“KUINGIN JADI SAJADAHMU”
DISUSUN
OLEH :
NUGRAH PRATAMA
KELAS : XI MIA 2
SMA NEGERI 1
SUNGGUMINASA
TAHUN AJARAN 2016/2017
Menganalisis
Pesan dari Dua Buku Fiksi
(Novel dan Kumpulan Puisi)
Analisis Unsur-Unsur & Ulasan Terhadap
Novel
“Kuingin Jadi
Sajadahmu”
I.
Unsur-Unsur Novel
“Kuingin Jadi Sajadahmu”
a.
Unsur-Unsur Intrinsik
1) Tema
Tema dalam novel “Kuingin
Jadi Sajadahmu” adalah tentang ketabahan dalam menjalani kehidupan yang
pas-pasan dan selalau berdoa kepada Allah akan menghasilkan kehidupan yang
baik.
2) Penokohan
Tokoh-tokoh
dalam novel ini
adalah;
1) Fira
Anggraheni (berwatak baik, penyabar, dan penyayang).
2) Farid
(merupakan adik dari Fira, ia berwatak baik dan penyabar)
3) Dewi
(merupakan sahabat Fira, ia baik dan ramah)
4) Bu
Rini (teman Fira berjualan di pasar, berwatak baik, dan suka menolong)
5) Bu
Yayuk (teman Fira berjualan di pasar, berwatak baik, dan suka menolong)
6) Robert Bradi (Suami
Fira, ia berwatak jahat dengan tega meninggalkan Fira dalam kondisi hamil, dan menjual Fira kepada temannya).
7) Robi
(pegawai di restoran, ia berwatak baik dan suka menolong)
8) Edo
(pegawai di restoran, ia berwatak baik dan suka menolong)
9) Erni
(pegawai di restoran, ia berwatak baik dan suka menolong)
10) Taufik
(pegawai di restoran, ia berwatak baik dan suka menolong)
11) Siti
(pegawai di restoran, ia berwatak baik dan suka menolong)
12) Pertiwi
(teman Fira di penjara, ia berwatak baik, namun bicaranya seperti preman)
13) Susi (teman Fira di penjara, ia berwatak sirik,
beloon, dan agak baik)
3) Alur
Alur cerita dari novel ini yaitu alur maju. Karena
pemeran atau tokoh menjadi sukses seiring dengan berjalannya waktu, tidak
kembali ke masa lalu. Novel ini
menceritakan bagaimana sang tokoh selalu berusaha untuk berjuang melawan
kerasnya hidup dan membiayai sekolah adiknya. Dia selalu berjualan nasi uduk di
pasar setiap paginya. Selama dia berjualan nasi uduk, dia tidak pernah mengeluh
dan selalu berusaha dan selalu bersyukur dengan apa yang telah dia dapatkan.
4) Sudut
pandang
Novel ini menggunakan sudut
pandang orang pertama sebagai pelaku utama, karena dalam semua ceritanya,
pelaku selalu menyebut aku.
5) Gaya
bahasa
Dalam novel ini, gaya bahasa yang banyak digunakan
yaitu Personifikasi. Contohnya dalam
kalimat “suara yang membuat pohonyang tertinggi sampai rerumputan dan
binatang-binatangnya mendayu menyebut nama-Nya dan bersujud pada-Nya.” Pada
halaman 9, “mentari tampak gagah di ufuk timur.” Halaman 20. “udara sejuk
membelai hidungku dengan lembut” dll. Yang kedua Hiperball, contohnya dalam
kalimat “angin subuh menghantam dinding rumahku yang terbuat dari bambu.”
6) Latar
a. Latar Tempat :
·
Latar tempat yang ada pada novel ini yaitu di
rumah. Latar tersebut terdapat pada kalimat: “masuk ke rumahku melewati
sela-sela kecil, menyapu udara pengap di dalam rumah”.(hal.9)
·
Ada juga di pasar. Terdapat pada kalimat:
“sampailah aku di pasar Delanggu. Pasar yang baru saja direnovasi menjadi pasar
modern ini tampak ramai”.(hal.22)
·
Latar selanjutnya berada di terminal bus. Terdapat
pada kalimat: “bus memasuki terminal Klaten. Ketika bus berhenti, aku dan Farid
turun. Kami terus berjalan keluar terminal melewati gerbang belakang”.(hal.46)
·
Latar selanjutnya berada di rumah Pak RT. Terdapat
pada kalimat: “sesampainya di rumah Pak RT, ternyata anak-anak sudah duduk
manis menunggu. Aku lempar senyum kepada mereka”.(hal.59)
·
Latar selanjutnya berada di studio satu Pluto.
Terdapat pada kalimat: “studio satu Pluto kini telah ramai dipenuhi
penonton”.(hal.94)
·
Latar selanjutnya berada di depan restoran.
Terdapat pada kalimat: “di depan restoran, mobil berhenti. Semua penumpang
dalam mobil masing-masing pun keluar. Aku berjalan bergandengan dengan Robert
menuju depan restoran”.(hal.130)
·
Latar selanjutnya berada di kantor polisi.
Terdapat pada kalimat: “mobil polisi masuk ke area kantor polisi. Tampak di
sana beberapa mobil dan kendaraan bermotor terpakir dengan rapi”.(hal.173)
b. Latar Waktu
·
Dalam novel juga terdapat latar waktu. Latar waktu
dalam novel ini terdapat pada kalimat: “jam menunjukkan pukul sebelas siang.
Nasi udukku masih sdeikit”.(hal.29)
·
Latar waktu selanjutnya terdapat pada kalimat:
“lima belas menit berlalu. Tampak bus berwarna perak mendekat”.(hal.45)
·
Latar waktu selanjutnya terdapat pada kalimat:
“ini adalah hari minggu. Sehabis subuh, aku beranjak ke dapur untuk memasak
sarapan pagi”.(hal.64)
·
Latar waktu selanjutnya terdapat pada kalimat:
“setelah shalat ashar, aku dan Farid pergi meninggalkan rumah. Sesekali, aku
tengok ke belakang melihat rumah yang penuh kenangan itu”.(hal.75)
·
Latar waktu selanjutnya terdapat pada kalimat:
“aku hanya menggeleng. Kuarahkan pandangan pada kegelapan malam di luar
jendela”.(hal.85)
·
Latar waktu selanjutnya terdapat pada kalimat:
“pagi, pukul 08.00 WIB, aku dijatah sarapan. Walaupun lauknya hanya tahu
goreng, tetapi aku tetap bersyukur karena Allah mengasihiku”.(hal.190)
c. Latar Suasana
·
Dalam novel ini juga terdapat latar suasana,
terdapat pada kalimat: “mentari tampak gagah di ufuk timur. Embun sisa-sisa
subuh masih ada di ranting dan dedaunan. Bulan terang memancarkan sinarnya,
kini telah berganti dengan matahari yang hangat menyinari bumi”.(hal.20)
·
Latar suasana selanjutnya yaitu ada pada kalimat:
“kehadirannya sangat berkesan bagiku. Membekas di hatiku. Memberi jalan cahaya
untukku agar bisa berjalan di jalan yang bersinar dan diridhaiNya”.(hal.38)
·
Latar suasana selanjutnya terdapat pada kalimat:
“dengan jendela dibuka, angina masuk ke kamar. Menyapu udara pengap dan
menggantinya dengan udara sejuk”.(hal.43)
·
Latar suasana selanjutnya terdapat pada kalimat:
“aku berjalan di tengah dinginnya malam. Hanya berpayung lampu penerang
jalan”.(hal.63)
·
Latar suasana berikutnya terdapat pada kalimat:
“kereta pun melaju di tengah malam yang misterius”.(hal.85)
·
Latar suasana selanjutnya terdapat pada kalimat:
“bibir boleh tersenyum lega, tetapi hati ini bergemuruh seperti gempa bumi.
“silahkan para juri untuk menilai masakan-masakan peserta!” pinta pembawa acara
agak tegang”.(hal.100)
·
Latar suasana berikutnya terdapat pada kalimat:
“semua peserta maju ke depan, termasuk aku. Melangkah dengan hati
berdebar-debar”.(hal.102)
·
Latar suasana selanjutnya terdapat pada kalimat:
“kepahitan hidup harus aku telan mentah-mentah. Harga diriku kini sudah tidak
ada harganya lagi. Lebih baik mati daripada hidup teraniaya seperti
ini”.(hal.144)
·
Latar suasana selanjutnya berada pada kalimat:
“pagi ini memang cerah. Burung-burung berkicau dan beterbangan ke sana kenari
dan angina sepoi-sepoi turut mengiringi, membuat semangat dalam jiwaku
bangkit”.(hal.160)
·
Latar suasana selanjutnya terdapat pada kalimat:
“aku buka surat itu lalu kubaca dengan seksama. Hati seperti tersambar petir.
Aku spontan menangis”.(hal172)
·
Latar suasana selanjutnya terdapat pada kalimat:
“hatiku berdebar sangat kencang. Kaki ini terasa berat diangkat. Keringat
dingin muncul di sekujur tubuhku”.(hal.177)
7) Amanat
Amanat yang terkandung dalam novel ini yaitu :
1) Jika
mendapat kesenangan, kita harus senantiasa bersyukur
2) Jika mendapat
cobaan, kita harus senantiasa bersabar
3) Tidak
boleh menyia-nyiakan kesempatan besar, karena kesempatan itu tidak akan datang
dua kali
4) Sadarilah kesalahan diri yang terus
menerus menggunung tinggi
5) Tetaplah berusaha, berdoa,
selalau ingat kepada Allah bagaimanapun keadaan kita pasti Allah akan menolong
hambanya]
b.
Unsur-Unsur Ekstrinsik
1) Latar
Belakang Pengarang
Fahri F. Fathoni, lahir 17 Januari 1994 di Klaten
Jawa Tengah. Di kota yang terletak di antara kota Solo dan Jogja itu, ia
menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar
Negeri 3 Kelapu, Sekolah Menengah Pertama Negri 4 Delanggu, dan Sekolah
Menengah Atas Muhammadiyah 1 Klaten. Pada tahun 2010, pernah menjadi
juara III lomba penulisan cerpen tingkat kabupaten yang diadakan oleh PD IPM
(Ikatan Pelajar Muhammadiyah) Klaten.
Fahri F. Fathoni, adalah novelis berbakat yang
mencoba membuat novel-novel bertemakan cinta yang religious. Dalam
karya-karyanya, Fahri berusaha membicarakan agama dan segi cinta berahi umat
manusia. Hampir semua novelnya bertemakan cinta religi, seperti Ku Ingin Jadi
Sajadahmu.
Jika diteliti lebih jauh lagi, ternyata novel-novel karya
Fahri ini, hanya untuk hiburan semata, dan hal ini mengakibatkan novelnya
menjadi novel-novel populer yang hanya berisi cerita-cerita ringan pengisi
waktu luang.
Berbeda dengan novelis-novelis besar seperti
Hamka, Marah Rusli, Mochtar Lubis, dan sastrawan-sastrawan besar lainnya yang
membicarakan cinta dengan dilematik dan problem permasalahan budaya agama serta
moralitas yang mengemudikan alur cinta tokoh utama, sehingga permasalahan cinta
justru menjadi bumbu dalam membicarakan budaya
moral dan agama. Namun, Fahri novelis yang produktif dan mempunyai peluang
besar untuk menjadi sastrawan legendaris seperti Hamka, Marah Rusli, dsb.
2) Nilai-Nilai
yang Terkandung
Nilai
Sosial :
1) Seimbangkanlah
waktu antara dengan keluarga dan dengan pekerjaan, jangan sampai kita menyesal
karena kehilangan keluarga yang sangat berharga dan dicintai
2) Menjaga mulut dari
ucapan agar tidak menyakiti orang lain itu lebih baik daripada mengucapkan
jujur tapi sangat tidak manusiawi
3) Menghargai
orang lain itu adalah perilaku yang membuat anda juga dihargai nantinya.
Nilai
Moral :
1) Mengajarkan untuk
selalu berbuat baik supaya kelak mendapat balasan kebaikan juga dalam hidup
ini, karena hasil yang akan dipetik sesuai dengan apa yang kita tanam
2) Jadilah manusia
suci dan satu hati karena lapar menerima sedekah dan mati dalam kemiskinan
adalah seribu kali lebih mudah dari pada kehinaan dan tidak memiliki perasaan
3) Ternyata
warisan jiwa sangat berarti dan lebih bermakna untuk diterapkan dalam kehidupan
yang akan mengiringi skenario Tuhan, dan perbuatan baik akan membuahkan
kebaikan juga.
Nilai
Religius :
1) Bertawakal setelah
kita semampunya berusaha dalam hidup itu mengagumkan daripada hanya banyak
bicara tanpa usaha apapun
2) Manusia ibarat
orang cacat yang melakukan segala sesuatu itu tanpa sempurna, tapi terkadang
keluarga tetap menerima karena cinta kasih yang besar. Manusia yang selalu
dilakukannya adalah kesalahan, ketidaksempurnaan menjalani fase kehidupan, keburukan,
perbuatan terlarang, amal yang kurang, tetapi ampunan Tuhan dan rahmatNya
melangit luas walau dosa telah menggunung tinggi
3) Menjalani hidup yang
terkadang tak sesuai dengan keinginan adalah hal yang membosankan karena tidak
adanya perubahan, tetapi keikhlasan akan mengantarkan untuk mendapat
keridhaanNya
4) Mengajarkan untuk
selalu menerima yang telah digariskan Tuhan dengan selalu bersyukur karena
hidup pada hakikatnya adalah suka dan duka dan semua ada hikmah dibaliknya
5) Jangan melupakan
Tuhan dan wajib selalu bersyukur kepada Tuhan atas apa yang telah diberikan,
sisihkanlah untuk orang-orang yang sangat mebutuhkan; dan
6) Semua yang
dimiliki adalah titipan Tuhan maka harus dijaga dengan baik.
Nilai
Pendidikan :
1) Mengajarkan untuk
selalu sabar dalam menjalani semua fase kehidupan yang terkadang membosankan
dan ingin lari dari kenyataan, jangan putus asa dan patah semangat
2) Selalu berjuanglah
karena semangat dan keyakinan adalah kunci keberhasilan
3) Mengorbankan
sesuatu yang dimiliki terkadang sangat berat, tetapi jika yang dikorbankan akan
mendatangkan suatu kebaikan dan melahirkan generasi baik maka itu lebih baik
daripada mengutamakan kepentingan pribadi
II.
Ulasan
Terhadap Novel “Kuingin Jadi Sajadahmu”
1) Identitas
Novel
Judul : Kuingin Jadi
Sajadahmu
Penulis : Fahri F. Fathoni
Penyunting : Arnina Parmida
Tata Sampul : Ferdika
Tata Isi : Endang
Pracetak : Wardi
Penerbit : Safirah
Distributor Tunggal : Transmedia
Cetakan : Cetakan Pertama,
Januari 2013
Tebal : 14
cm x 20 cm,
216 halaman
ISBN : 979-602-7723-26-9
Warna :
Krem
2) Sinopsis
(Isi) Novel
Fira
Anggraheni, gadis penjual nasi uduk asal Klaten, hanya hidup berdua dengn
adiknya, Farid. Semenjak orang tuanya meninggal dalam sebuah kecelakaan, ia
bertekad hidup mandiri.
Perjalanan
hidup membawanya mengikuti lomba masak yang diselenggarakan oleh Pluto TV
Jakarta. Lewat segala usaha, akhirnya ia berhasil menginjakan kaki di Ibukota.
Namun, kebahagiaan yang sempat ia cecap tidak bertahan lama. Sang suami, Robert
Brady, tega menjual Fira kepada temannya, kemudian hilang meninggalkan Fira
dalam kondisi hamil. Tidak hanya itu, seseorang telah memfitnah Fira membunuh
Robert Brady.
Akhirnya,
Fira menemukan kebahagiaannya dan ia menikah lagi dengan seorang pemuda yang
menolongnya dulu pada saat terjatuh dari sepeda, yaitu Taufik.
3) Kelebihan
Buku
Novel ini memiliki desain
jilid buku bagus, lebih tersudut pada aspek religi, lengkap dengan pengantar
penulis, daftar isi, dan biografi penulis.
4) Kelemahan
Buku
Namun, sayangnya novel yang
bersudut pada aspek religi ini cinta lebih di utamakan, padahal dalam agama
islam tidak ada istilah cinta, karena cinta merupakan nafsu dan itu termasuk
dosa, sebab termasuk mengumbar sahwat dan termasuk kategori zina, yang
diantaranya dalam islam disebut istilah zina mata, zina hati, zina kelakuan.
Novel ini bertemakan cinta religi yang cinta tersebut mengemudikan dilematik
dan problem permasalahan budaya agama serta moralitas. Lalu, penggunaan bahasa
kuarang efektif dan katanya itu lagi dan itu lagi.
5) Penutup
(Kesimpulan Buku)
Berdasarkan hasil analisis terhadap novel kuingin
jadi sajadahmu karya Fahri F Fathoni, dapat disimpulkan nilai-nilai
akidah, syariah, dan akhlak yang tercermin pada perilaku tokoh utama sebagai
berikut: pertama, dalam novel kuingin jadi sajadahmu karya Fahri F Fathoni
nilai-nilai akidah atau keimanan yang terdapat pada tokoh
utama, yaitu: keyakinan bahwa Allah Maha Esa, Allah Maha Besar, Allah
Maha Bijaksana, Allah tempat kita Memohon, Allah tempat kita
meminta. Kedua, unsur yang kaitan dengannsyariah yang selalu
diterapkan oleh Tokoh utama dalan novel kuingin jadi
sajadahmu yaitu: (1) ibadah yang dalam bentuk telah ditentukan
wujudnya seperti, shalat (shalat berjamaah yang dilakukan Fira Anggeraini
dengan adiknya farid). (2) ibadah yang bentuknya lisan seperti berdzikir,
berdoa dan membaca Al-quran. (3) ibadah yang sifatnya saling memaafkan.
Berkaitan dengan nilai-nilai akhlak yang terdapat pada tokoh Fira Anggeraini
yang ada dalam novel kuingin jadi sajadahmu yaitu: (1)
akhlak kepada Allah, dengan cara mensyukuri nikmat Allah dan memohon ampun
kepada Allah, seperti yang dilakukan tokoh Fira Anggeraini yang ada dalam
Novel kuingin jadi sajadahmu, akhlak kepada diri sendiri dengan
cara sabar dan bekerja keras untuk mendapatkan kesuksesan.