), dan Besar (Dzulhijjah).
Namun, penanggalan hariannya tetap mengikuti penanggalan Saka karena
penanggalan harian Saka saat itu paling banyak digunakan penduduk Kalender
Sultan Agung tersebut dimulai tanggal 1 Syuro 1555 Jawa, atau tepatnya 1
Muharram 1053 H yang bertepatan tanggal 8 Agustus 1633 M.
5. Aksara dan Seni Sastra
Tersebarnya agama Islam
ke Indonesia maka berpengaruh terhadap bidang aksara atau tulisan, yaitu
masyarakat mulai mengenal tulisan Arab, bahkan berkembang tulisan Arab Melayu
atau biasanya dikenal dengan istilah Arab gundul yaitu tulisan Arab yang
dipakai untuk menuliskan bahasa Melayu tetapi tidak menggunakan tanda-tanda a,
i, u seperti lazimnya tulisan Arab. Di samping itu juga, huruf Arab berkembang
menjadi seni kaligrafi yang banyak digunakan sebagai motif hiasan ataupun ukiran.
Sedangkan dalam seni
sastra yang berkembang pada awal periode Islam adalah seni sastra yang berasal
dari perpaduan sastra pengaruh Hindu – Budha dan sastra Islam yang banyak
mendapat pengaruh Persia.
Dengan demikian wujud
akulturasi dalam seni sastra tersebut terlihat dari tulisan/aksara yang
dipergunakan yaitu menggunakan huruf Arab Melayu (Arab Gundul) dan isi
ceritanya juga ada yang mengambil hasil sastra yang berkembang pada jaman
Hindu.
Bentuk seni sastra yang
berkembang adalah:
a. Hikayat yaitu cerita
atau dongeng yang berpangkal dari peristiwa atau tokoh sejarah. Hikayat ditulis
dalam bentuk peristiwa atau tokoh sejarah. Hikayat ditulis dalam bentuk
gancaran (karangan bebas atau prosa). Contoh hikayat yang terkenal yaitu
Hikayat 1001 Malam, Hikayat Amir Hamzah, Hikayat Pandawa Lima (Hindu), Hikayat
Sri Rama (Hindu).
b. Babad adalah kisah
rekaan pujangga keraton sering dianggap sebagai peristiwa sejarah contohnya
Babad Tanah Jawi (Jawa Kuno), Babad Cirebon.
c. Suluk adalah kitab
yang membentangkan soal-soal tasawwuf contohnya Suluk Sukarsa, Suluk Wijil,
Suluk Malang Sumirang dan sebagainya.
d. Primbon adalah hasil
sastra yang sangat dekat dengan Suluk karena berbentuk kitab yang berisi
ramalan-ramalan, keajaiban dan penentuan hari baik/buruk.
Bentuk seni sastra
tersebut di atas, banyak berkembang di Melayu dan Pulau Jawa.
Kedatangan
Islam ke Indonesia membawa pengaruh cukup besar bagi kebudayaan Indonesia.
Tetapi bukan berarti menghapus semua yang ada sebelumnya. Misalnya, kesenian
wayang yang telah ada sebelum kedatangan Islam. Bahkan wayang ini digunakan
para wali untuk menyebarkan agama Islam.
H.
Peradaban Islam Saat Ini
Pada
masa Orde Baru (Orba), perkembangan umat Islam di Indonesia kurang begitu
menggembirakan dikarenakan tekanan dari penguasa yang menghalangi laju
pergerakan dan kebangkitan umat Islam. Setelah rezim Orba jatuh (Reformasi
1998), umat Islam lebih bebas untuk bergerak dalam berbagai hal, terutama
politik. Terbukti dengan bermunculannya berbagai partai politik yang membawa
nama Islam. Namun pemasalahan umat Islam tidak berhenti begitu saja. Berbagai
isu yang berkembang di kalangan umat Islam tidak jarang membawa perpecahan
antar saudara seakidah.
Masyarakat
Indonesia adalah masyarakat yang majemuk. Umat Islam yang menjadi bagian terbesar
masyarakat Indonesia pun tidak terlepas dari kemajemukan. Berbagai golongan dan
madzhab berkembang dalam tubuh umat Islam Indonesia. Golongan-golongan tersebut
secara jelas tampak pada berbagai organisasi sosial, politik dan
kemasyarakatan.
Baru-baru
ini muncul istilah Islamfobia dalam kehidupan masyarakat, ketakutan terhadap
Islam. Yang mengherankan, di beberapa kalangan umat Islam sendiri terjadi
ketakutan akan adanya penerapan syariat Islam. Beberapa Peraturan Daerah
(Perda) yang belum lama ini ditetapkan, di antaranya mengenai Pencegahan dan
Pemberantasan Maksiat (Prov. Sumbar, Kab. Padang Pariaman), Pendidikan
Al-Qur’an bagi Pelajar dan Calon Pengantin (Kab. Solok, Kota Padang, Prov.
Sulsel, Kab. Maros,) Pemakaian Busana Muslimah (Kab. Solok, Kota Padang,
Pasaman Barat, Kab. Gowa, Kab. Sinjai), Larangan Pelacuran (Kab. Gresik,
Jember, Tangerang), Peredaran Minuman Keras (Gresik, Pamekasan); (Republika,
17/06/2006) membuat sebagian pihak menuding adanya upaya Islamisasi
undang-undang dan peraturan. Harian Republika (17/5/2006) memberitakan protes
yang dilakukan oleh salah satu anggota DPR dari Partai Damai Sejahtera (PDS),
Konstan Ponggawa, terhadap pemberlakuan sejumlah perda yang bernuansa Syariat
Islam. Ia menilai perda-perda seperti itu inkonstitusional dan bertentangan
dengan komitmen Negara Kesatuan Republik Indonesia. Padahal perda-perda
tersebut tidak ada yang bertentangan dengan Pancasila dan UUD ’45 sebagai
landasan Ideal dan landasan Konstitusional negara.
BAB IV
A.
Kesimpulan
Kesimpulan yang
dapt diambil dari pembahasan di atas yaitu:
1. Indonesia
merupakan Negara kepulauan di asia tenggara yang banyak di singgahi oleh
pedagang-pedagang asing sehingga dari sinilah kebudayaan-kebudayaan islam mulai
memasuki kepulauan Indonesia.
2. Masuknya islam
di Indonesia menurut uka tjandrasasmita dilakukan dengan enam saluran yaitu:
Saluran perdagangan, Saluran perkawinan, Saluran tasawuf, Saluran pendidikan,
Saluran kesenian, dan Saluran politik.
3. Kerajaan islam yang ada di Indonesia yaitu:
Kerajaan Samudera Pasai, Kerajaan Malaka, Kerajaan Aceh.
B.
Saran
Makalah
yang berjudul sejarah masuknya Islam di Indonesia ini merupakan karya tulis
berdasarkan himpunan material yang diambil dari berbagai sumber. Oleh karena
itu, jika ada kesalahan dalam penulisan dan dalam penyajian bahan, penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi terwujudnya
kebenaran yang kita kehendaki semua dan demi kesempurnaa penyelesaian makalah
pajak ini.
C.
Daftar Pustaka
D.
Biodata Penulis
Nuriah
Qalbi lahir di Sungguminasa pada hari sabtu tanggal 2 juni 2001, merupakan anak
tunggal dari pasangan Jumardi dan St. Rampe,Sp.
Pendidikan
formal yang telah di lalui adalah Taman Kanak-Kanak ‘ Aisyiyah Bustanul Athfal
tahun 2006-2007, Sekolah Dasar Negeri Sungguminasa II tahun 2007-2013. Tahun
2013 di terima sebagai siswa Sekolah
Menengah Pertama Negeri 1
Sungguminasa