Makalah ini di
susun untuk memenuhi
penyelesaian pembelajaran
pendidikan agama islam semester ganjil di kelas VII akselerasi
pendidikan agama islam semester ganjil di kelas VII akselerasi
Oleh:
NURIAH
QALBI
001
341 96 55
SMPN
1 SUNGGUMINASA
TAHUN
AJARAN 2013/2O14
KATA PENGANTAR
Bismllahirahmanirahim
Segala puji
syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah Yang Maha
kuasa atas segala
limpahan rahmat dan
Hidayah-Nyalah yang di
berikan, sehingga penulis
makalah yang berjudul Sejarah Nabi Muhammad saw.
Sebagai salah satu
syarat untuk memenuhi
penyelesaian pembelajaran semester
ganjil di kelas
VII akselerasi.
Sungguh banyak
kesulitan dan hambatan
yang penulis temui
dalam penyusunan makalah
ini, namun karena
ketabahan dan keteguhan
hati, serta bantuan
dari berbagai pihak
yang di berikan
kepada penulis.
Oleh karena
itu lewat tulisan
ini, penulis mengucapkan
terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada ayahanda
dan ibunda tercinta yang
memberikan dukungan sehingga
penulisan makalah ini
dapat terselesaikan.
Penulis juga
mengucapkan terima kasih
yang setulusnya kepada
Hasmawati S.Ag sebagai
pembimbing yang telah
memberikan banyak petunjuk
dalam proses penyelesaian
makalah ini. Ucapan
terima kasih kepada
kepala sekolah SMPN 1 SUNGGUMINASA Drs.H.Sanrea.M.Pd dan
wakil kepala sekolah
Dra.St.Halima serta guru-guru
SMPN 1 SUNGGUMINASA dan teman-teman
kelas VII akselerasi. Penulis menyadari
bahwa di dalam
makalah ini, keberadaannya
jauh dari kesempurnaan.
Akhirnya penulis mengucapkan
rasa terima kasih
dan sangat mengharapkan penulisan
makalah ini bermanfaat
bagi pembaca.
Sungguminasa, November
2013 Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR…………………………………………………… 1
DAFTAR
ISI……………………………………………………………... 2
BAB
I
PENDAHULUAN………………………………………………………... 4
A. Latar
belakang……………………………………………………. 4
B. Rumusan
masalah………………………………………………… 6
C.
Tujuan penulis……………………………………………………. 7
D.
Manfaat penulis…………………………………………………… 8
BAB II
PEMBAHASAN MASALAH
·
Kondisi mekah menjelah kelahiran Nabi
Muhammad saw.. 10
·
Serangan Abrahah…………………………………………. 10
·
Kelahiran Nabi Muhammad saw………………………….. 14
·
Masa pengasuhan Halimah sa’siyah………………………. 16
·
Masa pengasuhan Abdul Muthalib dan Abu
Thalib………. 20
·
Perjalanan ke Syam……………………………………….. 20
·
Mengembala domba……………………………………..... 21
·
Perang Fijr………………………………………………… 22
·
Sumpah Fudhul…………………………………………… 23
·
Membawa barang dagangan Khadijah…………………… 24
·
Masa dewasa dan pernikahan Nabi Muhammad
saw…….. 26
·
Muhammad menjadi Rasul………………………………. 30
·
Tugas Nabi Muhammad saw…………………………….. 31
A. Dakwa secara
sembunyi-sembunyi…………………… 31
B. Reaksi
orang Quraisy………………………………… 32
1.
Hijrah ke Habsyah (Ethopia)…………………….. 34
2. Is’ra Mi’raj………………………………………… 36
3. Hijrah ke Yastrib………………………………….. 38
·
Peristiwa haji Wadha……………………………………. 42
·
Sakitnya Nabi Muhammad saw…………………………. 43
·
Hari terakhir kehidupan Rasurullah……………………... 43
·
Penutur ulang Lukman hakim zuhdi…………………….. 44
·
Pesan Nabi Muhammad saw sebelum meninggal……….. 44
A. Alam
ikut menangis…………………………………. 46
·
Senyum terakhir Nabi Muhammad saw…………………. 47
·
Reaksi para sahabat atas wafatnya
Rasurullah saw…..…. 48
A. Reaksi
Umar bin khattab……………………………. 49
B. Reaksi Abu bakar……………………………………. 49
·
Pidato Abu bakar siddik………………………………... 50
·
Doa ma halaka………………………………………….. 51
·
Prosesi pemakaman Nabi Muhammad saw…………….. 52
BAB
IV
Kesimpulan……………………………………………………………… 57
Saran…………………………………………………………………….. 58
Daftar
refrensi…………………………………………………………...
58
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Gurun
tandus yang di kelilingi gurun pasir dan gunung-gunung, yang mana pada masa itu
kehidupan manusia sangat lah buruk, sehingga disebutlah pada masa itu dengan
zaman jahiliyah atau zaman kebodohan manusia, dilahirkanlah seorang manusia
pilihan, yang merupakan pembawa cahaya iman, sebagai panutan akhlak yang mulia
bagi umat manusia dan jin sampai akhir kehidupan di dunia ini.
Bahkan
nama seorang hamba yang mulia ini sudah diramalkan dalam kitab-kitab suci agama
terdahulu, seperti dalam kitab agama Buddha. Sang Buddha berkata :
“Wahai para pendeta, ketika manusia berusia 80.000 tahun, akan hadir di atas
muka bumi seorang Buddha bernama Metteyya (yang pengasih), manusia suci
(Arahat), yang tercerahkan serta penuh keagungan, dirahmati kebijaksanaan
tindakannya, kesuksesan, pengatahuan atas jagat, pengendara kereta kuda tiada
tanding yang ramah; penguasa malaikat dan manusia; Buddha yang diberkati,
meskipun aku telah lahir di muka bumi ini, seorang Buddha dengan kualitas yang
sama akan diturunkan.
Apa
yang dia pahami dari langit akan dia kabarkan pada dunia bersama para malaikat,
sahabat, dan malaikat utama lainnya, dan orang-orang bijak serta brahmana,
pangeran, dan rakyat biasa; seperti halnya aku sekarang yang mengatakan hal
yang sama kepada pihak yang sama. Dia akan mengkhotbahkan agamanya, mulia
asalnya, agung pada puncak kejayaannya, dan agung pula tujuannya, baik dalam jiwa
maupun ucapan. Dia akan mengumandangkan kehidupan beragama yang utuh sempurna
lagi menyeluruh, seperti aku sekarang menyebarkan agamaku dan kehidupan sama.
Dia akan memimpin ribuan masyarakat, sedangkan aku hanya memimpin beberapa
ratus pendeta.
Sungguh
begitu agung dan mulia, nama-namanya telah terukir indah di sorga sana dan di
hati-hati orang-orang yang beriman, namanya terus di puji-puji sebagai tanda
kecintaan kepada insan pilihan, bahkan air mata terus mengalir di mata-mata
para perindu sang nabi yang mulia hingga akhir zaman. Yang mampu memberikan
cahaya kedamaian bagi hati yang sedang kegelapan, beliau adalah “cayaha di atas
cahaya”, NUURUN ALA NUURI”.
Tubuh
Nabi Saw warnanya putih kemerah-merahan, kulitnya bercahaya-cahaya mukanya
indah menawan dahi beliau luas, kepala beliau besar sempurna, hidung mancung
bagai huruf alif bengkok sedikit dan bercahaya, pipinya halus dan sedang, bulu
matanya lebat, bola mata nya besar dan indah, matanya luas dan bersangatan
hitam bola matanya, putih mata beliau bercampur kemerah-merahan, gigi muka rapi
tersusun indah, jika beliau tersenyum sungguh bercahaya-cahaya, rambut beliau
lebat tidak terlalu keriting dan lurus indah menawan, yang panjangnya sampai
ketelinga, kadang panjangnya sampai kebahu, jenggotnya lebat, perut dan
belakang rata, bahu beliau besar, jari-jari lemas dan lembut, dan bentuk tubuh
beliau sedang tidak terlalu tinggi dan tidak pula terlalu rendah, tidak gemuk
dan tidak pula kurus, tutur katanya halus dan santun, bila Nabi Muhammad saw berbicara
bercahaya dan senyum manis menyertai raut mukanya.
beliau
berjalan tenang bagaikan orang yang sedang turun dari tempat yang tinggi dan
pandangan beliau lebih banyak memandang kebawah dari pada ke atas, begitu
tampan dan menawan walaupun dilihat dari jauh, dan apabila sudah dekat tak ada
kata yang bisa diucapkan sebab begitu indahnya. Abu Hurairah pernah berkata : “Tak pernah aku melihat orang
yang lebih tampan dari Nabi saw.
Beliau
adalah bernama NABI MUHAMMAD SAW, seorang manusia pilihan yang dilahirkan
dengan penuh kemuliaan hingga akhir hayatnya. dari betapa agungnya beliau dari
maka itu penulis akan mempersembahkan sebuah makalah yang berisikan tentang
sejarah perjalanan hidup Nabi Muhammad SAW. Namun kiranya dalam makalah ini masih
banyak kekurangan dan kekeliruan baik dalam penyusunan kalimat, karena
keterbatasan pengetahuan penulis dan masih kurangnya buku-buku pendukung dalam
penulisan ini.
B.
RUMUSAN
MASALAH
·
Kondisi mekah menjelah kelahiran Nabi
Muhammad saw.
·
Serangan Abrahah.
·
Kelahiran Nabi Muhammad saw.
·
Masa pengasuhan Halimah sa’siyah.
·
Masa pengasuhan Abdul Muthalib dan Abu
Thalib.
·
Perjalanan ke Syam.
·
Mengembala domba.
·
Perang Fijr.
·
Sumpah Fudhul.
·
Membawa barang dagangan Khadijah.
·
Masa dewasa dan pernikahan Nabi Muhammad
saw.
·
Muhammad menjadi Rasul.
·
Tugas Nabi Muhammad saw.
·
Dakwa secara sembunyi-sembunyi.
·
Reaksi orang Quraisy.
·
Hijrah ke Habsyah (Ethopia).
·
Is’ra Mi’raj.
·
Hijrah ke Yastrib.
·
Peristiwa haji Wadha
·
Sakitnya Nabi Muhammad saw.
·
Hari terakhir kehidupan Rasurullah.
·
Penutur ulang Lukman hakim zuhdi.
·
Pesan Nabi Muhammad saw sebelum meninggal.
·
Alam ikut menangis.
·
Senyum terakhir Nabi Muhammad saw.
·
Reaksi para sahabat atas wafatnya
Rasurullah saw.
·
Reaksi Umar bin khattab.
·
Reaksi Abu bakar.
·
Pidato Abu bakar siddik.
·
Doa ma halaka.
·
Prosesi pemakaman Nabi Muhammad saw.
C.
TUJUAN
PENULIS
Makalah
ini bertujuan agar pembaca dapat
mengetahui lebih mendalam
tentang:
·
Kondisi mekah menjelah kelahiran Nabi
Muhammad saw.
·
Serangan Abrahah.
·
Kelahiran Nabi Muhammad saw.
·
Masa pengasuhan Halimah sa’siyah.
·
Masa pengasuhan Abdul Muthalib dan Abu
Thalib.
·
Perjalanan ke Syam.
·
Mengembala domba.
·
Perang Fijr.
·
Sumpah Fudhul.
·
Membawa barang dagangan Khadijah.
·
Masa dewasa dan pernikahan Nabi Muhammad
saw.
·
Muhammad menjadi Rasul.
·
Tugas Nabi Muhammad saw.
·
Dakwa secara sembunyi-sembunyi.
·
Reaksi orang Quraisy.
·
Hijrah ke Habsyah (Ethopia).
·
Is’ra Mi’raj.
·
Hijrah ke Yastrib.
·
Peristiwa haji Wadha
·
Sakitnya Nabi Muhammad saw.
·
Hari terakhir kehidupan Rasurullah.
·
Penutur ulang Lukman hakim zuhdi.
·
Pesan Nabi Muhammad saw sebelum meninggal.
·
Alam ikut menangis.
·
Senyum terakhir Nabi Muhammad saw.
·
Reaksi para sahabat atas wafatnya
Rasurullah saw.
·
Reaksi Umar bin khattab.
·
Reaksi Abu bakar.
·
Pidato Abu bakar siddik.
·
Doa ma halaka.
·
Prosesi pemakaman Nabi Muhammad saw.
D.
MANFAAT
PENULIS
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini
adalah dapat memberi gambaran pengetahuan tentang:
·
Dapat mengatahui Kondisi mekah menjelah
kelahiran Nabi Muhammad saw.
·
Dapat mengatahui Serangan Abrahah.
·
Dapat mengatahui Kelahiran Nabi Muhammad
saw.
·
Dapat mengatahui Masa pengasuhan Halimah
sa’siyah.
·
Dapat mengatahui Masa pengasuhan Abdul
Muthalib dan Abu Thalib.
·
Dapat mengatahui Perjalanan ke Syam.
·
Dapat mengatahui Mengembala domba.
·
Dapat mengatahui Perang Fijr.
·
Dapat mengatahui Sumpah Fudhul.
·
Dapat mengatahui Membawa barang dagangan
Khadijah.
·
Dapat mengatahui Masa dewasa dan
pernikahan Nabi Muhammad saw.
·
Dapat mengatahui Muhammad menjadi Rasul.
·
Dapat mengatahui Tugas Nabi Muhammad saw.
·
Dakwa secara sembunyi-sembunyi.
·
Dapat mengatahui Reaksi orang Quraisy.
·
Dapat mengatahui Hijrah ke Habsyah
(Ethopia).
·
Dapat mengatahui Is’ra Mi’raj.
·
Dapat mengatahui Hijrah ke Yastrib.
·
Dapat mengatahui Peristiwa haji Wadha
·
Dapat mengatahui Sakitnya Nabi Muhammad saw.
·
Dapat mengatahui Hari terakhir kehidupan
Rasurullah.
·
Dapat mengatahui Penutur ulang Lukman
hakim zuhdi.
·
Dapat mengatahui Pesan Nabi Muhammad saw
sebelum meninggal.
·
Dapat mengatahui Alam ikut menangis.
·
Dapat mengatahui Senyum terakhir Nabi
Muhammad saw.
·
Dapat mengatahui Reaksi para sahabat atas
wafatnya Rasurullah saw.
·
Dapat mengatahui Reaksi Umar bin khattab.
·
Dapat mengatahui Reaksi Abu bakar.
·
Dapat mengatahui Pidato Abu bakar siddik.
·
Dapat mengatahui Doa ma halaka.
·
Dapat mengatahui Prosesi pemakaman Nabi
Muhammad saw
BAB II
PEMBAHASAN MASALAH
A.SEJARAH NABI MUHAMMAD SAW.
1. kondisi
Mekah menjelang kelahiran Nabi Muhammad saw.
A.Serangan Abrahah
Masa sebelum kelahiran Nabi Muhammad
saw lahir adalah masa kegelapan bagi bangsa arab karena perilaku jahiliyah
mereka. Masa itu disebut dengan zaman jahiliyah atau zaman kebodohan. tahun
kelahiran Nabi Muhammad SAW dikenal juga dengan “Tahun Gajah”. Sebuah Istilah
yang terkait dengan aksi penyerangan terhadap Makkah oleh Abrahah, penguasa
Ethiopia di daerah Yaman.
Kisah ini dimulai dengan ambisi Abrahah untuk
membangun sebuah Gereja Besar di kota Shan’a. Sebuah bangunan yang tak
tertandingi kemegahannya pada saat itu. Abrahah sendiri memberi nama Gereja itu
“Qullais”. Pendirian bangunan ini ternyata bertujuan untuk mengalihkan
perhatian orang-orang arab dari Ka’bah yang sudah mereka muliakan selama
berabad-abad. Dari surat yang dikirimkan Abrahah kepada Raja Ethiopia
(Habasyah) diketahui bahwa Abrahah berharap Qullais bisa mengalahkan pengaruh
Ka’bah pada jaman itu.
Ketika
mendengar hal itu, seorang diantara kabilah Bani Fuqaim bin ‘Adiy bin ‘Amir bin
Tsa’labah bin Al-Harits bin Malik bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin
Ilyas bin Mudhar tidak dapat menahan amarahnya. Secara diam-diam orang tersebut
masuk ke dalam Qullais lalu buang air besar didalamnya dan mengotori bagian
penting bangunan itu dengan tinja. Ketika Abrahah mendengar peristiwa itu dia marah
besar dan bersumpah akan menghancurkan ka’bah. Ia menyiapkan sebuah pasukan
besar diperkuat oleh beberapa puluh ekor gajah lalu berangkat sendiri memimpin
pasukannya menuju Makkah.
Dalam
Perjalanan menuju Makkah, Abrahah mendapatkan perlawanan dari Pasukan Dzu Nafar
dan pasukan lain dibawah pimpinan Nufail bin Hudaib namun semuanya dapat
dipatahkan dan keduanya berhasil ditawan oleh Abrahah dan dijadikan penunjuk
jalan menuju ke Makkah. Sesampainya di daerah Al- Mughammis, Abrahah mengutus
Al- Aswad bin Maqshud berangkat ke Makkah. Dalam melaksanakan tugas ini mereka
merampas kekayaan penduduk Tihamah (orang-orang Qurays dan lain-lain), termasuk
200 ekor Unta milik Abdul Mutthalib bin Hasyim (Kakek Nabi Muhammad SAW) yang
ketika itu berkedudukan sebagai tokoh pimpinan Qurays.
Kabilah-kabilah
di sekitar Makkah bangkit hendak melakukan perlawanan, namun setelah menyadari
kekuatan mereka tak seimbang akhirnya mereka mengurungkan niatnya. Sesampainya
di Makkah, Abrahah mengutus Hunathah al Hymyariy untuk memberitahu pesan
Abrahah : Bahwa Abrahah tidak datang bermaksud memerangi penduduk Mekkah,
Melainkan hendak menghancurkan Ka’bah. Apabila mereka tidak melawan maka
Abrahah tidak akan menumpahkan darah mereka. Kalau pemimpin Mekkah benar-benar
tidak akan memerangi Abrahah, sebaiknya datang menghadap.
Setelah
mengetahui bahwa pemimpin Mekkah adalah Abdul Mutthalib, Hunathah segera
menemuinya dan menyampaikan pesan itu. Abdul Muthallib menjawab: “ Kami tidak
berniat memerangi Abrahah karena kami tidak punya kekuatan untuk itu. Rumah
Suci itu (Ka’bah) adalah milik Allah yang dibangun oleh Nabi Ibrahim
alaihissalam. Jika Allah hendak mencegah penghancuran yang hendak dilakukan
oleh Abrahah itu adalah urusan Pemilik rumah suci itu, tetapi jika Allah hendak
membiarkan Rumah sucinya itu dihancurkan orang maka kami tidak sanggup
mempertahankannya”. Mendengar jawaban seperti itu, Hunathah kemudian mengajak
Abdul Mutthalib menemui Abrahah.
Abdul
Mutthalib disambut ramah oleh Abrahah. Melalui penterjemahnya Abrahah bertanya
mengenai keperluan Abdul mutholib. Abdul mutthalib mengatakan bahwa ia datang
hendak menuntut pengembalian 200 ekor untanya yang dirampas pasukan Abrahah.
Abrahah
heran dan kembali bertanya:” sebenarnya aku kagum melihat anda, tetapi
kekagumanku itu hilang samasekali setelah tuan berbicara mengenai unta. Apakah
patut orang seperti tuan lebih mengutamakan pembicaraan mengenai pengembalian
unta yang telah kurampas daripada berbicara mengenai Ka’bah yang menjadi Syiar
agama tuan dan agama nenek moyang tuan. Aku datang untuk menghancurkannya
tetapi tuan tidak berbicara mengenai itu”. Abdul Mutthalib menjawab:” Akulah
yang mempunyai untaunta itu, sedangkan Ka’bah mempunyai Pemiliknya sendiri yang
akan mencegah dan mempertahankannya”. Abrahah menantang:” Tidak ada sesuatu
yang dapat mencegah kemauanku”. Abdul Mutthalib menjawab:” Silakan tuan
lakukan…” Setelah mendapatkan kembali unta-untanya, Abdul Mutthalib kembali ke
Makkah dan meminta semua penduduk Makkah untuk pergi berlindung ke pegunungan
guna menghindari aksi kekejaman Pasukan Abrahah.
Sebelum
keluar meninggalkan Mekkah, Abdul Mutthalib menghampiri Ka’bah dan sambil
berpegang pada gelangan besi pintunya ia berdo’a bersama beberapa orang Qurays
lainya, mohon kepada Allah supaya melindungi keselamatan Ka’bah. Setelah itu
mereka pergi mengungsi ke pegunungan menunggu apa yang hendak dilakukan Abrahah
pada saat memasuki kota tersebut. Keesokan harinya, Abrahah sudah siap siaga
bersama pasukannya. Abrahah menunggang gajah kesayangannya yang diberi nama
“Mahmud”. Ketika semuanya sudah siap, Nufail bin Hudaib membisikkan pada
telinga Mahmud :” Hai Mahmud, bersimpuhlah. Atau pulang kembali ke tempat
asalmu (Yaman). Ketahuilah bahwa engkau sekarang berada di tanah suci”.
Sesaat
setelah Nufail pergi, Mahmud bersimpuh dan tidak mau berdiri jika dihadapkan ke
arah Ka’bah. Begitu juga gajah-gajah yang lain. Meski mereka dipukul tetap
tidak mau berdiri kecuali jika dihadapkan ke arah Yaman mereka langsung bangkit
dan berlari. Dalam keadaan yang membingungkan itu Allah mengirimkan ribuan
burung kecil yang membawa tiga buah batu sebesar biji gandum, satu buah di
paruhnya dan dua buah di kedua kakinya. Ternyata batu itu berhasil membinasakan
bagi siapa saja yang tertimpa bati itu.
Mereka
yang selamat lari tunggang langgang mencari jalan untuk pulang ke Yaman,
sementara Abrahah termasuk yang terkena batu tersebut dan meninggal dengan
mengenaskan. Jari-jari tangan dan kakinya rontok dan mengeluarkan darah dan
nanah dari kepalanya. Abrahah dibawa pulang oleh pasukannya yang tersisa.
Berdasarkan
riwayat yang berasal dari Ya’kub bin Utbah, Ibnu Ishaq mengatakan, pada tahun
itu pertama kali di negeri arab terjadi wabah penyakit Morbili dan cacar basah.
Setelah Muhammad SAW diangkat menjadi Rosul, peristiwa ini diabadikan kembali
oleh Allah SWT dalam Qur’an Surat Al-Fiil.
Saat
penyerangan inilah Aminah binti Abdul Wahab melahirkan Nabi Muhammad saw ketika
akan mengungsi.
Peristiwa
lain menjelang kelahiran Muhammad SAW
Pada
malam kelahiran Nabi Muhammad saw tampak berbagai tanda-tanda luar biasa.
Diantara kejadian itu adalah:
- Bumi
digoncang gempa hingga berhala yang terpancang diatas Ka’bah runtuh bergelimpangan.
-
Beberapa buah Gereja dan Biara runtuh.
-
Istana Kisra di Persia retak dan roboh.
- Disusul
oleh padamnya api sesembahan kaum majusi di Persia. Dengan padamnya api
sesembahan mereka yang tidak pernah terjadi sebelumnya ini mereka cemas dan
sedih, semuanya menduga bahwa semua tanda yang mereka saksikan itu pasti
menunjukkan peristiwa besar di dunia.
2. Kelahiran Nabi Muhammad saw.
Sekitar
tahun 570 M, Mekah adalah sebuah kota yang sangat penting dan terkenal di
antara kota-kota di negeri Arab, baik karena tradisinya ataupun karena
letaknya. Kota ini dilalui jalur perdagangan yang ramai menghubungkan Yaman di
Selatan dan Syiria di Utara. Dengan adanya Ka’bah di tengah kota, Mekah menjadi
pusat keagamaan Arab. Di dalamnya terdapat 360 berhala, mengelilingi berhala
utama, Hubal. Mekah kelihatan makmur dan kuat. Agama dan masyarakat
Arab pada masa itu mencerminkan realitas kesukuan masyarakat jazirah Arab
dengan luas satu juta mil persegi.
Nabi
Muhammad saw dilahirkan dalam keluarga bani Hasyim di Mekah pada hari senin,
tanggal 9 Rabi’ul Awwal, Bertepatan dengan tanggal 20 atau 22 April 571 M.pada
permulaan tahun dari Peristiwa Gajah. Maka tahun itu dikenal dengan Tahun
Gajah. Dinamakan demikian karena pada tahun itu pasukan Abrahah, gubernur
kerajaan Habsyi (Ethiopia), dengan menunggang gajah menyerang Kota Mekah untuk
menghancurkan Ka’bah. Bertepatan dengan tanggal 20 atau 22 bulan April
tahun 571 M. Ini berdasarkan penelitian ulama terkenal, Muhammad Sulaiman Al-manshurfury dan peneliti
astronomi, Mahmud Pasha.
Nabi
Muhammad adalah anggota bani Hasyim, suatu kabilah yang kurang berkuasa dalam
suku Quraisy. Kabilah ini memegang jabatan siqayah. Nabi Muhammad
lahir dari keluarga terhormat yang relatif miskin. Ayahnya bernama Abdullah
anak Abdul Muthalib, seorang kepala suku Quraisy yang besar pengaruhnya. Ibunya
adalah Aminah binti Wahab dari bani Zuhrah. Muhammad SAW. Nabi terakhir ini
dilahirkan dalam keadaan yatim karena ayahnya meninggal dunia tiga bulan
setelah dia menikahi Aminah.
Ramalan
tentang kedatangan atau kelahiran Nabi Muhammad dapat ditemukan dalam
kitab-kitab suci terdahulu. Al-Qur’an dengan tegas menyatakan bahwa kelahiran
Nabi Muhammad SAW telah diramalkan oleh setiap dan semua nabi terdahulu, yang
melalui mereka perjanjian telah dibuat dengan umat mereka masing-masing bahwa
mereka harus menerima atas kerasulan Muhammad SAW nanti.
Seperti
dalam Qs. Ali ‘Imran ayat 81:
“Dan
(ingatlah), ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi: “Sungguh, apa
saja yang Aku berikan kepadamu berupa Kitab dan hikmah Kemudian datang kepadamu
seorang Rasul yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu akan
sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya”. Allah berfirman: “Apakah
kamu mengakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang demikian itu?” mereka
menjawab: “Kami mengakui”. Allah berfirman: “Kalau begitu saksikanlah (hai para
Nabi) dan Aku menjadi saksi (pula) bersama kamu”.
Sejumlah
penulis besar tentang Sirah dan para pakar hadits telah banyak
meriwayatkan peristiwa-peristiwa di luar kebiasaan, yang muncul pada saat
kelahiran Nabi Muhammad SAW. Peristiwa-peristiwa diluar daya nalar manusia,
yang mengarah kepada dimulainya era baru bagi alam dan kehidupan manusia, dalam
hal agama dan moral. Diantara peristiwa-peristiwa tersebut adalah
singgasana Kisra yang bergoyang-goyang hingga menimbulkan bunyi serta
menyebabkan jatuh 14 balkonnya, surutnya danau Sawa, padamnya api sembahan
orang-orang Persia yang belum pernah padam sejak seribu tahun lalu.
3. MASA PENGASUHAN HALIMAH SA’SIYAH
Setelah
melahirkan, Ibu beliau segera membawanya kepada kakeknya Abdul Muttholib, lalu
kakeknya membawanya ke Ka’bah. Dia berdo’a kepada Allah dan bersyukur
kepada-Nya. Lalu beliau diberi nama “Muhammad”, nama yang belum dikenal pada
masyarakat Arab Masa itu. Lalu pada hari ketujuh pasca kelahirannya Muhammad
dikhitan.
Wanita
pertama yang menyusui beliau setelah ibundanya adalah Tsuwaibah, hamba sahaya
Abu lahab, yang kebetulan sedang menyusui anaknya Masruh, yang sebelum itu
wanita ini juga menyusui Hamzah bin Abdul Muthalib, Setelah itu dia Menyusui
Abu Salamah bin Abdul Asad Al Makhzumy.
Tradisi
yang berjalan di kalangan bangsa arab yang relative maju, agar tubuh bayi
menjadi kuat, otot-ototnya kekar dan agar keluarga yang menyusui bisa melatih
Bahasa Arab. Maka Abdul Muthalib mencari para wanita yang bisa menyusui bagi
beliau. Dia meminta kepada seorang wanita bani Sa’d bin Bakr yang menyusui
beliau, yaitu Halimah bin Abu Dzua’ib, dengan didampingi suaminya, Al-Haritz
bin Abdul Uzza, yang berjuluk Abu Kabsyah, dari kabilah yang sama.
Halimah
berkisah bahwa dia pergi meninggalkan daerah tempat tinggalnya bersama suaminya
al-Harits bin Abdul ‘Uzza dan anaknya yang masih menyusu, yaitu Abdullah bin
al-Harits. Sudah menjadi kebiasaan para wanita Bani Sa’ad mencari pekerjaan
sebagai tukang menyusui bayi. Sehingga, ketika musim paceklik tiba dan mereka
sudah tidak memiliki apa-apa lagi.
Halimah
berkata, “Aku mempunyai keledai yang warnanya agak hijau dan unta betina yang
sudah tua. Demi Allah, unta betina itu tidak menghasilkan susu setetes pun,
sehingga kami setiap malam tidak dapat tidur, sebab bayi kami terus menangis
karena lapar, air susuku tidak mencukupi, sedang air susu untaku tidak membuat
aku kenyang, namun kami terus berharap untuk mendapatkan pertolongan dan
kemudahan hidup.
karena perjalanan yang sangat jauh,
maka sampailah aku di Mekkah. Di Mekkah aku menawarkan jasa sebagai tukang
menyusui bayi. Namun, tidak satu pun wanita yang menawarkan bayinya untuk
disusukan kepadaku, kecuali satu orang saja, yaitu Aminah yang menawarkan
Rasulullah Saw. Awalnya, aku tidak mau menerimanya, sebab dia itu yatim, sedang
aku berharap mendapatkan bayi yang ayahnya masih ada (hidup). Sebab, kalau anak
itu yatim, apa yang akan diperbuat oleh ibu dan kakeknya, aku tidak suka itu.
Melihat semua wanita dari Bani Sa’ad
sudah mendapatkan bayi untuk disusuinya, kecuali aku, maka ketika kami hendak
kembali, aku berkata kepada suamiku. ‘Demi Allah, aku tidak ingin pulang tanpa
membawa bayi yang akan aku susui. Demi Allah, aku akan pergi mengambil bayi
yatim itu. ‘Suamiku berkata, “Lakukanlah, mudah-mudahan Allah memberi kita
berkah dengan adanya bayi itu.
Halimah berkata, “Aku pun pergi
mengambil bayi yatim itu. Setelah aku ambil, aku gendong dia menuju
kendaraanku. Ketika aku taruh dia dipangkuanku, maka air susuku menjadi deras,
sehingga dia dan saudaranya dapat minum dengan puas, lalu keduanya tidur. Kami
pun dapat merasakan tidur yang nyenyak yang tidak pernah kami rasakan
sebelumnya. Dan ketika suamiku pergi melihat unta betina kami, maka ia
mendapatinya sedang air susunya penuh. Lalu suamiku mengambil air susunya untuk
kami minum bersama-sama hingga kami merasa puas dan kenyang. Itulah malam
pertama yang kami lalui dengan penuh kebaikan dan kebahagiaan.”
Halimah berkata, “Ketika pagi
suamiku berkata: ‘Ketahuilah! Hai Halimah, sungguh kamu telah mengambil manusia
pembawa berkah.’ Aku berkata: ‘Demi Allah, memang itu yang aku harapkan.’
Kemudian kami pergi. Sedang aku dan
bayi yatim yang aku bawa menunggang keledaiku. Demi Allah, keledaiku mampu
menempuh perjalanan yang tidak dapat dilakukan oleh keledai-keledai yang lain,
sehingga teman-temanku berkata kepadaku: “Hai anak perempuan Abi Duaib,
lihatlah kami, tidakkah ini keledaimu yang kamu tunggangi sebelumnya?
Aku
berkata: tentu, keledai ini adalah keledai yang aku tunggangi sebelumnya.
Mereka berkata: “Demi Allah, keledaimu sekarang lain daripada yang lain”.
Tidak lama kemudian, kami pun sampai dirumah di daerah Bani Sa’ad. Tanah di daerah Bani Sa’ad merupakan tanah yang paling gersang yang ada di bumi Allah ini. Namun, ketika kami sampai dirumah, kami dapati kambing-kambing kami sudah kenyang dan putingnya penuh dengan susu, lalu memerasnya dan meminumnya. Sedang kambing-kambing tetanggaku tidak didapati setetespun air susu di putingnya. Sehingga mereka berkata kepada tukang gembalanya: “Gembalakanlah kambing-kambing ini dimana kambing-kambing anak perempuan Abi Duaib digembalakan."
Mereka berkata: “Demi Allah, keledaimu sekarang lain daripada yang lain”.
Tidak lama kemudian, kami pun sampai dirumah di daerah Bani Sa’ad. Tanah di daerah Bani Sa’ad merupakan tanah yang paling gersang yang ada di bumi Allah ini. Namun, ketika kami sampai dirumah, kami dapati kambing-kambing kami sudah kenyang dan putingnya penuh dengan susu, lalu memerasnya dan meminumnya. Sedang kambing-kambing tetanggaku tidak didapati setetespun air susu di putingnya. Sehingga mereka berkata kepada tukang gembalanya: “Gembalakanlah kambing-kambing ini dimana kambing-kambing anak perempuan Abi Duaib digembalakan."
Meski demikian, kambing-kambing
mereka pulang tetap dalam keadaan masih lapar dan putingnya tidak berisi air
susu setetespun. Sedang kambing-kambing kami pulang dalam keadaan kenyang dan
putingnya penuh dengan air susu.
Kami senantiasa mendapatkan tambahan kebaikan dari Allah hingga Muhammad berumur dua tahun dan aku menyapihnya. Muhammad mengalami pertumbuhan yang sangat cepat tidak seperti anak-anak yang lain. Ketika umurnya masih belum mencapai dua tahun dia sudah kelihatan sebagai anak yang kekar dan kuat. Kami kembalikan dia kepada ibunya. Padahal kami masih sangat ingin dia tinggal bersama kami, sebab kami melihat berkah yang ada padanya. Kami memohon pada ibunya, agar mengijinkan Muhammad tetap tinggal bersama kami hingga besar dan kuat, dan dia mengijinkannya.
Kami senantiasa mendapatkan tambahan kebaikan dari Allah hingga Muhammad berumur dua tahun dan aku menyapihnya. Muhammad mengalami pertumbuhan yang sangat cepat tidak seperti anak-anak yang lain. Ketika umurnya masih belum mencapai dua tahun dia sudah kelihatan sebagai anak yang kekar dan kuat. Kami kembalikan dia kepada ibunya. Padahal kami masih sangat ingin dia tinggal bersama kami, sebab kami melihat berkah yang ada padanya. Kami memohon pada ibunya, agar mengijinkan Muhammad tetap tinggal bersama kami hingga besar dan kuat, dan dia mengijinkannya.
Dengan demikian kami yakin bahwa
berita tentang Muhammad dan berkahnya terhadap keluarga rumah yang ditempatinya
telah tersebar ke seluruh penjuru daerah (pedalaman). Tersebarnya berita itu
dikuatkan dengan perintah para orang tua kepada para anaknya, “Gembalakanlah
kambing-kambing kalian dimana kambing-kambing Halimah digembalakan."
Ketika kambing-kambing mereka pulang
keadaannya tetap seperti semula, sedang kambing-kambing Halimah pulang dalam
keadaan kenyang. Melihat hal itu, pasti timbul dalam diri mereka beribu-ribu
pertanyaan untuk mengetahui rahasianya. Sebab keadaan Halimah tidak mengalami
perubahan, kecuali setelah masuknya anak ini (Muhammad) kedalam rumahnya.
Semua ini berpengaruh dalam menarik
perhatian masyarakat pedalaman terhadap Muhammad Saw. sejak dini. Sehingga dia
menjadi sorotan, yang suatu saat akan menjadi tiang penjaga ketika Muhammad
menerima kepemimpinan umat ini. Sebab, orang-orang akan berkata: “Inilah orang
yang telah kami ketahui berkahnya disaat masih kecil. Sehingga siapa yang akan
menghalangi kami, jika kami bersamanya dikala dia sudah besar. Barangkali dia
dapat mewujudkan kebaikan yang kami tidak mampu mewujudkannya..
Pada
usia 5 tahun, beliau mengalami peristiwa pembelahan dada (Syaqqus Shadr). Suatu
hari ketika beliau tengah bermain bersama teman-temannya, tiba-tiba Malaikat
Jibril menghampiri dan menyergap beliau. Lalu beliau dibaringkan, kemudian
dadanya dibelah , lalu hatinya dimbil selanjutnya dikeluarkan segumpal darah
darinya, seraya berkata : “Inilah bagian setan yang ada padamu”.
Kemudian
hati tersebut dicuci di bejana emas dengan air zam-zam, setelah itu
dikembalikan ke tempat semula.
Sementara
itu teman-temannya melaporkan kejadian itu kepada Halimah seraya berkata
: “ Muhammad dibunuh... Muhammad dibunuh”. Maka mereka bergegas
menghampiri tempat Muhammad, mereka mendapatinya dalam keadaan pucat pasi.
Setelah
itu Halimah sangat khawatir dan kemudian mengembalikan beliau kepada ibunya.
Setelah
Nabi kembali kepangkuan Ibundanya,tak berapa lama ibunya Aminah mengadakan
perjalanan ke Yastrib guna mengunjungi makam suaminya Abdullah,Ayah dari Nabi
Muhammad SAW, disertai pembantunya Ummu Aiman mereka menempuh perjalanan
sekitar 500km. Setelah menetap selama sebulan di Madinah, Aminah dan
rombongannya siap-siap kembali ke Mekkah. Dalam perjalanan pulang itu dia jatuh
sakit dan akhirnya meninggal dunia di Abwa, yang terletak antara Makkah dan
Madinah.Kemudian beliau diasuh oleh kakeknya Abdul Muthalib di Makkah,
4. MASA PENGASUHAN ABDUL MUTHALIB DAN
ABU THALIB
Setelah
ibunya meninggal Muhammad di asuh oleh kakeknya yang bernama Abdul
Muthalib,hatinya bergetar oleh perasaan kasih sayang, yang tidak pernah
dirasakannya sekalipun terhadap anaknya sendiri. Dia tidak ingin cucunya hidup
sebatang kara. Bahkan dia lebih mengutamakan cucunya daripada anak-anaknya.
Pada
usia delapan tahun lebih dua bulan sepuluh hari dari umur Rosulullah SAW, kakek
beliau meninggal dunia di Makkah. Sebelum meninggal, Abdul Muthalib sudah
berpesan menetapkan pengasuhan sang cucu kepada pamannya Abu thalib, saudara
kandung bapak beliau.
Abu
thalib melaksanakan hak saudaranya dengan sepenuhnya dan menganggap seperti
anaknya sendiri. Bahkan Abu thalib lebih mendahulukan kepentingan beliau
daripada anak-anaknya sendiri, mengkhususkan perhatian dan perhormatan.
A.
Perjalanan
Ke Syam
Kaum
Quraisy terbiasa bepergian ke Syam sekali pada setiap tahun untuk berdagang.
Sebab hal itu merupakan sumber utama untuk mendapatkan pekerjaan. Abu Thalib
berencana untuk bepergian. Namun dalam perjalanan ini beliau tidak berpikir
untuk mengajak Muhammad Saw., karena beliau khawatir perjalanan tersebut akan
melelahkannya dan berbagai bahaya yang biasa ditemui saat melewati padang
pasir. Namun di saat hendak berangkat, Abu Thalib mengubah keputusannya, karena
beliau mendapati kemenakannya sangat mendesaknya untuk ikut dan air matanya
berlinangan lantaran berpisah dengan pamannya. Akhirnya, inilah perjalanan
pertama Muhammad Saw. ke Syam bersama pamannya. Dalam perjalanan ini Muhammad
mengenal ihwal bepergian melewati padang pasir dan mengetahui jalan-jalan yang
dilalui kafilah-kafilah.
Masih
dalam perjalanan ini, pendeta Buhaira menyaksikan Muhammad dan bertemu
dengannya. Ia menemukan tanda-tanda nabi terakhir yang diberitakan oleh Isa
a.s. Karena, ia mengetahui Taurat dan Injil dan selainnya dari berbagai sumber
yang menyebutkan kabar gembira tentang kemunculan Nabi Terakhir. Kemudian ia
menasihati pamannya, Abu Thalib untuk kembali ke Mekkah dan berhati-hati saat
menjaganya dari kaum Yahudi yang berencana membunuhnya.Lalu, Abu Thalib pun
kembali ke Mekkah bersama kemenakannya, Muhammad Saw.
B.
Mengembala
domba
Selain
berdagang Muhammad juga menekuni pekerjaan mengembala kambing.di dalam
mengembala kambing inilah Muhammad banyak mendapatkan pelajaran berharga dalam
kehidupan yang banyak mempengaruhi sifat-sifat beliau, seperti ulet, sabar,
tabah, tenang, dan terampil.
Para
Imam Ahlul Bait a.s. tidak meriwayatkan suatu hadis yang menunjukkan bahwa
Rasulullah Saw. memang mengembala domba di masa kecilnya. Memang benar ada
riwayat dari Imam Ash-Shadiq a.s. yang menjelaskan bahwa para nabi umumnya
mengembala domba, dan hikmah hal tersebut—sebagaimana disebutkan dalam riwayat
itu—adalah: “Allah tidak mengutus seorang nabi pun kecuali ia mengembala domba.
Dengan itu, Dia mengajarinya cara mengembala (memberikan pertunjuk kepada)
manusia.”
Begitu
juga terdapat riwayat lain yang dinisbatkan kepada Imam Ash-Shadiq as yang
menjelaskan hikmah membajak tanah (bercocok tanam) dan mengembala, yaitu:
“Sesungguhnya pekerjaan yang disukai oleh Allah Azza wa Jalla bagi
para nabinya ialah bercocok tanam dan mengembala. Yang demikian itu supaya
mereka tidak membenci sedikit pun dari air langit (air hujan).”
Diriwayatkan
juga bahwa Rasulullah Saw. tidak pernah menjadi buruh (upahan) seorang pun.
Riwayat
ini menunjukkan bahwa beliau tidak pernah mengembalakan kambing penduduk Mekkah
dengan harapan mendapatkan upah, sebagaimana diklaim oleh sebagian sejarawan
yang menyatakan bahwa beliau pernah mengembalakan kambing penduduk Mekkah,
dengan merujuk kepada hadis yang terdapat dalam Shahih Al- Bukhari.
Bila
ternyata kita mampu membuktikan bahwa beliau memang pernah mengembala kambing
di masa kecilnya atau di masa remajanya, maka sebab hal itu—sebagaimana
disebutkan dalam hadis yang diriwayatkan dari Imam Ash-Shadiq a.s.—adalah
persiapan Ilahi terhadap beliau melalui pelaksanaan suatu aktifitas yang
membuatnya mampu di kemudian hari untuk mencapai kedudukan yang tinggi dari
kesempurnaan yang digambarkan oleh Allah dalam firman-Nya:“Dan sesungguhnya
pada dirimu terdapat suatu budi pekerti yang luhur.” Yaitu kesempurnaan
yang menjadikannya siap untuk memikul beban risalah Ilahi yang menuntut
pengembalaan (pengasuhan) manusia dan pendidikan mereka serta kesabaran dalam
menanggung derita saat memberikan petunjuk dan membimbing mereka.
3. Perang fijr
Pada
saat berusia lima belas tahun, dimekah terjadi peristiwa yang sangat bersejarah
yaitu peristiwa perang antara suku Quraisy bersama Kinanah di satu pihak
melawan suku Qais ‘Ailan di pihak lain perang ini di namakan perang fijr yang
artinya perang memecahkan kesucian. Perang ini dilakukan di bulan zulkaidah
yang termaksud bulang haram yaitu bangsa arab dilarang untuk melakukan
peperangan atau pertumpahan darah.
Sebagian
sejarawan mengira bahwa Nabi Saw. ikut serta selama beberapa hari dalam
peperangan tersebut. Namun, para peneliti sejarah meragukan hal tersebut karena
beberapa alasan:
Pertama,
bahwa semakin bertambah usia Nabi Saw., kepribadiannya semakin bertambah
matang. Dan beliau dikenal memiliki keberanian yang mengagumkan seperti umumnya
Bani Hasyim. Namun ini tidak berarti bahwa mereka ikut serta dalam peperangan
yang melazimkan kezaliman dan kerusakan. Diriwayatkan bahwa tak seorang pun
dari Bani Hasyim yang mengadiri peperangan ini. Bahkan Abu Thalib tidak
mengizinkan seorang pun dari mereka untuk terjun di dalamnya. Beliau berkata:
“Ini adalah kezaliman dan permusuhan, memutus silaturahmi dan menghalalkan bulan-bulan
Haram. Aku tak akan menghadirinya, begitu juga tak seorang pun dari
keluargaku.”Dan Abdullah bin Jad`an dan Harb bin Umayyah—dia adalah pimpinan
Quraisy dan Kinanah saat itu—mengundurkan diri dan berkata: “Kami tidak ikut
serta dalam urusan yang tidak didukung oleh Bani Hasyim.”
Kedua,
adanya berbagai riwayat yang bersilang pendapat seputar peran yang dimainkan
Nabi Saw. dalam peperangan ini. Sebagian mereka meriwayatkan bahwa tugas Nabi
Saw. hanya berkisar pada memberikan anak panah kepada para pamannya dan
membalas serangan panah musuh-musuh serta menjaga barang-barang mereka. Ada
juga yang meriwayatkan bahwa beliau melepaskan beberapa anak panah dalam
peperangan tersebut. Sedangkan pendapat ketiga mengatakan bahwa beliau berhasil
menikam Abu Barra’, padahal saat itu beliau masih kecil. Kami tidak tahu
apakah orang-orang Arab mengizinkan anak-anak kecil ikut serta dalam
peperangan?!
D. Sumpah fudhul
Pasca
Perang Fijar, Kaum Quraisy merasakan kelemahan dan perpecahan di antara mereka.
Mereka khawatir kaum Arab akan menguasai mereka setelah sebelumnya mereka
begitu kuat dan solid. Maka, Zubair bin Abdul Muthalib
mendeklarasikan Sumpah Fudhul.
Kemudian
berkumpullah Bani Hasyim, Zuhrah, Tamim dan Bani Asad di rumah Abdullah bin
Jad`an. Orang-orang yang bersumpah membenamkan tangan mereka di air Zamzam dan
mereka saling bersumpah untuk menolong orang yang tertindas, saling membantu
dalam kehidupan dan mencegah kemungkaran. Ini merupakan sumpah termulia di
zaman Jahiliah. Dan Nabi Saw. ikut serta dalam sumpah ini.
Saat
itu beliau berusia dua puluh tahun. Bahkan beliau—setelah
kenabiannya—memuji sumpah tersebut dalam perkataannya: “Sungguh aku lebih
menyukai—daripada kekayaan binatang ternak—sumpah yang aku hadiri di rumah Ibn
Jad`an. Dan andaikan di masa Islam aku diajak kembali niscaya aku akan
menyambutnya.”
Berkenaaan
dengan penamaan sumpah ini dengan hilf fudhul (Sumpah Fudhul), ada
yang mengatakan bahwa di antara yang hadir terdapat tiga orang yang nama mereka
berakar dari kata al fadhl (الفضل). Diriwayatkan bahwa sebab
diadakannya sumpah ini adalah sebagai berikut: Seorang lelaki dari suku Zubaid
atau dari Bani Asad bin Khuzaimah datang ke Mekkah pada bulan Dzulqa`dah dengan
membawa barang dagangan.
Kemudian `Ash bin Wa’il as Sahmi membelinya,
namun ia tidak membayarnya. Lelaki dari suku Zubaidi itu pun meminta tolong
kepada kaum Quraisy. Sayangnya, mereka tidak mau menolongnya untuk
menyelesaikan masalahnya dengan`Ash bin Wa’il, bahkan mereka pun mengejeknya.
Ketika lelaki tersebut melihat bahaya mengitarinya, maka ia mendaki gunung Abi
Qubais dan berteriak meminta pertolongan. Kemudian bangkitlah Zubair bin Abdul
Muthalib dan mendeklarasikan sumpah tersebut.
Kemudian
sumpah itu pun dilaksanakan. Selanjutnya, mereka berjalan mendatangi `Ash dan
mengambil barang itu darinya dan kemudian menyerahkannya kembali kepada lelaki
dari suku Zubaidi tersebut. Dalam peristiwa ini Muhammad ikut berperan dalam
mewujudkan pertemuan tersebut dan menjadi salah satu anggota haiful fudhul
yaitu kebenaran dan perdamaian.
E.
Membawa
barang dagangan khadijah
Setelah
dewasa beliau berusaha sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Ketika
Muhammad mencapai usia remaja dan berkembang menjadi seorang yang dewasa, ia
mulai mempelajari ilmu bela
diri dan memanah,
begitupula dengan ilmu untuk menambah keterampilannya dalam berdagang.
Perdagangan menjadi hal yang umum dilakukan dan dianggap sebagai salah satu
pendapatan yang stabil. Muhammad menemani pamannya berdagang ke arah Utara dan
secepatnya tentang kejujuran dan sifat dapat dipercaya Muhammad dalam membawa
bisnis perdagangan telah meluas, membuatnya dipercaya sebagai agen penjual
perantara barang dagangan penduduk Mekkah.
Seseorang
yang telah mendengar tentang anak muda yang sangat dipercaya dengan adalah seorang janda yang
bernama Khadijah.
Ia adalah seseorang yang memiliki status tinggi di suku
Arab dan
Khadijah sering pula mengirim barang dagangan ke berbagai pelosok daerah di
tanah Arab. Reputasi Muhammad membuatnya terpesona sehingga membuat Khadijah
memintanya untuk membawa serta barang-barang dagangannya dalam perdagangan.
Muhammad dijanjikan olehnya akan dibayar dua kali lipat dan Khadijah sangat
terkesan dengan sekembalinya Muhammad dengan keuntungan yang lebih dari
biasanya. Beliau menjalankan dagangan Khadijah ke Syam, ditemani oleh
budak Khadijah yang bernama Maisarah.
Dengan
kejujuran dan kemampuannya ternyata Muhammad mampu benar memperdagangkan
barang-barang Khadijah, dengan cara perdagangan yang lebih banyak menguntungkan
daripada yang dilakukan orang lain sebelumnya. Demikian juga dengan karakter
yang manis dan perasaannya yang luhur ia dapat menarik kecintaan dan
penghormatan Maisara kepadanya. Setelah tiba waktunya mereka akan kembali,
mereka membeli segala barang dagangan dari Syam yang kira-kira akan disukai
oleh Khadijah. Setelah kembali di Mekah, Muhammad bercerita dengan bahasa yang
begitu fasih tentang perjalanannya serta laba yang diperolehnya, demikian juga
mengenai barang-barang Syam yang dibawanya. Khadijah gembira dan tertarik
sekali mendengarkan. sesudah itu, Maisara bercerita juga tentang Muhammad,
betapa halusnya wataknya, betapa tingginya budi-pekertinya. Hal ini menambah
pengetahuan Khadijah di samping yang sudah diketahuinya sebagai pemuda Mekah
yang besar jasanya.
Akhirnya,
Muhammad pun jatuh cinta kepada Khadijah. Pada saat inilah nabi Muhammad SAW
menghabiskan masa remajanya dengan menikahi Khadijah. Pada saat itu Muhammad
berusia 25 tahun sedangkan Khadijah mendekati umur 40 tahun, tetapi ia masih
memiliki kecantikan yang menawan.
5.
MASA DEWASA DAN PERNIKAHAN NABI MUMAHAMMAD SAW.
Kebanyakan sejarawan percaya bahwa yang menyampaikan lamaran
Khadijah kepada Nabi ialah Nafsiah binti ‘Aliyah sebagai berikut:
Wahai Muhammad! Katakan terus terang, apa sesungguhnya yang
menjadi penghalang bagimu untuk memasuki kehidupan rumah tangga? Kukira usiamu
sudah cukup dewasa Apakah anda akan menyambut dengan senang hati jika saya
mengundang Anda kepada kecantikan, kekayaan, keanggunan, dan kehormatan ? Nabi menjawab,Apa maksud Anda? Ia lalu menyebut Khodijah. Nabi lalu
berkata, Apakah Khodijah siap untuk itu,
padahal dunia saya dan dunianya jauh berbeda? Nafsiah berujar Saya mendapat
kepercayaan dari dia, dan akan membuat dia setuju. Anda perlu menetapkan
tanggal perkawinan agar walinya (Amar bin Asad) dapat mendampingi Anda beserta
handai tolan Anda, dan upacara perkawinan dan perayaan dapat
diselenggarakan".
Kemudian Muhammad membicarakan hal ini kepada pamannya yang
mulia, Abu Tholib. Pesta yang agung pun diselenggarakan, sang paman yang mulia
ini menyampaikan pidato, mengaitkannya dengan puji syukur kepada Tuhan. Tentang
keponakannya, ia berkata demikian, “Keponakan saya Muhammad bin ˜Abdullah
lebih utama daripada siapapun di kalangan Quraisy. Kendati tidak berharta,
kekayaan adalah bayangan yang berlalu, tetapi asal usul dan silsilah adalah
permanen".
Waraqah, paman Khodijah, tampil dan mengatakan
sambutannya,Tak ada orang Quraisy yang membantah kelebihan Anda. Kami sangat
ingin memegang tali kebangsawanan Anda. Upacara pun dilaksanakan.
Mahar ditetapkan empat puluh dinar-ada yang mengatakan dua puluh ekor
unta.
Sang bintang sekarang mulai dewasa, ia mempunyai seorang
istri yang begitu lengkap kemuliaannya, dari perkawinan ini Khodijah melahirkan
enam orang anak, dua putra, Qasim, dan Abdulah, yang dipanggil At-Thayyib, dan
At-Thahir. Tiga orang putrinya masing-masing Ruqayyah, Zainab, Ummu Kaltsum,
dan Fatimah. Kedua anak laki-lakinya meninggal sebelum Muhammad diutus menjadi
Rosul.
Adapun
isteri-isteri Nabi Muhammad SAW berjumlah 11 orang, yaitu :
- Khadijah
binti Khuwailid
- Saudah
binti jam’ah
- Aisyah
binti Abu Bakar ra.
- Hafshah
binti Umar ra.
- Hindun
ummu salamah binti Abu Umayyah
- Ramlah
Ummu Habibah binti Abu Sofyan
- Zainab
binti Jahsyin
- Zainab
binti Khuzaimah
- Maimunah
binti Al-Harts Al-Hilaliyah
- Juwairiyah
binti Al-Haarits
- Sofiyah
binti Huyay
Dari
11 isteri Nabi SAW ini yang wafat saat Nabi SAW masih hidup adalah 2 orang
yaitu Khadijah dan Zainab binti Khuzaimah, sedangkan sedangkan isteri Nabi yang
9 orang masih hidup saat Nabi SAW wafat. Isteri Nabi SAW yang tersebut disebut
dengan Ummul Mu’minin artinya ibu orang-orang beriman. Mereka banyak menolong
penyebaran agama Islam di kalangan kaum ibu.
Nabi
Muhammad SAW mempunyai 7 orang anak, 3 laki-laki dan 4 perempuan yaitu :
- Qasim
- Abdullah
- Zainab
- Fatimah
- Ummu
kalsum
- Rukayyah
- Ibrahim
Ibu anak-anak Nabi SAW itu semuanya dari isteri nabi
Khadijah, kecuali Ibrahim, yang ibu Mariyatul Qibtiyyah (seorang hamba
perempuan yang dihadiahkan oleh seorang pembesar Mesir kepada Nabi SAW.
Anak-naka Nabi SAW tersebut wafat pada saat Nabi SAW masih hidup, kecuali
Fatimah yang wafat beberapa bulan setelah Nabi SAW wafat.
Diriwayatkan
tatkala Nabi SAW akan wafat beliau membisikkan kepada Fatimah ra, bahwa beliau
akan berpulang ke hadirat Allah, dan mendengar itu Fatimah menangis dengan
sedih, dan beberapa saat setelah itu Nabi SAW membisikan lagi sesuatu kepada
Fatimah ra, mendengar bisikan yang kedua ini Fatimah ra tersenyum, ternyata
bisikan bahwa dikabarkan bahwa setelah Nabi SAW wafat tidak ada orang yang
pertama meninggal kecuali Fatimah ra, sungguh mulia Fatimah tersenyum walau
mendengar kabar yang tentang wafat nya diri beliau, tapi semua tertutup karena
cinta yang mendalam kepada sang ayah tercinta.
Ketika umur sang bintang mulai menginjak 35 tahun, banjir
dahsyat mengalir dari gunung ke Kabah. Akibatnya, tak satu pun rumah di Makah
selamat dari kerusakan. Dinding kabah mengalami kerusakan. Orang Quraisy
memutuskan untuk membangun Kabah tapi takut membongkarnya. Walid bin Mughirah,
orang pertama yang mengambil linggis, meruntuhkan dua pilar tempat suci
tersebut. Ia merasa takut dan gugup. Orang Mekah menanti jatuhnya sesuatu, tapi
ketika ternyata Walid tidak menjadi sasaran kemarahan berhala, mereka pun yakin
bahwa tindakannya telah mendapatkan persetujuan Dewa. Mereka semua lalu ikut
bergabung meruntuhkan bangunan itu. Pada saat pembangunan kembali kabah,
diberitahukan pada semua pihak sebagai berikut, Dalam pembangunan kembali
Kabah, yang dinafkahkan hanyalah kekayaan yang diperoleh secara halal. Uang
yang diperoleh lewat cara-cara haram atau melalui suap dan pemerasan, tak boleh
dibelanjakan untuk tujuan ini. Terlihat bahwa ini adalah ajaran para Nabi,
dan mereka mengetahui tentang kekayaan yang diperoleh secara tidakhalal, tetapi
kenapa mereka masih melakukan hal demikian, inipun terjadi di zaman ini, di
Indonesia, rakyat ataupun pemerintahnya mengetahui tentang halal dan haramnya
suatu harta kekayaan atau pun perbuatan yang salah dan benar, tapi mereka masih
saja melakukan perbuatan itu walaupun tahu itu adalah salah.
Mari kita kembali lagi menuju Mekah, ketika dinding kabah
telah dibangun dalam batas ketinggian tertentu, tiba saatnya untuk pemasangan
Hajar Aswad pada tempatnya. Pada tahap ini, muncul perselisihan di kalangan
pemimpin suku. Masing-masing suku merasa bahwa tidak ada suku yang lain yang
pantas melakukan perbuatan yang mulia ini kecuali sukunya sendiri. Karena hal
ini, maka pekerjaan konstruksi tertunda lima hari. Masalah mencapai tahap
kritis, akhirnya seorang tua yang disegani di antara Quraisy, Abu Umayyah bin
Mughirah Makhzumi, mengumpulkan para pemimpin Quraisy seraya berkata,Terimalah sebagai wasit orang
pertama yang masuk melalui Pintu Shafa. (buku lain mencatat Bab as-salam). Semua menyetujui gagasan
ini. Tiba-tiba Muhammad muncul dari pintu. Serempak mereka berseru, “Itu
Muhammad, al-Amin. Kita setuju ia menjadi wasit!
Untuk menyelesaikan pertikaian itu, Nabi meminta mereka
menyediakan selembar kain. Beliau meletakkan Hajar Aswad di atas kain itu
dengan tangannya sendiri, kemudian meminta tiap orang dari empat sesepuh Mekah
memegang setiap sudut kain itu. Ketika Hajar Aswad sudah diangkat ke dekat
pilar, Nabi meletakkannya pada tempatnya dengan tangannya sendiri. Dengan cara
ini, beliau berhasil mengakhiri pertikaian Quraisy yang hampir pecah menjadi
peristiwa berdarah.
Tuhan, Sang Maha Konsep sudah membuat konsep tentang semua
ini, tanda-tanda seorang bintang telah banyak ia tampakkan pada diri Muhammad,
dari batinnya yang mulia sampai pada bentuk lahirnya yang indah. Kesabaran yang
diabadikan di dalam Kitab suci menjadi bukti yang tak terbantahkan, bahwa ia
adalah manusia sempurna, dalam wujud lahiriah (penampakan), maupun batinnya.
Tidak setitik cela apalagi kesalahan selama hidupnya, Sang Maha Konsep
benar-benar telah mengonsepnya menjadi manusia ilahia. Al-Amin telah dikenal
oleh masyarakat Mekah, sebagai manusia mulia, sebagai manifestasi wujud
kejujuran mutlak. Sebelum pengutusannya menjadi Rosul, Muhammad selalu
mengamati tanda kekuasaan Tuhan, dan mengkajinya secara mendalam, terutama
mengamati keindahan, kekuasaan, dan ciptaan Allah dalam segala wujud. Beliau
selalu melakukan telaah mendalam terhadap langit, bumi dan isinya. Beliau
selalu mengamati masyarakatnya yang rusak, dan hancur, beliau mempunyai tugas
untuk menghancurkan segala bentuk pemberhalaan. Apalah kiranya yang membuat
masyarakatnya seperti ini, ia mengembalikan semua ini kepada Tuhan, yang
menurutnya tak mungkin sama dengan manusia.
Gunung Hira, puncaknya dapat dicapai kurang lebih setengah
jam, gua ini adalah saksi atas peristiwa menyangkut sahabat karib-nya (Muhammad), gua ini menjadi
saksi bisu tentang wahyu, dan seakan-akan ia ingin berkata, disinilah dulu anak Hasyim itu
tinggal, yang selalu kalian sebut-sebut, disinilah ia diangkat menjadi Rosul,
disinilah Al-Furqon pertama kali dibacakan, wahai manusia, bukankah aku telah
mengatakannya, kalianlah (manusia) yang tak mau menengarkannya, kalian menutup
telinga kalian rapat-rapat, dan menertawakanku, sedangkan sebagian dari kalian
hanya menjadikan aku sebagai museum sejarah.kata saksi bisu.
6. Muhammad Menjadi Rasul
Ketika menginjak usia
empat puluh tahun, Muhammad saw. lebih banyak mengerjakan tahannuts daripada
waktu-waktu sebelumnya. Pada bulan Ramadhan dibawanya perbekalan lebih banyak
dari biadanya, karena akan ber-tahannuts lebih lama daripada waktu-waku
sebelumnya. Dalam melakukan tahannuts kadang-kadang beliau bermimpi, mimpi yang
benar. (‘Arru’ yaa ashshaadiqiah).
Pada malan 17 Ramadhan, bertepatan dengan 6 agustus tahun 610 Masehi,di waktu Nabi Muhammadsaw. sedang bertahannuts di gua Hira, datanglah Malaikat Jibril sa. membawa tulisan dan menyuruh Muhammad saw. untuk membacanya, katanya: “Bacalah”. Dengan terperanjat Muhammad saw. menjawab: “Aku tidak dapat membaca”. Beliau lalu direngkuh beberapa kali oleh Malaikat Jibril sa., sehingga napasnya sesak, lalu silepaskan olehnya seraya disuruh membaca sekali lagi: “Aku tidak dapat membaca”. Begitulah keadaan berulang sampai tiga kali, dan akhirnya Muhammad saw.W berkata: “Apa yang kubaca”. Kata Jibril:
Pada malan 17 Ramadhan, bertepatan dengan 6 agustus tahun 610 Masehi,di waktu Nabi Muhammadsaw. sedang bertahannuts di gua Hira, datanglah Malaikat Jibril sa. membawa tulisan dan menyuruh Muhammad saw. untuk membacanya, katanya: “Bacalah”. Dengan terperanjat Muhammad saw. menjawab: “Aku tidak dapat membaca”. Beliau lalu direngkuh beberapa kali oleh Malaikat Jibril sa., sehingga napasnya sesak, lalu silepaskan olehnya seraya disuruh membaca sekali lagi: “Aku tidak dapat membaca”. Begitulah keadaan berulang sampai tiga kali, dan akhirnya Muhammad saw.W berkata: “Apa yang kubaca”. Kata Jibril:
Artinya: Bacalah dengan
nama Tuhanmu yang menjadikan. Yang menjadikan manusia dari segumpal darah.
Bacalah, dan Tuhanmu teramat Mulia. Yang mengajarkan dengan pena (tulis baca).
Mengerjakan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.(Surat (96) Al’Alaq ayat
1-5).
nilah wahyu yang pertama
diturunkan oleh Allah SWT kepada Muhammad saw. Dan inilah pula saat penobatan
beliau sebagai Rasul, atau utusan Allah kepada seluruh umat manusia, untuk
menyampaikan risalah-Nya.
7. Tugas Nabi Muhammad saw.
7. Tugas Nabi Muhammad saw.
Menurut riwayat, selama
lebih kurang dua setengah tahun lamanya sesudah menerima wahyu yang kedua.
Dikala menunggu-nunggu kedatangan wahyu kedua itu, Rasulullah diliputi perasaan
cemas, dan khawatir kalau-kalau wahyu itu putus malahan hampir saja beliau
berputus asa, akan tetapi ditetapkannya hatinya dan beliau terus bertahannuts
sebagaimana biasa di gua Hira. Tiba-tiba terdengarlah suara dari langit, beliau
menengadah, tampatlah Malaikat Jibril as. sehingga beliao menggigil ketakutan
dan segera pulang ke rumahnya, kemudian minta kepada Sitti Khadijah supaya
menyelimutinya. Dalam keadaan berselimut itu, datanglah Jibril as. menyampaikan
wahyu Allah yang kedua kepada beliau yang berbunyi:
“Hai orang yang
berselimut. Bangunlah dan berilah peringatan! Besarkanlah (nama) Tuhanmu,
bersihaklah pakaianmu, jauhilah perbuatan maksiat, janganlah kamu memberi,
karena hendak memperoleh yang lebih banyak. Dan hendaklah kamu bersabar untuk
memenuhi perintah Tuhanmu.”
(Surat (74) Muddatstsir 1-7).
(Surat (74) Muddatstsir 1-7).
A.
Dakwah
Secara Sembunyi-sembunyi
Sesudah Rasulullah saw.
menerima wahyu yang kedua ini yang menjelaskan tugas atas dirinya, mulailah
beliau secara sembunyi-senbunyi menyeru keluarganya yang tinggal dalan satu
rumah dan sahabat-sahabat beliau yang terdekat, seorang demi seorang, agar
mereka meninggalkan agama berhala dan hanya menyembah Allah Yang Maha Esa. Maka
yang mula-mula iman kepadanya istri beliau sendiri Sitti Khadijah, disusul oleh
putra pamannya yang masih amat muda Ali bin Abi Thalib dan Zaid bin Naritsah,
budak beliau yang kemudian menjadi anak angkat beliau.
Setelah itu beliau
menyeru Abu Bakar Siddiq, seorang sahabat karib yang telah lama bergaul dan Abu
Bakar pun segera beriman dan memeluk agama Islam.
Dengan perantara Abu Bakar, banyak orang-orang yang memeluk agama Islam, antara lain: Utsman bin ‘Affan, Zubair bin Awwam, Sa’ad bin Abi Waqqash, Abdurahman bin ‘Auf, Thalhah bin ‘Ubaidillah, Abu ‘Ubaidillah bin Jahrrah, Arqam, Fatimah binti Khaththab adik Umar bin Khaththab r.a) beserta suaminya Said bin Zaid, Al ‘Adawi dan beberapa orang penduduk Mekah lainnya dari kabilah Quraisy, mereka diberi gelar “Ass Saabiquunal awwanuun” Artinya: Orang-orang yang terdahulu yang pertama-tama masuk agama Islam.
Mereka ini dapat gemlengan dan pelajaran tentang agama Islam oleh Rasul sendiri di tempat yang tersembunyi di rumah Arqam bin Abil Arkam dalam kota Mekah.
Dengan perantara Abu Bakar, banyak orang-orang yang memeluk agama Islam, antara lain: Utsman bin ‘Affan, Zubair bin Awwam, Sa’ad bin Abi Waqqash, Abdurahman bin ‘Auf, Thalhah bin ‘Ubaidillah, Abu ‘Ubaidillah bin Jahrrah, Arqam, Fatimah binti Khaththab adik Umar bin Khaththab r.a) beserta suaminya Said bin Zaid, Al ‘Adawi dan beberapa orang penduduk Mekah lainnya dari kabilah Quraisy, mereka diberi gelar “Ass Saabiquunal awwanuun” Artinya: Orang-orang yang terdahulu yang pertama-tama masuk agama Islam.
Mereka ini dapat gemlengan dan pelajaran tentang agama Islam oleh Rasul sendiri di tempat yang tersembunyi di rumah Arqam bin Abil Arkam dalam kota Mekah.
Menyiarkan
Agama Islam Secara terang-terangan Tiga tahun lamanya Rasulullah SAW melakukan da’watul afrad
ini yaitu: ajakan masuk Islam seorang demi seorang secara diam-diam atau secara
sembunyi-sembunyi dari satu rumah ke rumah yang lain. Kemudian sesudah
ini, turunlah firman Allah durat (15) al Hijr ayat 94 yang artinya:
Maka
jalankanlah apa yang diperintahkan kepadamu dan berpalinglah dari orang-orang
musyrik.
Ayat
ini memerintahkan kepada Rasul agar menyiarkan Islam dengan terang-terangan dan
meninggalkan sembunyi-sembunyi itu. Maka mulailah Nabi Muhammad saw. menyeru
kaumnya sedara umum di tempat-tempat terbuka untuk menyembah Allah SWT dan
mengesakan-Nya.pertama kali seruan (da’wah) ynag bersifat umum ini beliau
tunjukan kepada kerabatnya sendiri, lalu kepada penduduk Mekah pada umumnya
yang terdiri dari bermacam-macam lapisan masyarakat, baik golongan bangsawan,
hartawan maupun hamaba sahaya, kemudian kepada Kabilah-kabilah Arab dari
pelbagai daerah yang datang ke Mekah untuk mengerjakan Haji.
B.
Reaksi
Orang-orang Quraisy
Kerika orang-orang
Quraisy melihat gerakan islam serta mendengar bahwa mereka dengan nenek moyang
mereka dibodoh-bodohkan dan berhala-berhala mereka dihina-hina, bangkitlah
kemarahan mereka dan mulailah mereka melancarkan permusuhan terhadap Nabi dan
pengikut-pengikutnya. Banyaklah pengikut Nabi yang kena siksa di luar
prikemanusiaan, terutama sekali pengikut Nabi dari golongan rendah. Terhadap
Nabi sendiri, mereka tidak berani melakukan ganguan badan, karena beliau
dilindungi paman beliau Abu Thalib dan di samping itu beliau adalah keturunan
Bani Hasyim yang mempunyai kedudukan dan martabat yang tinggi dalam pandangan
masyarakat Quraisy sehingga beliau disegani.
Pada suatu ketika, datanglah beberapa pemuka Quraisy menemui Abu Thalib meminte agar ia menghentikan degala kegiatan Nabi Muhammad saw. dalam menyiarkan Islam, dan jangan mengecam agama mereka serta menghina nenek moyang mereka. Tuntutan mereka ini ditolak decara baik oleh Abu Ahalib. Setelah mereka melihat perutusanitu tidak memberikan hasil, datanglah mereka kembali kepada Abu Thalib untuk menyatakan bahwa mereka tidak dapat membiarkan tingkah laku Nabi Muhammad saw. dan ia berkata: “Wahai anaku! Sesungguhnya aku dijumpai oleh pemimpin-pemimpin kaummu. Mereka mengatakan kepadaku supaya aku mencegah kamu melakukan penyiaran Islam dan tidak mencela agama mereka, maka jagalah diriku dan dirimu, janganlah aku dibebani dengan perkara di luar kesanggupanku”.
Pada suatu ketika, datanglah beberapa pemuka Quraisy menemui Abu Thalib meminte agar ia menghentikan degala kegiatan Nabi Muhammad saw. dalam menyiarkan Islam, dan jangan mengecam agama mereka serta menghina nenek moyang mereka. Tuntutan mereka ini ditolak decara baik oleh Abu Ahalib. Setelah mereka melihat perutusanitu tidak memberikan hasil, datanglah mereka kembali kepada Abu Thalib untuk menyatakan bahwa mereka tidak dapat membiarkan tingkah laku Nabi Muhammad saw. dan ia berkata: “Wahai anaku! Sesungguhnya aku dijumpai oleh pemimpin-pemimpin kaummu. Mereka mengatakan kepadaku supaya aku mencegah kamu melakukan penyiaran Islam dan tidak mencela agama mereka, maka jagalah diriku dan dirimu, janganlah aku dibebani dengan perkara di luar kesanggupanku”.
Mendengar ucapan itu
Nabi Muhammad saw. mengira pamannya tidak bersedia lagi melimdunginya. Beliau
berkata dengan tegas.
“Demi Allah wahai paman, sekiranya mereka letakan matahari di sebelah kananku, dan bulan di subelah kiriku, dengan maksud agar aku tinggalkan pekerjaan ini (menyeru mereka kepada agamaAllah) sehingga ia tersiar (di muka bumi ini) atau aku akan binasa arenanya, namun aku tidak akan menghentikan pekerjaan ini.”
“Demi Allah wahai paman, sekiranya mereka letakan matahari di sebelah kananku, dan bulan di subelah kiriku, dengan maksud agar aku tinggalkan pekerjaan ini (menyeru mereka kepada agamaAllah) sehingga ia tersiar (di muka bumi ini) atau aku akan binasa arenanya, namun aku tidak akan menghentikan pekerjaan ini.”
Sesudah mengucapkan
kata-kata itu Nabi Muhammad saw. berpaling seraya menangis. Ketika berpaling
hendak pergi itu Abu Thalib memanggil: “Menghadaplah kemari hai anakku!”
Nabipun kembali menghadap. Dan berkatalah pamannya: “Pergilah dan katakanlah
apa yang kamu kehendaki, demi Allah aku tidak akan menyerahkan kamu karena satu
alasan apapun selama-lamanya.”
Ada beberapa faktor yang mendorong orang Quraisy menentang Islam dan kaum Muslimin. Antara lain ialah
Ada beberapa faktor yang mendorong orang Quraisy menentang Islam dan kaum Muslimin. Antara lain ialah
1.
Hijrah
ke Habsyah (Ethopia)
Setelah orang-orang
Quraisy merasa bahwa usaha-usaha mereka untuk melunakan Abu Thalib tidak
berhasil, maka mereka melancarkan bermacam-macam gangguan dan penghinaan kepada
Nabi dan memperhebat siksaan-siksaan di luar perikemanusiaan terhadap
pengikut-pengikut beliau. Akhirnya Nabi tidak tahan melihat penderitaan
sahabat-sahabatnya lalu menganjurkan agar mereka hijrah ke Habsyah (Abisina)
yang rakyatnya menganut agama Kristen dan Rasul mengetehui bahwa raja Habsyah
yaitu Najasyi dikenal adil. Maka berangkatlah rombongan pertama terdiri dari
sepuluh orang laki-laki dan empat orang perempuan. Kemudian disusul oleh
rombongan-rombongan yang lain hingga mencapai hampir seratus orang. Diantaranya
Utsman bin Affan beserta istri bekiau Rukayyah (puteri Nabi), Zuber bin Awwan,
Abdurrahman bin ‘Auf, Dja’far bin Abu Thalib dan lain-lain. Peristiwa ini
terjadi pada tahun kelima sesudah Nabi Muhammad SAW menjadi Rasul (615).
di negeri Habsyah mereka
mendapat penerimaan dan perlindungan yang baik dari rajanya. Sikap baik yang
ditunjukan raja Najasyi membawa kegelisahan orang Quraisy, karenanya mereka
mengutus Amru bin Ash dan Abdullah bin Rabiah yang meminta agar mengembalikan
orang-orang Mekah yang hijrah itu namun permintaannya ditolak raja.
Sementara itu
Rasulullah, tetap tinggal di Mekah, menyeru kaumnya ke dalam Islam walaupun
gangguan bertambah sengit. Seorang demi seorang pengikut bertambah. Berkat
rahmat Allah masuklah ke dalam agama Islam pada masa ini dua orang pemimpin
Qiraisy yang sangat perkasa yakni: Hamzah bin Abdul Muththalib dan Umar bin
Khathtab. Kedua orang ini pada mulanya penentang Islam yang amat keras.
Kehadiran mereka dalam barisan Islam menghidupkan semangat kaum Muslimin,
karena mereka akhirnya menjadi benteng Islam. Masuknya Umar ke dalam Islam itu
menimbulkan kejengkelan dan reaksi yang kuat dipihak Quraisy.
Oleh sebab itu mereka
memperhebat usaha-usaha mereka untuk melumpuhkan gerakan Nabi Muhammad saw.
Pemboikotan
Terhadap Bani Hasyim dan Bani Maththalib
Sesudah orang Quraisy melihat, bahwa segala jalan yang mereka tempuh untuk memadamkan Da’wah Nabi Muhammad SAW tidak memberi hasil, karena Bani Muththalib dua keluarga besar Nabi Muhammad saw., baik yang sudah Islam maupun yang belum tetap melindungi beliau, maka mereka mencari taktik baru untuk melumpuhkan kekuatan Islam itu. Mereka mengadakan pertemuan dan mengambil keputusan untuk melakukan pemboikotan terhadap Bani Hasyim dan Bani Muththalib ialah dengan jalan memutuskan segala perhubungan: hubungan perkawinan, jual beli, ziarah menjiarahi dan lain-lain. Keputusan mereka itu ditulis diatas kertas dan digantungkan di Ka’bah.
Sesudah orang Quraisy melihat, bahwa segala jalan yang mereka tempuh untuk memadamkan Da’wah Nabi Muhammad SAW tidak memberi hasil, karena Bani Muththalib dua keluarga besar Nabi Muhammad saw., baik yang sudah Islam maupun yang belum tetap melindungi beliau, maka mereka mencari taktik baru untuk melumpuhkan kekuatan Islam itu. Mereka mengadakan pertemuan dan mengambil keputusan untuk melakukan pemboikotan terhadap Bani Hasyim dan Bani Muththalib ialah dengan jalan memutuskan segala perhubungan: hubungan perkawinan, jual beli, ziarah menjiarahi dan lain-lain. Keputusan mereka itu ditulis diatas kertas dan digantungkan di Ka’bah.
Dengan adanya
pemboikotan umum ini, maka Nabi Muhammad saw. dan orang-orang Islam serta
keluarga Bani Hasyim dan Bani Muththalib, terpaksa menyingkir dan menyelamatkan
diri ke puar kota Mekah. Selama tiga tahun lamanya menderita kemiskinan dan
kesengsaraan. Banyak juga diantara kaum Quraisy yang merasa sedih akan nasib
yang dialami keluarga Nabi itu. Dengan sembunyi-sembunyi pada waktu malam hari,
mereka mengirim makanan dan keperluan lainnya kepada kaum kerabat mereka yang
terasing di luar kota. Seperti yang dilakukan Hidyam bin Amr. Akhirnya
bangkitlah beberapa pemuka-pemuka Quraisy menghentikan pemboikotan itu dan
merobek-robek kertas pengumuman di atas Ka’bah itu. Dengan itu pulihlah kembali
hubungan Bani Hasyim dan Bani Muththalib dengan orang Quraisy. Akan tetapi
nasib pengikut Nabi bukanlah menjadi baik bahkan orang-orang Quraisy lebih
meningkatkan sikap permusuhan mereka.
Nabi
Mengalami Tahun Kesedihan. Belum lagi sembuh kesedihan yang dirasakan Nabi Muhammad saw.
akibat pemboikotan umum itu, tibalah pula musibah yang besar menimpa dirinya,
yaitu wafatnya paman beliau Abu Thalib. Tidak berapa lama kemudian disusul oleh
isterinya Sitti Khadijah. Kedua macam musibah terjadi pada tahun ke 10 dari
masa Kenabian. Tahun ini disebut “Amul huzni” (tahun kesedihan), di saat
permusuhan Quraisy terhadap beliau sedang menjadi-jadi. Mereka mulai berani
menyakiti badan Nabi. Akan tetapi segala macam musibah dan penganiyaan itu
tidaklah mengendorkan demangat perjuangan mereka.
Sesudah beliau melihat
mereka bahwa, Mekah tidak lagi sesuai menjadi pusat da’wah Islam, maka beliau
berda’wah ke luar kota Mekah. Negeri yang dituju ialah Thaif daerah kabilah
Tsaqif. Beliau menjumpai pemuka-pemuka kabilah itu dan diajaknya mereka kepada
Islam. Ajaran Nabi ditolak mereka dengan kasar. Nabi diusir, disorski dan
dikejar-kejar sambil dilempari dengan batu sampai berlindung di kebun Urba dan
Syaida (anak rabi’a). Nabi terpaksa kembali ke Mekah menuju Baitullah. Disitu
beliau tawaf dan sujud berdoa, semogaAllah SWT mengampuni kaumnya dan memberi
kekuatan padanya untuk melanjutkan risalah Tuhannya.
2.
Isra’ mi’raj
Nabi
Muhammad saw. Menjalani Isra’ dan Mi’raj Disaat-saat
menghadapi ujian yang sangat besar dan tingkat perjuangan sudah pada puncaknya
ini, gangguan dan hinaan, aniaya serta siksaan yang dialami beliau dengan
pengikut-pengikut beliau semakin hebat, maka Nabi Muhammad saw. diperintahkan
oleh Allah SWT menjalani Isra’ dan Mi’raj dari Mekah ke Baitul Maqdis di
Palestina, terus naik ke langit ke tujuh dan Sidratul Muntaha. Di stulah beliau
menerima perintah langsung dari Allah tentang shalat lima waktu. Hikmah Allah
memerintahkan Isra’ dan Mi’raj kepada Nabi dalam perjalanan satu malam itu,
adalah untuk lebih menambah kekuatan iman dan keyakinan beliau sebagai Rasul,
yang diutus Allah ke tengah-tengah umat manusia, untuk membawa risalah-Nya.
Dengan demikian akan bertambahlah kekuatan batin sewaktu menerima cobaan dan
musibah serta siksaan yang bagaimanapun juga besarnya, dalam memperjuangkan
cita-cita luhur, mengajak seluruh umat manusia kepada agama Islam.
Peristiwa Isra’ dan
Mi’raj ini terjadi pada malam 27 Rajab tahun ke 11 sesudah beliau diangkat
menjadi Rasul. Kejadian Isra’ Mi’raj ini, di samping memberikan kekuatan batin
kepada Nabi Muhammad SAW dalam perjuangan menegakan agama Allah, juga menjadi
ujian bagi kaum muslimin sendiri, apakah mereka beriman dan percaya kepada
kejadian yang menta’jubkan dan di luar akal manusia itu, yaitu perjalanan yang
beratus-ratus mil serta menembus tujuh lapis langit dan hanya ditempuh dalam
satu malam saja.
Orang
Yatsrib Masuk IslamPada waktu musim haji tiba, datanglah ke Mekah
kabilah-kabilah Arah dari segala penjuru tanah Arab. Diantara mereka itu,
jemaah Khazraj dari Yatsrib. Sebagaimana biasanya setiap musim haji, Nabi
Muhammad saw. menyampaikan seruan Islam kepada kabilah-kabilah yang sedang
melakukan haji. Kali ini beliau menjumpai orang-orang Khazraj. Mereka sudah
mempunyai pengertian tentang agama ketuhanan, dan kerap kali mendengar dari
orang Yahudi di negeri mereka, tentang akan lahirnya seorang Nabi pada waktu
dekat.
Segeralah mereka
mencurahkan perhatian kepada da’wah yang disampaikan Nabi kepada Mereka itu.
Pada itu juga mereka langsung beriman setelah mereka yakin bahwa Muhammad saw.
itu yang dinanti-nantikan. Peristiwa ini merupakan titik terang bagi perjalanan
risalah Muhammad saw. Orang Khazraj yang masuk Islam ini tidak lebih dari enam
orang tapi merekalah yang membuka lembaran baru sejarah perjuangan Nabi
Muhammad saw.
Setibanya mereka di
Yastrib dari Mekah, mulailah mereka menyiarkan kepada kaum kerabat mereka,
tentang kebangkitan Nabi akhir zaman, Muhammad SAW yang berada di Mekah. Berkat
kegiatan mereka, hampir setiap rumah di Madinah, sudah mendengar dan
membicarakan tentang Nabi Muhammad saw.
Pada tahun kedua belas
sesudah kenabian, datanglah ke Mekah di musim haji 12 orang laki-laki dan
seorang wanita penduduk Yatsrib. Mereka menemui Rasulullah secara rahasia di
Aqabah. Di tempat inilah mereka mengadakan bai’at (perjanjian) atas dasar Islam
dengan Nabi. Bahwa mereka tidak akan mempersekutukan Allah, tidak akan mencuri,
berzina, membunuh anak-anak, fitnah memfitnah dan tidak akan mendurhakai
Muhammad saw. Perjanjian ini dalam sejarah dinamakan Bai’aitul Aqabatil Ula
(Perjanjian Aqabah yang pertama), karena dilangsungkan di ‘Aqabah untuk pertama
kalinya. Dinamakan pula Bai atun Nisaa’ (Perjanjian Wanita) karena dalam bai’at
itu ikut seorang wanita bernama ‘Afra binti ‘Abid bin Tsa’labah.
Sesudah selesai
pembai’atan ini, Rasulullah mengirim Mush’ab bin Umair bersama mereka ke
Yatsrib untuk mengajarkan Al Qur’an dan agama Islam. Maka, agama Islam pun
tersebar kesetiap rumah dan keluarga penduduk Yatsrib, kecuali beberapa
keluarga kecil orang Aus.
Pada tahun ketiga belas
dari kenabian, berangkatlah serombongan kaum Muslimin dari Yatsrib ke Mekah
untuk mengerjakan haji. Orang-orang Islam itu mengundang Rasul agar mengadakan
pertemuan dengan mereka di ‘Aqabah pada hari tasyriq. Sesudah selesai melakukan
upacara haji, keluarlah orang-orang Islam dari perkemahan mereka menuju ‘Aqabah
secara sembunyi-sembunyi pada waktu tengah malam. Di tempat itulah mereka
berkumpul manunggu Nabi. Jumlah mereka 73 orang laki-laki dan 2 orang wanita,
Rasulullah pun datang didampingi oleh Abbas, paman beliau, yang di masa itu
madih belum menganut agama Islam.
3. Hijrah ke Yatsrib
3. Hijrah ke Yatsrib
Tatkala Nabi Muhammad
saw. melihat tanda-tanda baik pada perkembangan Islam di Yatsrib itu,
disuruhnyalah para sahabat-sahabatnya berpindah ke sana. Berkata Rasul kepada
sahabat-sahabatnya itu : “Sesungguhnya Allah Azza Wajzalla telah menjadikan
orang-orang Yatsrib sebagai saudara-saudara bagimu dan negeri itu sebagai
tempat yang aman bagimu”.
Orang-orang Quraisy
sangat terperanjat setelah mengetahui perkembangan Islam di Yatsrib itu. Mereka
merasa khawatir jika Nabi Muhammad saw. berkuasa di Yatsrib itu. Maka
bersidanglah pemuka-pemuka Quraisy di Daarum Nadwah untuk merencanakan tindakan
apakah yang akan diambil terhadap Nabi, akhirnya mereka memutuskan bahwa Nabi
Muhammad saw. harus dibunuh, demi keselamatan masa depan mereka. Untuk
melaksanakan pembunuhan ini, setiap suku Quraisy mengirimkan seorang pemuda
pilihan. Dengan demikian, bilamana Nabi Muhammad saw. berhasil dibunuh,
keluarganya tidak akan mampu menuntut bela kepada seluruh suku.Rencana keji
kaum Quraisy ini telah diketahui oleh Nabi Muhammad saw. dan beliau
diperintahkan oleh Allah SWT, agar segera pindah ke Yatsrib. Hal ini, beliau
beritahukan kepada sahabatnya Abu Bakar. Abu Bakar minta kepada Nabi supaya
diizinkan menemani beliau dalam perjalanan yang bersejarah ini. Nabi setuju,
lalu Abu Bakar menyediakan persiapan untuk perjalanan ini.
Pada malam hari waktu
pemuda-pemuda Quraisy sedang mengepung rumah Nabi dan siap akan membunuh
beliau. Rasulullah berkemas-kemas untuk meninggalkan rumah. Ali bin Abi Thalib,
disuruh menempati tempat tidur beliau supaya orang-orang Quraisy mengira beliau
masih tidur. Kepada Ali diperintahkan juga, supaya mengembalikan barang-barang
yang dititipkan kepada beliau kepada pemiliknya masing-masing. Kemudian dengan
diam-diam beliau keluar dari rumah. Dilihatnya pemuda-pemuda yang mengepung
rumah beliau sedamg tertidur, tak sadarkan diri. “Alangkah kejinya mukamu” kata
Rasulullah SAW seraya meletakan pasir di atas kepala mereka. Dengan
sembunyi-sembunyi beliau pergi menuju rumah Abu Bakar. Kemudian mereka berdua
keluar dari pintu kecil dibelakang rumah, dengan menaiki untu yang sudah
disiapkan oleh Abu Bakar, menuju sebuah gua di bukit Tsuur sebelah selatan kota
Mekah, lalu mereka bersembunyi dalam gua itu.
Setelah algojo-algojo
itu mengetahui, bahwa Nabi tidak ada di rumah dan terlepas dari kepungan
mereka, maka mereka menjelajahi seluruh kota untuk mencari Nabi, tetapi tidak
juga bertemu. Akhirnya mereka sampai juga di gua Tsuur, tempat Nabi dan Abu
Bakar bersembunyi. Tetapi dengan perlindungan Allah, di muka gua itu terdapat
sarang labah-labah berlapis-berlapis, seolah-olah terjadinya telah lama sebelum
Nabi dan Abu Bakar masuk ke dalamnya. Melihat keadaan yang demikian, pemuda
Quraisy itu sedikitpun tidak menaruh curiga. Setelah tiga hari lamanya mereka
bersembunyi dalam gua itu dan keadaan sudah dirasakan aman, maka Nabi dan Abu
Bakar (dengan petunjuk jalan Abdullah bin Uraiqit) barulah meneruskan
perjalanan menyusur pantai Laut Merah, dan Ali bin Abi Thalib menyusul
kemudian.
Yatsrib
menjadi Madinatun Nabi Setelah mengarungi padang pasir yang sangat luas dan amat
panas, akhirnya pada hari Senin tanggal 8 Rabi’ulawal tahun 1 Hijrah, tibalah
Nabi Muhammad SAW di Quba, sebuah tempat kira-kira sepuluh kilo meter jauhnya
dari Yatsrib. Selama empat hari beristirahat. Nabi mendirikan sebuah Mesjid,
yaitu Mesjid Quba’. Inilah mesjid yang pertama kali didirikan dalam sejarah
Islam.
Pada hari Jum’at tanggal
12 Rabi’ulawal tahun 1 Hijrah, bertepatan dengan tanggal 24 September tahun 622
M. Nabi, Abu Bakar dan Ali bin Abi Thalib memasuki kota Yatsrib, dengan
mendapat sambutan yang hangat, penuh kerinduan dan rasa hormat dari penduduknya.
Pada hari itu juga, Nabi mengadakan shalat Jum’at yang pertama kali dalam
sejarah Islam, dan beliaupun berkhutbah di hadapan kaum Muslimin (Muhajirin dan
Anshar). Sejak ini Yatsrib beroleh namanya menjadi Madinatun Nabiy artinya
“Kota Nabi” selanjutnya disebut Madinah.
Setelah menetap di
Madinah, barulah Nabi memulai rencana mengatur siasat dan membentuk masyarakat
Islam yang bebas dari ancaman dan tekanan, mempertalikan hubungan kekeluargaan
antara Anshar dan Muhajirin dengan orang-orang yang bukan Islam, dan menyusun
siasat, ekonomi, sosial serta dasar-dasar Daulah Islamiyah.
Dalam usaha membentuk
masyarakat Islam di Madinah ini, sekaligus beliau berjuang pula memelihara dan
mempertahankan masyarakat Islam yang dibina itu dari rongrongan musuh, baik
dari dalam maupun dari luar. Dengan demikian gerak perjuangan Nabi di Madinah
ini bersifat dua segi. Pertama, membina masyarakat Islam. Kedua, memelihara dan
mempertahankan masyarakat Islam itu. Terbukti kemudian dari Madinah inilah
Islam memperoleh kemenangan di seluruh jazirah Arab.
Tugas
Nabi Muhammad saw. Selesai Ketika para utusan
kabilah-kabilah Arab datang menghadap Nabi untuk menjadi pemeluk agama Islam
kemudian disusul dengan turunnya surat (110) An Nashr yang menggambarkan
kedatangan utusan-utusan itu serta menyuruh Nabi memohonkan ampun untuk mereka,
maka terasalah oleh beliau bahwa tugasnya hampir selesai. Karena merasa
pekerjaannya telah hampir pada akhirnya, beliau berniat untuk melakukan Haji
wada’ (Haji penghabisan) ke Mekah.
Pada tanggal 2 Zulqaedah
tahun ke 10 H, Rasulullah meninggalkan Madinah menuju Mekah dengan kaum
Muslimin yang ikut mengerjakan haji kira-kira 100.000 orang.
Sebelum menyelesaikan
upacara haji, Rasulullah saw. mengucapkan sebuah pidato amanat yang bernilai
dihadapan kaum Muslimin dibukit ‘Arafah pada tanggal 8 Zulhijah 10 H, bersamaan
dengan 7 Maret 632 Masehi. Setelah selesai mengerjakan ibadah haji, Nabi pun
kembali ke Madinah.
Kira-kira tiga bulan
sesudah mengerjakan haji wada’ itu, Nabi menderita demam beberapa hari,
sehingga tak dapat mengimami shalat jamaah, maka disuruhnyalah Abu Bakar
menggantikan beliau menjadi imam.
Pada tanggal 12 Rabi’ul awwal tahun 11 Hijriyah bertepatan dengan 9 Juni 632 Masehi. Nabi Muhammad saw. kembali ke hadirat Allah SWT, dalam usia 63 tahun. Inna lillahi wainna ilaihi raaji’un. Dua puluh tiga tahun lamanya, sejak beliau diangkat menjadi Rasul Allah, berjuang tak mengenal lelah dan derita untuk menegakan agama Islam.
Pada tanggal 12 Rabi’ul awwal tahun 11 Hijriyah bertepatan dengan 9 Juni 632 Masehi. Nabi Muhammad saw. kembali ke hadirat Allah SWT, dalam usia 63 tahun. Inna lillahi wainna ilaihi raaji’un. Dua puluh tiga tahun lamanya, sejak beliau diangkat menjadi Rasul Allah, berjuang tak mengenal lelah dan derita untuk menegakan agama Islam.
Nabi Muhammad saw. telah
wafat, telah meninggalkan umatnya; tak ada harta benda yang berarti yang akan
diwariskan kepada anak isterinya, tetapi beliau meninggalkan dua buah
pusakayang diwariskannya kepada seluruh umatnya, Sabdanya :
“Kutinggalkan untuk kamu dua perkara (pusaka), taklah kamu akan tersesat selama-lamanya, selama kamu masih berpegang kepada keduanya, yaitu kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya”.Demikianlah selintas kisah manusia pilihan yang termasuk tokoh nomor satu di antara seratus tokoh dunia paling berpengaruh.
“Kutinggalkan untuk kamu dua perkara (pusaka), taklah kamu akan tersesat selama-lamanya, selama kamu masih berpegang kepada keduanya, yaitu kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya”.Demikianlah selintas kisah manusia pilihan yang termasuk tokoh nomor satu di antara seratus tokoh dunia paling berpengaruh.
Kharismanya hingga detik
ini tetap berkibar. Jutaan dan miliaran orang setiap hari dengan tak’zim
bersalawat kepada beliau dalam setiap do’a dan shalat mereka.
8. Peristiwa Haji Wada’
8. Peristiwa Haji Wada’
Haji
yang dinamakan haji wada’atau Haji Balagh atau Haji Tamam dan banyak lagi nama
lainnya. Jumlah orang berhaji bersama beliau lebih dari 100.000
orang.Rosulullah telah berketetapan untuk berhaji dan memberitahukan kepada
orang-orang ahwa beliau akan pergi haji. Orang-orangpun bersiap-siap pada bulan
Dzulqa’dah tahun ke 10 Hijriyyahuntuk berangkat bersama Rosulullah saw.Beliau
berangkat ari Madinah hari Sabtu siang setelah Dzuhur, lima hari terakhir
setelah Dzulqa’dah. Beliau berangkat setelah shalat dzuhur4 rakaat dan
berkhutbah kepada merekaa sebelum itu. Dalam khutbahnya beliau mengajarkan
tentang ihram,kewajiban-kewajiban,dan sunnah-sunnahnya. Kemudian beliau berangkat
sambil membaca talbiyah. Beliau meneruskan perjalanan ke Abwa,lalu lembah Usfan
di Sarf. Beliau meneruskan ke Dzi Thuwa, beliau bermalam disana, beliau mandi
pagi harinya dan berangkat ke Makkah. Beliau tiba di Makkah pada siang
hari.Ketika masuk masjid beliau menuju ke ka’bah.
Ketika
masuk masjid,beliau menuju Ka’bah ketika sampai Hajar Aswad beliau menciumnya.
Beliau lalu berlari kecil dalam Thawafnya ini sebanyak tiga putaran
yangpertama. Kemudian beliau pergi ke bukit Syafa kemudian beliau naik di
atasnya hingga dapat melihat Ka’bah. Beliau tinggal di Makkah selama 4 hari,
yaknihari Ahad,Senin,Selasa dan,dan Rabu. Pada hari Kamis beliau menuju ke Mina
bersama kaum muslimin. Saat matahari terbit,beliau berjalan menuju Arafah,dan
berkhutbah disana yang didalamnya kaidah-kaidah islam dihancurkan kaidah-kaidah
syirik dan jahiliyyah, dan diharamkan segala yang haram yang semua agama setuju
pada pengharamannya yaitu tentang darah,darah dan kehormatan. Ketika terbenam
matahari beliau beranjak dariArafah diikuti Usamah bin Zaid di
belakangnya.Kemudian beliau meneruskan perjalanan ke Musdalifa,di belakang
al-Fadhl bin Abbas Beliau bertalbiyah selama perjalannya.beliau memerintahkan
Ibnu Abbas mencarikan 7 kerikil untuknya guna melempar jumrah.Lalu beliau
mendatangi jumrah aqabah dan melemparnya.Kemudian kembali ke Mina dan
berkhutbah.diberitahukan ke pada mereka kemuliaan hari qurban,penghormatan
kepadanya keutamaan di sisi Allah,serta kemuliaan Makkah atas semua
negeri.Beliau juga memeritahkan kaum muslimin agar mengikuti manasik haji dan
cara ibadah dari beliau,dan memerintahkan mereka agar tidak kembali kafir.
Kemudiaan
beliau berangkat ke tempat penyembelihan qurban di Mina,dan menyembelih 63 ekor
unta yang gemuuk dengan tangannya sendiri.kemudian beliau berhenti , dan
memerintahkan Ali bin Abi Thalib untuk menyembelih sisanya,dari 100 ekor
unta.Kemudiaan beliau menuju Makkah dengan menunggang unta, dan melakukan
thawaf ifadhah, yaitu thawaf ziarah.Kemudiaan beliau kembali ke Mina pada hari itu
dan bermalam disana dan berkhutbah disana, kemudiaan berangkat ke Makkah untuk
melaksanakan thawaf perpisahan pada malam hari.Lalu beliau memerintah kaum
muslimin untuk berangkat ke Madinah.
9. SAKITNYA NABI MUHAMMAD SAW
Pada
tanggal dua puluh Sembilan Shafar 11 H.Bertepatan dengan hari Senin,Rosulullah
saw menghadiri prosesi jenasah di Baqi’ dan selagi dalam perjalanan, tiba-tiba
beliau merasakan pusing di kepala dan pusing tubuhnya langsung melonjak. Hingga
orang-orang bisa melihat tanda suhu badan beliau yang panas itu lewat urat-urat
nadi di kepala beliau.Beliau sakit selama 13 atau 14 hari, dan tetap salat
bersama orang-orang selama 11 hari dari masa sakitnya ini.[5]
10. Hari terakhir kehidupan
Rosulullah saw
Fatimah
bisa melihat penderitaan yang amat berat pada diri Rosullullah saw. Maka dia
berkata, ”Alangkah menderitanya engkau wahai ayah!”
Beliau
menjawab, ”Tidak ada penderitaan atas ayahmu setelah hari ini.”
Kemudian
beliau memanggil Hasan dan Husain lalu memeluk keduanya dan memberikan nasihat
yang baik-baik. Beliau juga memanggil para istri beliau,member nasihat dan
peringatan kepada mereka.Rasa sakit beliau makin bertambah berat. Ditambah
pengaruh racun yang disusupkan dalam daging oleh wanita Yahudi yang beliau
makan sewaktu di Khaibar,hingga beliau bersabda, ”Wahai Aisyah,aku masih
merasakan sakit karena makanan yang sempat kucicipi di Khaibar, Inilah saatnya
bagiku untuk merasakan bagaimana terputusnya nadiku karena racun tersebut.[6]
11. Penutur Ulang Lukman Hakim Zuhdi
Dua bulan setelah menunaikan
ibadah haji wada’ (haji perpisahan), Nabi Muhammad SAW terkena sakit demam
panas dibarengi pusing. Para istri beliau sudah berkumpul. Tidak seorang pun
dari mereka yang berani meninggalkan beliau dalam keadaan sakit parah. Tidak
lama kemudian, datanglah putri kesayangan beliau, yaitu Fatimah. Beliau
menyambut kedatangan Fatimah dengan wajah ceria. Fatimah kemudian diminta duduk
di sebelah kanan beliau.
Nabi
Muhammad SAW membisikkan sesuatu ke telinga Fatimah hingga membuat Fatimah
menangis tersedu-sedu. Beberapa saat kemudian, beliau membisikkan sesuatu dan
Fatimah pun seketika tersenyum gembira. Tak ada seseorang yang mengetahui apa
isi bisikan beliau, termasuk istri-istrinya. Siti Aisyah, istri Nabi Muhammad
SAW yang paling muda usianya, terdorong rasa ingin tahu. Siti Aisyah
memberanikan diri menanyakannya kepada Fatimah. Fatimah menjawab bahwa itu
rahasia antara dirinya dengan sang Ayah.
Beberapa
hari setelah Nabi Muhammad SAW wafat, Fatimah baru membocorkannya kepada Siti
Aisyah. Bisikan beliau yang membuat Fatimah menangis adalah kabar dari Malaikat
Jibril mengenai segera dicabutnya nyawa Nabi Muhammad SAW. Ketika itu beliau
berpesan kepada Fatimah agar tetap bertakwa kepada Allah SWT dan bersikap sabar
menerima kenyataan pahit tersebut. Bisikan Nabi Muhammad SAW yang kedua berisi
bahwa Fatimah telah menjadi wanita beriman yang terkemuka di dunia. Selain itu,
Fatimah akan menjadi orang pertama dari keluarga Nabi Muhammad SAW yang akan
menyusul beliau ke alam barzakh. Fatimah pun tersenyum.
12. Pesan Nabi Muhammad SAW Sebelum Meninggal
Allah
SWT telah berfirman : “Sesungguhnya aku telah melarang semua para Nabi
masuk ke dalam surga sebelum engkau (Muhammad SAW) masuk terlebih dahulu, dan
aku juga melarang semua umat memasuki surga sebelum umatmu memasuki terlebih
dahulu.”
Merinding
kita mengikuti firman Allah di atas. Sekaligus bersyukur dan bangga telah
menjadi pengikut Nabi Muhammad. Betapa mulianya seorang Nabi yang selama ini
kita selalu mengagungkan Beliau, Rasulullah SAW.
Betapa
mulianya akhlak Kekasih Allah itu, Muhammad Rasulullah SAW. Betapa “luar
biasanya” Nabi Muhammad SAW di kalangan malaikat, sahabat bahkan semua makhluk
ciptaan Allah SAW. Terutama saat beliau akan meninggal.
Kisah
Tangisan Abu Bakar dan Hari Wafatnya Rasulullah. Betapa mulia dan agungnya
Beliau. Bahkan malaikat Izrail pun mesti bertanya dulu, apakah ia boleh masuk
rumah Rasul, tatkala Izrail diperintahkan Allah mencabut nyawa Rasulullah.
Kita
beruntung dan bersyukur tiada tara (sambil berlinang air mata) menjadi salah
satu pengikut Rasulullah. Moga makin bertambah cinta kita pada Rasulullah tiada
putus-putusnya, hingga akhir hayat kita.
Allah
SWT berfirman :“…Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk
(mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah engkau takut kepada mereka dan
takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk engkau agamamu, dan
telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama
bagimu.” (QS. Al-Maidah 5:3)
Diriwayatkan
bahwa surat Al-Maidah ayat 3 di atas, turun setelah waktu Ashar berselang,
tepatnya pada hari Jumat di Padang Arafah saat musim haji penghabisan (haji
wada).
Ketika
itu Rasulullah SAW sedang berada di atas onta Padang Arafah. Ketika ayat
tersebut turun, Rasulullah kurang begitu mengerti apa isyarat yang berhubungan
dengan turunnya ayat tersebut. Lalu, Beliau bersandar pada ontanya, kemudian
onta Beliau pun duduk secara perlahan-lahan.
Setelah
itu turunlah Malaikat Jibril dan berkata :
“Wahai Muhammad, sesungguhnya pada hari ini telah disempurnakan urusan agamamu, maka terputuslah apa yang diperintahkan oleh Allah SWT dan demikian juga larangan-larangan-Nya. Oleh karena itu, kumpulkanlah para sahabatmu dan beritahu mereka, hari ini adalah terakhir aku bertemu denganmu.”
“Wahai Muhammad, sesungguhnya pada hari ini telah disempurnakan urusan agamamu, maka terputuslah apa yang diperintahkan oleh Allah SWT dan demikian juga larangan-larangan-Nya. Oleh karena itu, kumpulkanlah para sahabatmu dan beritahu mereka, hari ini adalah terakhir aku bertemu denganmu.”
Kemudian
Malaikat Jibril pergi, Rasulullah SAW pun berangkat ke Mekah dan terus
melanjutkan perjalanan ke Madinah. Rasulullah mengumpulkan para sahabat dan
menceritakan apa yang telah dikabarkan Malaikat Jibril kepada dirinya.
Mendengar
hal ini, para sahabat pun gembira sambil berkata :
“Agama kita telah sempurna . Agama kita telah sempurna.”
“Agama kita telah sempurna . Agama kita telah sempurna.”
Tetapi
berbeda dengan Abu Bakar Ash-Shidiq, mendengar keterangan Rasulullah itu, ia
tidak kuasa menahan kesedihannya dan langsung pulang ke rumah. Lalu mengunci
pintu rapat-rapat dan menangis sekuat-kuatnya.
A.
Alam
Semesta Ikut Menangis
Kisah
tentang Abu Bakar menangis itu kemudian sampai kepada para sahabat yang lain. Lalu
berkumpullah para sahabat di hadapan rumah Abu Bakar, dan mereka berkata:
“Wahai
Abu Bakar, apakah yang telah membuat engkau menangis seperti ini? Bukankah,
seharusnya engkau gembira sebab agama kita telah sempurna.”
Mendengar
pertanyaan dari para sahabat tersebut, Abu Bakar pun berkata :
“Wahai para sahabatku, kalian tidak tahu tentang musibah yang akan menimpa kita. Tidakkah engkau tahu, saat suatu perkara itu sempurna, akan terlihat kekurangannya. Karena itu dengan turunnya ayat tersebut suatu pertanda telah datang waktu yang sangat menyedihkan, yaitu sebentar lagi kita akan berpisah dengan Rasulullah SAW. Fatimah menjadi yatim dan para isteri Nabi menjadi janda.”
“Wahai para sahabatku, kalian tidak tahu tentang musibah yang akan menimpa kita. Tidakkah engkau tahu, saat suatu perkara itu sempurna, akan terlihat kekurangannya. Karena itu dengan turunnya ayat tersebut suatu pertanda telah datang waktu yang sangat menyedihkan, yaitu sebentar lagi kita akan berpisah dengan Rasulullah SAW. Fatimah menjadi yatim dan para isteri Nabi menjadi janda.”
Setelah
mereka mendengar penjelasan Abu Bakar, sadarlah mereka akan kebenaran kata-kata
Abu Bakar. Mereka pun menangis dengan sekencang-kencangnya. Tangisan mereka itu
kemudian didengar oleh sahabat-sahabat lainnya, lantas mereka pun memberitahu
Rasullah tentang apa yang terjadi.
Berkatalah
salah seorang dari sahabat :“Ya, Rasulullah, kami baru pulang dari rumah Abu
Bakar dan kami melihat banyak orang sedang menangis dengan suara kuat di rumah
beliau.”
Ketika
Rasulullah SAW mendengar keterangan dari para sahabat itu, berubahlah air muka
Beliau dan bergegas menuju ke rumah Abu Bakar.
Setelah
sampai di rumah Abu Bakar, Beliau melihat semua menangis dan Beliau pun
bertanya :“Wahai para sahabatku, kenapa kalian menangis?”Ali bin Abi Thalib
berkata :“Ya, Rasulullah, Abu Bakar mengatakan bahwa dengan turunnya ayat ini
membawa tanda bahwa waktu wafatmu telah dekat. Adakah ini benar ya Rasulullah?”
Lalu
Rasulullah berkata :“Semua yang dikatakan Abu Bakar adalah benar dan
sesungguhnya waktuku untuk meninggalkan kalian semua sudah dekat.”
Setelah
Abu Bakar mendengar pengakuan Rasulullah SAW, ia justru menangis sekuat tenaga,
sampai ia jatuh pingsan. Sementara Ali bergetar kemudian terkapar tubuhnya.
Para sahabat lain pun menangis dengan sekuat-kuat yang mereka mampu.
Sehingga
gunung-gunung, batu-batu, semua malaikat yang di langit, cacing-cacing yang menggeliat
di bumi dan semua binatang, baik yang di darat maupun di laut turut menangis.
Kemudian
Rasulullah bersalaman dengan para sahabat satu persatu dan berwasiat kepada
mereka. di Masjid
Al Nabawi, Madinah Haram.
13. Senyum Terakhir Nabi Muhammad SAW
Demam
panas yang menyerang tubuh Nabi Muhammad SAW semakin hari semakin tinggi.
Beliau tidak dapat lagi meninggalkan tempat tidurnya. Beliau meminta
persetujuan seluruh istrinya untuk pindah dan dirawat di rumah Siti Aisyah.
Para istri menyetujui. Sahabat Abbas bin Abdul Muthalib dan Ali bin Abi Thalib,
menantunya, lalu memapah beliau yang berjalan tertatih-tatih menuju kediaman
Siti Aisyah. Rupanya demam panas beliau bertambah tinggi hingga beliau minta
disiram dengan air. Permintaan beliau dituruti.
Semula
Nabi Muhammad SAW masih mampu memimpin shalat fardhu berjamaah di Masjid
Nabawi. Shalat Dzuhur berjamaah bersama para sahabat adalah shalat yang
terakhir kali diimami oleh beliau. Namun, sejak itu terhitung sudah tiga hari
beliau tidak sanggup mengimami shalat. Hal ini dikarenakan kondisi kesehatan
beliau yang kian memburuk. Bila beliau mendengar suara sahabat Bilal bin Raba’
mengumandangkan adzan shalat, beliau segera menunjuk sahabat Abu Bakar Siddiq
sebagai imam shalat. Tempat kediaman Siti Aisyah memang sangat berdekatan
dengan Masjid Nabawi.
Pada
saat kaum muslimin sudah siap berdiri untuk melaksanakan shalat berjamaah di
masjid, secara mendadak Nabi Muhammad SAW menyingkapkan kain penyekat kamarnya.
Beliau melihat para jamaah sambil tersenyum senang sembari melambaikan tangan.
Melihat keadaan beliau yang demikian, para sahabat sangat gembira. Mereka
menyangka beliau telah sembuh dari sakitnya. Sementara Abu Bakar Siddiq yang
akan mengimami shalat menyangka beliau hendak keluar kamar dan memimpin shalat.
Tetapi beliau segera memberi isyarat supaya para jamaah memulai shalatnya. Kain
penyekat ditutup kembali. Para sahabat melanjutkan shalatnya.
14. Reaksi para sahabat atas berita
wafatnya Rosulullah saw
Berita
wafatnya Rosulullah saw,di kalangan para sahabat terdengar bagaikan petir,
karena sangat cintanya mereka kepada beliau.Mereka terbiasa hidup dalam
naungannya ,sebagaimana tumbuhnya seorang anak di pangkuan
anaknya, bahkanlebih. Sebagian sahabat tidak percaya dengan berita
wafatnya beliau.
A.Reaksi Umar bin Al-Khattab
Setelah
mendengar kematian beliau,Umar hanya berdiri mematung.Seperti tidak sadar dia
berkata, ”Sesungguhnya beberapa orang munafik bawa Rosulullah saw akan
meninggal dunia,tetapi pergi di hadapan Rabb-Nya seperti yang dilakukan Musa
bin Imran yang pergi dari kaumnya selama empat puluh hari,lalu kembali pada
merekasetelah beliau di anggap meningggal dunia.Demi Allah, Rosulullah saw
benar-benar akan kembali.Mak tangan dan kaki orang-orang beranggapan bahwa
beliau meninggal dunia,hendaknya dipotong.[9]
B.Reaksi Abu Bakar
Ia
beranjak dari kediamannya setelah menerima kabar tersebut. Ketika Abu Bakar
tiba di pintu masjid,Umar sedang berpidato.Ia tidak menoleh sama sekali,hingga
Abu Bakar menemui Rosulullah saw, di rumah Aisyah,yang jasadnya ditutup kain.Ia
menyingkap tutup wajah beliau dan menciumnya sambil berkata: ”demi ayah dan
ibu! Sesungguhnya kematiaanya telah disuratkan Allah kepadamu telah engkau
rasakan.Enkau tidak akan merasakan kematiaan lagi untuk selama-lamanya.
”Kemudian Abu Bakar kembali menutupkan kain ke wajah Rosullullah saw.
Abu
Bakar keluar’Umar masih berpidato di hadapan orang-orang, Abu Bakar berkata:
“Pelan-pelanlah,’Umar! Diamlah. ”Umar tidak menanggapi dan terus
berbicara.Ketika Abu Bakar melihat ‘Umar tidak diam juga,ia maju ke
berkhutbah.Ketika orang-orang mendengar Abu Bakar suara abu Bakar,mereka
mendekati Abu Bakar, dan meninggalkan Umar.Abu Bakar memuji Allah dan berkata.
“Wahai
manusia,Barang siapa yang menyembah Muhammad,maka sesungguhnya Muhammad telah
mati.Barangsiapa yang menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah terus hidup
tidaak akan pernah mati.”
Sebelum
mengurus jasad Nabi saw,terjadi silang pendapat tentang pengganti
beliau.Terjadi dialog dan deba serta sanggahan antara pihak Muhajirin dan
Anshar di Saqifah Bani sa’idah. Namun akhirnya mereka sepakat untuk mengangkat
Abu Bakar sebagai Khalifah.
Pada
hari Selasa para sanak keluarga memandikan jasad beliau tanpa melepaskan kain
yang menyelubunginya.Adapun yang memandikan adalah Al-Abbas,Ali,A-Fadhl,
Qatsam. Kemudian mereka mengkafani jasad beliau dengan tiga lembar kain putih
dari bahan katun.Kemudian mereka saling berbeda pendapat, di mana beliau akan
di kubur.Maka Abu Bakar berkata, ”sesunngguhnya aku pernah mendengar Rosulullah
saw bersabda, ”Tidaklah seorang nabi meninggal dunia melainkan dia dikuburkan
di tempat dia meninggal dunia.”
15. Pidato Abu Bakar Siddiq
Tanda-tanda
kedatangan Malaikat Izrail, malaikat pencabut nyawa, semakin dekat. Nabi
Muhammad SAW berada di atas pangkuan Siti Aisyah. Beliau memiringkan kepalanya
ke arah kepala Siti Aisyah. Siti Aisyah mengira beliau menghendaki sesuatu dari
kepalanya. Tetapi, secara tiba-tiba dari mulut beliau keluar setetes cairan
dingin. Siti Aisyah merasa sangat gemetar, menduga beliau pingsan. Siti Aisyah
kemudian menyelimuti Nabi Muhammad SAW dengan pakaian beliau.
Pada
saat itu Umar bin Khattab dan Mughirah bin Syu’bah datang berniat menjenguk
Nabi Muhammad SAW. Keduanya meminta izin kepada Siti Aisyah untuk mendekatinya.
Setelah dicek, Umar bin Khattab menyangka beliau pingsan. Sementara Mughirah
bin Syu’bah mengatakan beliau telah wafat. Ternyata dengan suara yang keras dan
penuh emosi, Umar bin Khattab membantahnya. Umar bin Khattab tidak percaya
beliau telah tiada. Umar bin Khattab bahkan menuduh Mughirah bin Syu’bah telah
berbohong kepada dirinya.
Tidak
lama kemudian Abu Bakar Siddiq datang. Abu Bakar langsung melihat keadaan
beliau. Setelah memeriksa beliau, Abu Bakar lalu mengucapkan inna lillahi wa
inna ilaihi raji’un. Artinya, sesungguhnya segala sesuatu milik Allah SWT dan
sesungguhnya kepada-Nya semua akan kembali. Abu Bakar mencium kepala, dahi dan
kedua pipi beliau. Menurut Abu Bakar, alangkah harumnya sekujur tubuh beliau,
baik sewaktu hidup maupun setelah mangkat. Orang-orang yang hadir spontan
menangis. Semuanya benar-benar bersedih. Tulang dan persendiannya seakan copot.
Lidah mereka kelu. Mulut mereka seperti terkunci rapat, tak dapat berkata
apapun.
Dalam
tempo cepat, para sahabat dan kaum muslimin telah berkumpul di dekat rumah Nabi
Muhammad SAW. Mereka beramai-ramai menitikkan air mata. Tak ada yang bisa
mempercayai bahwa manusia agung sekaligus pemimpin kesayangan mereka telah
dipanggil oleh Allah SWT. Seluruh penghuni alam pun turut berduka. Awan hitam
menutupi Kota Madinah. Untuk menenangkan hati dan menjaga keimanan mereka, Abu
Bakar Siddiq segera berbicara dihadapan mereka: “Barang siapa yang menyembah
Allah SWT, maka Allah SWT Maha Hidup dan tidak akan mati. Tetapi barang siapa
yang menyembah Muhammad Rasulullah, maka Muhammad Rasulullah sekarang telah
meninggal dunia.”
16. Doa Ma Halaka
Nabi
Muhammad SAW menghembuskan nafas terakhirnya pada hari Senin, tanggal 12 Rabiul
Awal 11 Hijriyyah dalam usia 63 tahun. Jenazah beliau dimandikan dalam keadaan
berpakaian. Ali bin Abi Thalib yang memimpin pelaksanaan prosesi pemandiannya.
Di antara sahabat yang membantu membolak-balikkan tubuh jenazah adalah Abbas
bin Abdul Muthalib, Fadhl bin Abbas dan Qatsam bin Abbas. Usamah bin Zaid dan
Shalih yang menuangkan air ke tubuh jenazah. Ali bin Abi Thalib sendiri yang
membersihkan tubuh jenazah dari bekas keringat. Ali tidak menemukan satu
kotoran pun pada tubuh beliau. Malah, menurut Ali, jenazahnya mengeluarkan bau
harum.
Seusai
dimandikan, jenazah suci Nabi Muhammad SAW dikafani dengan tiga pakaian beliau
sendiri; yang dua berwarna putih dan yang satu berwarna kekuning-kuningan.
Tidak ada baju lengan panjang dan surban di dalamnya. Jenazah beliau
selanjutnya diletakkan di atas ranjang di pinggir bakal kuburan. Kemudian
masuklah orang-orang secara berkelompok. Mereka menshalatinya berkelompok dan
bergantian. Orang yang pertama shalat adalah Abbas bin Abdul Muthalib, kemudian
Bani Hasyim, Muhajirin, Anshar, dan seluruh manusia yang hadir. Berikutnya
giliran anak-anak dan para wanita yang diberi kesempatan masuk untuk melihatnya.
Sahabat
Abu Thalhah lantas mencangkul tanah untuk lubang kuburan Nabi Muhammad SAW di
tempat tidur bekas beliau. Jenazah beliau dimakamkan di dalam rumah Siti
Aisyah, istri beliau. Beliau pernah mengatakan bahwa dahulu para nabi dikubur
di tempat mereka wafat. Selama menggali, Abu Thalhah mengucapkan doa ma halaka.
Artinya Nabi Muhammad SAW sebenarnya tidak rusak dan tidak meninggal sama
sekali, kecuali dikubur dan dicabut ruhnya.
Abu
Thalhah sudah rampung membuat tempat peletakan jenazah. Nabi Muhammad SAW
secara perlahan diturunkan ke liang lahat. Abbas bin Abdul Muthalib, Fadhl bin
Abbas, Qatsam bin Abbas, Ali bin Abi Thalib, dan Syaqran yang turun ke liang
lahat. Mereka mengurus dan mengatur posisi jenazah. Sesudah wajah dan tubuh
jenazah dihadapkan ke arah kiblat, jenazah dipendam dan lubang kubur ditutup.
Di atas kuburnya dibangun sebuah bata. Para sahabat kemudian menaburkan debu
dan meratakan kuburan Nabi Muhammad SAW, lalu menyiramkan air di atasnya.
18. Prosesi Pemakaman Nabi Muhammad
SAW
Di
mana Rasul akan dimakamkan? Selesai memberikan ikrar kepada Abu Bakr orang
segera bergegas lagi hendak menyelenggarakan pemakaman Rasulullah. Dalam hal di
mana akan dimakamkan, orang masih berbeda pendapat. Kalangan Muhajirin
berpendapat akan dimakamkan di Mekah, tanah tumpah darahnya dan di
tengah-tengah keluarganya. Yang lain berpendapat supaya dimakamkan di
Bait'l-Maqdis (Yerusalem} karena para nabi sebelumnya di sana dimakamkan. Saya
tidak tahu bagaimana orang-orang ini berpendapat demikian, padahal Bait'l-Maqdis
pada waktu itu masih di tangan Rumawi dan sejak kejadian Mu'ta dan Tabuk,
Rumawi dengan pihak Islam sedang dalam permusuhan, sehingga Rasulullah
menyiapkan pasukan Usama untuk mengadakan pembalasan.
Kaum Muslimin tak dapat menyetujui pendapat ini, juga mereka tidak setuju Nabi dimakamkan di Mekah. Mereka ini berpendapat supaya Nabi dimakamkan di Medinah, kota yang telah memberikan perlindungan dan pertolongan, dan kota yang mula-mula bernaung di bawah bendera Islam. Mereka berunding, di mana akan dimakamkan? Satu pihak mengatakan: dimakamkan di mesjid, tempat dia memberi khotbah dan bimbingan serta memimpin orang sembahyang, dan menurut pendapat mereka supaya dimakamkan ditempat mimbar atau di sampingnya. Tetapi pendapat demikian ini kemudian ditolak, mengingat adanya keterangan berasal dari Aisyah, bahwa ketika Nabi sedang dalam sakit keras, ia mengenakan kain selubung hitam, yang sedang ditutupkan di mukanya, kadang dibukakan sambil ia berkata: "Laknat6 Tuhan kepada suatu golongan yang mempergunakan pekuburan nabi-nabi sebagai mesjid."
Kemudian Abu Bakr tampil memberikan keputusan kepada orang ramai itu dengan mengatakan: "Saya dengar Rasulullah s.a.w. berkata Setiap ada nabi meninggal, ia dimakamkan di tempat dia meninggal."
Kaum Muslimin tak dapat menyetujui pendapat ini, juga mereka tidak setuju Nabi dimakamkan di Mekah. Mereka ini berpendapat supaya Nabi dimakamkan di Medinah, kota yang telah memberikan perlindungan dan pertolongan, dan kota yang mula-mula bernaung di bawah bendera Islam. Mereka berunding, di mana akan dimakamkan? Satu pihak mengatakan: dimakamkan di mesjid, tempat dia memberi khotbah dan bimbingan serta memimpin orang sembahyang, dan menurut pendapat mereka supaya dimakamkan ditempat mimbar atau di sampingnya. Tetapi pendapat demikian ini kemudian ditolak, mengingat adanya keterangan berasal dari Aisyah, bahwa ketika Nabi sedang dalam sakit keras, ia mengenakan kain selubung hitam, yang sedang ditutupkan di mukanya, kadang dibukakan sambil ia berkata: "Laknat6 Tuhan kepada suatu golongan yang mempergunakan pekuburan nabi-nabi sebagai mesjid."
Kemudian Abu Bakr tampil memberikan keputusan kepada orang ramai itu dengan mengatakan: "Saya dengar Rasulullah s.a.w. berkata Setiap ada nabi meninggal, ia dimakamkan di tempat dia meninggal."
Lalu
diambil keputusan, bahwa pada letak tempat tidur ketika Nabi meninggal itu, di
tempat itulah akan digali.
Nabi
dimandikan Selanjutnya yang bertindak memandikan Nabi ialah keluarganya yang
dekat. Yang pertama sekali Ali b. Abi Talib, lalu 'Abbas b. 'Abd'l-Muttalib
serta kedua puteranya, Fadzl dan Qutham serta Usama b. Zaid. Usama b. Zaid dan
Syuqran, pembantu Nabi, bertindak menuangkan air sedang Ali yang memandikannya
berikut baju yang dipakainya. Mereka tidak mau melepaskan baju itu dari (badan)
Nabi. Dalam pada itu mereka juga mendapatkan Nabi begitu harum, sehingga Ali
berkata: "Demi ibu bapaku! Alangkah harumnya engkau di waktu hidup dan di
waktu mati."
Karena
itu juga beberapa Orientalis ada yang berpendapat, bahwa bau harum itu
disebabkan Nabi selama hidupnya biasa memakai wangi-wangian. Ia menganggap
wangi-wangian itu sudah menjadi barang kesukaannya dalam kehidupan dunia
ini.
Selesai
dimandikan dengan mengenakan baju yang dipakainya itu, Nabi dikafani dengan
tiga lapis pakaian: dua Shuhari7 dan satu pakaian jenis burd hibara dengan
sekali dilipatkan. Selesai penyelenggaraan dengan cara demikian, jenazah
dibiarkan di tempatnya. Pintu-pintu kemudian dibuka untuk memberikan kesempatan
kepada kaum Muslimin, yang memasuki tempat itu dari jurusan mesjid, untuk
mengelilingi serta melepaskan pandangan perpisahan dan memberikan doa selawat
kepada Nabi. Kemudian mereka keluar lagi dengan membawa perasaan duka dan
kepahitan yang dalam sekali, yang sangat menekan hati.
Ruangan
itu telah menjadi penuh kembali tatkala kemudian Abu Bakr dan Umar masuk
melakukan sembahyang bersama-sama Muslimin yang lain, tanpa ada yang bertindak
selaku imam dalam sembahyang itu. Setelah orang duduk kembali dan keadaan jadi
sunyi, Abu Bakar berkata:
"Salam
kepadamu ya Rasulullah, beserta rahmat dan berkah Tuhan.8 Kami bersaksi, bahwa
Nabi dan Rasulullah telah menyampaikan risalah Tuhan, telah berjuang di jalan
Allah sampai Tuhan memberikan pertolongan untuk kemenangan agama. Ia telah
menunaikan janjinya, dan menyuruh orang menyembah hanya kepada Allah tidak
bersekutu."
Pada
setiap kata yang diucapkan oleh Abu Bakr disambut oleh Muslimin dengan penuh syahdu
dan khusyu: Amin! Amin!
Perpisahan
dengan jenazah yang suci. Selesai bagian laki-laki melakukan sembahyang,
setelah mereka keluar, masuk pula kaum wanita, dan setelah mereka, kemudian
masuk pula anak-anak. Semua mereka itu, masing-masing membawa hati yang pedih,
perasan duka dan sedih menekan kalbu, karena mereka harus berpisah dengan Rasulullah,
penutup para nabi.
Detik-detik
yang khidmat dalam sejarah Di hadapan saya sekarang - setelah lampau seribu
tiga ratus tahun yang lalu - terbentang sebuah lukisan peristiwa khidmat dan
syahdu yang telah memenuhi hati saya, dengan segala kerendahan hati dan hormat.
Tubuh yang terbungkus kini terletak dalam sebuah sudut, dalam ruangan yang
nantinya akan menjadi sebuah makam, dan ruangan yang tadinya dihuni oleh orang
yang mengenal makna hidup, orang yang penuh rahmat, penuh cahaya. Tubuh yang
suci ini, yang telah mengajak dan membimbing orang ke jalan yang benar, dan
yang buat mereka telah menjadi teladan tertinggi tentang arti kebaikan dan
kasih sayang, tentang ketangkasan dan harga diri, tentang keadilan dan
kesadaran dalam menghadapi kekejaman serta segala tindakan tirani.
Orang
yang banyak itu kini lalu dengan perasaan yang sudah remuk-redam, dengan hati
yang sendu, hati yang tersayat pilu. Setiap pria, setiap wanita, setiap
anak-anak - terhadap laki-laki yang sekarang memilih tempatnya di sisi Tuhan
itu - mengenangkannya sebagai ayah, sebagai kawan setia dan sahabat, sebagai
Nabi dan Rasulullah. Betapakah perasaan yang sekarang sedang rimbun memenuhi
kalbu yang penuh semarak iman itu, kalbu yang penuh prihatin akan rahasia hari
esok setelah Rasui wafat?! Lukisan peristiwa khidmat inilah yang sekarang
terbentang di hadapan saya. Saya lihat diri saya sedang tercengang menatapnya,
dengan sepenuh hati akan keagungan yang penuh syahdu dan khidmat ini;
hampir-hampir saya tak dapat melepaskan diri.
Keguncangan
orang-orang yang lemah iman. Sudah sepantasnya pula apabila kaum Muslimin jadi
kuatir. Sejak diumumkannya berita kematian Nabi di Medinah dan kemudian
tersebar pula sampai kepada kabilah-kabilah Arab di sekitar kota, pihak Yahudi
dan Nasrani segera memasang mata dan telinga, sifat-sifat munafik mulai timbul,
iman orang-orang Arab yang masih lemah mulai pula guncang. Dalam pada itu
orang-orang Mekah juga sudah siap-siap akan berbalik dari Islam, bahkan sudah
mau bertindak demikian, sehingga 'Attab b. Asid wakil Nabi di Mekah merasa kuatir
dan tidak menampakkan diri kepada mereka. Tepat sekali Suhail b. 'Amr yang
berada di tengah-tengah mereka itu ketika ia tampil dan berkata - setelah
menerangkan kematian Nabi - bahwa Islam sekarang sudah bertambah kuat, dan
siapa yang masih menyangsikan kami, kami penggal lehernya. Kemudian katanya
lagi:
"Penduduk
Mekah! Kamu adalah orang yang terakhir masuk Islam, maka janganlah jadi orang
yang pertama murtad! Demi Allah. Tuhanlah yang akan menyelesaikan soal ini.
Seperti kata Rasulullah s.a.w. - Belum jugakah mereka sadar dari kemurtadan
mereka itu?"
Nabi
dikebumikan. Ada dua cara orang-orang Arab ketika itu dalam menggali kuburan:
pertama cara orang Mekah yang menggali kuburan dengan dasarnya yang rata; kedua
cara orang Medinah yang menggali kuburan dengan dasarnya yang dilengkungkan.
Abu 'Ubaidah bin'l-Jarrah misalnya, ia menggali cara orang Mekah, sedang Abu
Talha Zaid b. Sahl menggali kuburan cara orang Medinah. Keluarga Nabi juga
memperbincangkan cara mana kuburan itu akan digali. 'Abbas paman Nabi segera
mengutus dua orang, masing-masing supaya memanggil Abu 'Ubaida dan Abu Talha.
Yang diutus kepada Abu 'Ubaida kembali tidak bersama dengan yang dipanggil,
sedang yang diutus kepada Talha datang bersama-sama. Maka makam Rasulullah digali
menurut cara Medinah.
Bilamana
hari sudah senja, dan setelah kaum Muslimin selesai menjenguk tubuh yang suci
itu serta mengadakan perpisahan yang terakhir, keluarga Nabi sudah siap pula
akan menguburkannya. Mereka menunggu sampai tengah malam. Kemudian sehelai syal
berwarna merah yang biasa dipakai Nabi dihamparkannya di dalam kuburan itu.
Lalu ia diturunkan dan dikebumikan ke tempatnya yang terakhir oleh mereka yang
telah memandikannya. Di atas itu lalu dipasang bata mentah kemudian kuburan itu
ditimbun dengan tanah.
Dalam
hal ini Aisyah berkata: "Kami mengetahui pemakaman Rasulullah s.a.w. ialah
setelah mendengar suara-suara sekop pada tengah malam itu."
Fatimah
juga berkata seperti itu. Upacara pemakaman itu terjadi pada malam Rabu 14
Rabiulawal, yakni dua hari setelah Rasul berpulang ke rahmatullah.
Aisyah
di ruangan sebelah makam. Sesudah itu Aisyah tinggal menetap di rumahnya dalam
ruangan yang berdampingan dengan ruangan makam Nabi. Ia merasa bahagia di
samping tetangga yang sangat mulia itu.
BAB IV
A.
KESIMPULAN
· Nabi
Muhammad SAW lahir pada tanggal 20 April 571 Masehi/12 Rabiul Awwal tahun Gajah
atau Amul Fiil .Disebut demikian karena pada tahun itu Raja Abrahah datang ke
Mekah bersama bala tentaranya dengan menunggang gajah hendak menghancurkan Ka’bah.Tetapi
atas kuasa Allah SWT Raja biadab itu beserta bala tentaranya hancur lebur
dengan dikirim-Nya burung Ababil yang membawa batu dari Neraka.Ayah Nabi
Muhammad SAW bernama Abdullah bin Abdul Muthalib , sedang ibu Beliau bernama
Aminah.
· Sang
Ayah wafat ketika Nabi Muhammad SAW masih dalam kandungan ( 6 bulan ).Sedang
sang ibu wafat ketika Nabi Muhammad SAW berumur 6 tahun . Selanjutnya beliau
diasuh oleh sang kakek yang bernama Abdul Muthalib , yang tidak lama langsung
meninggal , ketika Nabi Muhammad SAW berumur 8 tahun . Setelah sang kakek yaitu
Abdul Muthalib wafat , beliau diasuh pamannya yaitu Abu Thalib ,kasih sayang
pamannya sangat besar karena Nabi Muhammad SAW memiliki sifat yang baik dan
terpuji . Ketika Nabi Muhammad SAW berumur 14 tahun sang paman mengajak-Nya
berdagang ke Syams.
· Peristiwa
itu terkenal dalam sejarah Islam karena tanda-tanda kenabian mulai diketahui
ada pada dalam diri Nabi Muhammad SAW .
Tanda-tanda itu diketahui oleh seorang pendeta Nasrani yang bernama Buhaira .
Pendeta tersebut berpesan kepada Abu Thalib untuk menjaga keponakannya tersebut dengan baik .
Tanda-tanda itu diketahui oleh seorang pendeta Nasrani yang bernama Buhaira .
Pendeta tersebut berpesan kepada Abu Thalib untuk menjaga keponakannya tersebut dengan baik .
· Sejak
kecil hingga dewasa Nabi Muhammad SAW telah dikenal sebagai orang yang
jujur,tidak pernah berkata kotor,tidak pernah berbohong,dan tidak pernah
melakukan maksiat.
· Karena
kejujurannya dalam berkata dan bersikap itulah kemudian beliau diberi gelar
al-Amin oleh kaumnya yang berarti “orang yang terpercaya”.
Pada usia 40 tahun saat Nabi Muhammad SAW sedang menyendiri atau bertahanuts atau berkhalwat atau bertapa di Gua Hiro . Beliau ingin mendekatkan diri kepada ALLAH SWT. Tepatnya pada tanggal 17 RAMADHAN , datanglah Malaikat Jibril membawa wahyu yang pertama yaitu surah / surat Al-Alaq ayat 1-5 .
Pada usia 40 tahun saat Nabi Muhammad SAW sedang menyendiri atau bertahanuts atau berkhalwat atau bertapa di Gua Hiro . Beliau ingin mendekatkan diri kepada ALLAH SWT. Tepatnya pada tanggal 17 RAMADHAN , datanglah Malaikat Jibril membawa wahyu yang pertama yaitu surah / surat Al-Alaq ayat 1-5 .
· Hal
ini menjadi tanda bahwa Nabi Muhammad SAW telah diangkat sebagai seorang nabi
atau rasul ALLAHSWT.Dakwah yang dilakukan Nabi Muhammad SAW pada awalnya
mendapat tentangan dari kaumnya hingga beliau mendapat wahyu hijrah ke Madinah
.Nabi Muhammad SAW bukan hanya seorang nabi dan rosul semata melainkan adalah
seorang kepala negara yang ahli akan tata negara , panglima perang yang
tangguh,seorang suami dan ayah yang teladan. Sesudah terjadi berbagai
peperangandengan kaum kafir , akhirnya Mekah dapat direbut kembali ke tangan
muslimin ,sebagai kota suci .
· Dengan
jatuhnya kota Mekah ,maka segera berakhirlah tugas kenabian beliau selama
kurang lebih 13 tahun di Mekah dan 10 tahun di Madinah .
Sesudah melaksanakan haji wada’ Beliau menghadap ALLAH SWT pada usia 63 tahun yaitu pada tanggal 12 Rabiul Awwal tahun 11 Hijriah atau tanggal 8 Juni 632 M , Dan Beliau di makamkan di Madinah.
Sesudah melaksanakan haji wada’ Beliau menghadap ALLAH SWT pada usia 63 tahun yaitu pada tanggal 12 Rabiul Awwal tahun 11 Hijriah atau tanggal 8 Juni 632 M , Dan Beliau di makamkan di Madinah.
B.SARAN
Karena keterbatasan waktu dan kemampuan penulis,
diharapakan kepada pembaca agar memberikan masukan yang sifatnya membangun
untuk kesempurnaan makalah ini.
C. DAFTAR PUSTAKA
·
Abdul Hameed Siddiqui, The Life
Muhammad, (Delhi: Righway Publication, 2001).
·
Abdul Haq Vidyarthi dan Abdul Ahad
Dawud, Ramalan Tentang Muhammad SAW, (Jakarta : PT. Mizan Publika,
2006)
·
Ajid Thohir, Kehidupan Umat Islam
Pada Masa Rasulullah SAW, (Bandung: Pustaka Setia, 2004).
·
Badri Yatim, Sejarah Peradaban
Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997)
·
Barnaby Rogerson, Biografi
Muhammad, (Jogjakarta : Diglossia, 2007).
·
Harun Nasution, Islam Ditinjau dari
Berbagai Aspeknya, jilid 1, (Jakarta: UI Press, 1985, cet. 5).
·
Ja’far Al-Barzanji, AL-Maulid
An-Nabawi, (Jakarta: Maktabah Sa’diyah. Tt.).
·
Muhammad Husain Haekal, Sejarah Hidup
Muhammad, (Jakarta: Litera Antarnusa, 1990, cet. 12).
·
Nayla Putri dkk, Sirah
Nabawiyah. (Bandung: CV. Pustaka Islamika, 2008).
·
Philip K. Hitti, History Of The
Arabs, diterjemahkan R. Cecep Lukman Yasin, Karya (Jakarta: PT.
Serambi Ilmu Semesta, 2008).
·
Abdul Haq Vidyarthi dan Abdul Ahad
Dawud, Ramalan Tentang Muhammad SAW, (Jakarta : PT. Mizan Publika,
2006) hal. 94
·
Muhammad Arsyad Thalib Lubis, Risalah
Pelajaran Tarikh Riwayat Nabi Muhammad SAW, (Kandangan : Toko Buku
Sahabat, 1 Muharam 1371 H/2 Oktober 1951 M) Hal. 42
·
Badri Yatim, Sejarah Peradaban
Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997), hal. 9
·
Nayla Putri dkk, Sirah
Nabawiyah. (Bandung: CV. Pustaka Islamika, 2008), hal. 71.
·
Muhammad Husain Haekal, Sejarah
Hidup Muhammad, (Jakarta: Litera Antarnusa, 1990, cet. 12), hal. 49.
·
Abdul Hameed Siddiqui, The Life
Muhammad, (Delhi: Righway Publication, 2001), 64.
·
Ja’far Al-Barzanji, AL-Maulid
An-Nabawi, (Jakarta: Maktabah Sa’diyah. Tt.) 16.
·
Philip K. Hitti, History Of The
Arabs, diterjemahkan R. Cecep Lukman Yasin, Karya (Jakarta: PT.
Serambi Ilmu Semesta, 2008), 140.
·
Ajid Thohir, Kehidupan Umat
Islam Pada Masa Rasulullah SAW, (Bandung: Pustaka Setia, 2004), 62.
·
Muhammad Arsyad Thalib
Lubis, ibid. hal 43
·
Barnaby Rogerson, Biografi
Muhammad, (Jogjakarta : Diglossia, 2007) hal. 94
·
Muhammad Arsyad Thalib Lubis, locit hal.
20
·
Harun Nasution, Islam Ditinjau dari
Berbagai Aspeknya, jilid 1, (Jakarta: UI Press, 1985, cet. 5), 101.
·
A’rif
Nabiyyaka Saw, Qism Ilmiy, Dar Al-Wathan, Riyadh
·
Al-Mu’in ar-Raiq min Sirah Khairi al-Khalaiq,
Prof. Dr. Sa’id M. Shaleh
·
Shawabi,
Risywan Kairo, 2008.
·
Mushaf Al-Qur’an Terjemah, Pena, Jakarta, 2002
·
Sirah Nabawiyah, Ibnu Katsir, Maktabah
Syamilah
·
Subul al-Huda wa ar-Rasyad, Maktabah Syamilah
·
Tafsir Ibnu Katsir
·
Raudhatul Anwar, Shafiurrahman Al-Mubarkafury,
Pustaka Raja Fahd, Riyadh 1427 H
·
Uyun al-Atsar, Maktabah Syamilah