BAB I
A.
LATAR
BELAKANG
Pergerakan nasional
lahir dari penderitaan rakyat. Bangsa Indonesia
terbelakang disemua bidang. Mereka miskin, ekonominya dikuasai bangsa asing.
Pendidikan indonesiapun tertinggal sebahagian besar rakyat masih buta huruf.
Jumlah sekolah lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah penduduk yang relatif
banyak.
Lagi pula tidak semua orang bebas memasuki sekolah. Rakyat biasa hanya
bisa memasuki sekolah rendah pribumi. Murid-murid hanya diajar sekedar membaca,
menulis dan berhitung, setelah tamat mereka hanya diangkat sebagai pegawai
rendah dengan gaji yang kecil atau sedikit.Pendidikan yang memakai sistem barat
hanya boleh diikuti oleh anak pegawai yang bergaji besar atau banyak, anak
bangsawan atau anak orang kaya. Rakyat tidak mempunyai tempat untuk mengadu
nasib. Penguasa-penguasa pribumi tidak berkuasa lagi. Raja-raja dan para Bupati
hanya memerintah sesuai kehendak Belanda. Bahkan, banyak diantaranya dijadikan
alat untuk menindas rakyat. Dalam keadaan seperti itu, golongan pelajar tampil
kemuka. Mereka adalah orang-orang Indonesia yang mendapat pendidikan Barat.
Mereka mempelopori dan memimpin pergerakan nasional. Mereka berjuang di
berbagai bidang, ada yang berjuang di bidang politik, ekonomi, maupun di bidang
pendidikan. Tujuan perjuangan itu satu, yaitu mencapai kemerdekaanbangsa dan
tanah air.Peristiwa-peristiwa di dalam negeri berpengaruh pula terhadap
Pergerakan Nasional. Peristiwa itu antara lain kemenangan Jepang dalam perang
melawan rusia pada tahun 1905, Jepang bangsa Asia sedangkan Rusia bangsa
Eropa(barat). Kemenangan Jepang itu membuktikan bahwa bangsa Asia bisa
mengalahkan bangsa Eropa. Revolusi cina dan gerakan nsional India dan Filipina,
mempengaruhi juga pergerakan nasional. Revolsi Cina meletus pada tahun 1911.
Golongan nasionalis Cina berhasil mengalahkan Dinasti Manchu yang sudah lama
menguasai negeri Cina. Dinasti Manchu bukan orang cina asli.Di India terjadi
gerakan nasional menentang penjajahan Inggris. Pemimipin terkemuka India adalah
Mahatma Gandhi.Di Filipina terjadi pula gerakan nasional menentang penjajahan
Spanyol.
Perasaan akan timbulnya
nasionalisme bangsa Indonesia telah tumbuh sejak lama, bukan secara tiba-tiba.
Nasionalisme tersebut masih bersifat kedaerahan, belum bersifat nasional.
Nasionalisme yang bersifat menyeluruh dan meliputi semua wilayah Nusantara baru
muncul sekitar awal abad XX. Lahirnya nasionalisme bangsa Indonesia didorong
oleh dua faktor, baik faktor intern maupun faktor ekstern
B.
Rumusan Masalah
Hal-hal yang kiranya
dianggap perlu dalam mencapai sebuah tujuan adalah pergerakan nasional
Indonesia dalam mencapai kemerdekaan Indonesia. Dalam makalah ini, kami akan
berusaha membahas atau memaparkan berbagai masalah yang berkaitan dengan
pergerakan nasional Indonesia yang dimulai dengan berdirinya
organisasi-organisasi hingga perjuangan organisasi tersebut dalam memprjuangkan
kemerdekaan bagi bangsa indonesia. Diantaranya:
1. Pengertian Pergerakan
Nasional ?
2.
Faktor-faktor pendorong adanya Pergerakan Nasional ?
3.
Organisasi-organisasi Pergerakan Nasional yang ada di Indonesia?
C. TUJUAN
Tujuan kami mengangkat
materi ini tentang Masa awal pergerakan nasional Indonesia tahun 1908 – 1920 yaitu
:
1.
Untuk mengetahui Pengertian Pergerakan
Nasional.
2.
Untuk mengetahui Faktor-faktor pendorong
adanya Pergerakan Nasional.
3.
Untuk mengetahui Organisasi-organisasi
Pergerakan Nasional yang ada di Indonesia.
BAB II
PEMBAHSAN
A.
Pengertian
Pergerakan Nasional Indonesia memiliki
pengertian sebagai berikut :
a)
Pergerakan
Maksud dari kata “Pergerakan” disini meliputi
segala macam aksi dengan menggunakan “organisasi” untuk menentang penjajahan
dan mencapai kemerdekaan. Dengan organisasi ini menunjuk bahwa aksi tersebut
disusun secara teratur, dalam arti ada pemimpinnya, anggota, dasar, dan tujuan
yang ingin dicapai.
b) Nasional
Istilah “Nasional” menunjuk sifat dari
pergerakan, yakni semua aksi dengan organisasi yang mencakup semua aspek
kehidupan, seperti ekonomi, sosial, politik, budaya, dan kultural.
B. Faktor
pendorong adanya pergerakan nasional
1. Faktor Intern
a. Sejarah Masa Lampau
yang Gemilang
Indonesia sebagai bangsa
telah mengalami zaman nasional pada masa kebesaran Majapahit dan Sriwijaya.
Kedua kerajaan tersebut, terutama Majapahit memainkan peranan sebagai negara
nasional yang wilayahnya meliputi hampir seluruh Nusantara. Kebesaran ini
membawa pikiran dan angan-angan bangsa Indonesia untuk senantiasa dapat
menikmati kebesaran itu. Hal ini dapat menggugah perasaan nasionalisme golongan
terpelajar pada dekade awal abad XX.
b . Penderitaan Rakyat
Akibat Penjajahan
Bangsa Indonesia
mengalami masa penjajahan yang panjang dan menyakitkan sejak masa Portugis.
Politik devide et impera, monopoli perdagangan, sistem tanam paksa, dan kerja
rodi merupakan bencana bagi rakyat Indonesia. Penderitaan itu menjadikan rakyat
Indonesia muncul kesadaran nasionalnya dan mulai memahami perlunya menggalang
persatuan. Atas prakarsa para kaum intelektual, persatuan itu dapat diwujudkan
dalam bentuk perjuangan yang bersifat modern. Perjuangan tidak lagi menggunakan
kekuatan senjata tetapi dengan menggunakan organisasi-organisasi pemuda.
Perkembangan sistem
pendidikan pada masa Hindia Belanda tidak dapat dipisahkan dari politik etis.
Ini berarti bahwa terjadinya perubahan di negeri jajahan (Indonesia) banyak
dipengaruhi oleh keadaan yang terjadi di negeri Belanda. Tekanan datang dari
Partai Sosial Demokrat yang di dalamnya ada van Deventer. Pada tahun 1899, Mr.
Courad Theodore van Deventer melancarkan kritikan-kritikan yang tajam terhadap
pemerintah penjajahan Belanda. Kritikan itu ditulis dan dimuat dalam jurnal
Belanda, de Gids dengan judul Een eereschuld yang berarti hutang budi atau
hutang kehormatan. Dalam tulisan tersebut dijelaskan bahwa kekosongan kas negeri
Belanda telah dapat diisi kembali berkat pengorbanan orang-orang Indonesia.
Oleh karena itu, Belanda telah berhutang budi kepada rakyat Indonesia. Untuk
itu harus dibayar dengan peningkatan kesejahteraan melalui gagasannya yang
dikenal dengan Trilogi van Deventer. Apakah kalian masih ingat dengan isi
Trilogi van Deventer? Politik yang diperjuangkan dalam rangka mengadakan
kesejahteraan rakyat dikenal dengan nama politik etis. Untuk mendukung
pelaksanaan politik etis, pemerintah Belanda mencanangkan Politik Asosiasi
dengan semboyan unifikasi. Politik Asosiasi berkaitan dengan sikap damai dan
menciptakan hubungan harmonis antara Barat (Belanda) dan Timur (rakyat
pribumi). Dalam bidang pendidikan, tujuan Belanda semula adalah untuk
mendapatkan tenaga kerja atau pegawai murahan dan mandor-mandor yang dapat
membaca dengan gaji yang murah. Untuk kepentingan tersebut Belanda mendirikan
sekolah-sekolah untuk rakyat pribumi. Dengan demikian, jelaslah bahwa
pelaksanaan politik etis tidak terlepas dari kepentingan pemerintah Belanda.
Sistem pengajaran kolonial dibagi dalam dua jenis yaitu pengajaran pendidikan
umum dan pengajaran kejuruan. Keduanya diselenggarakan untuk tingkat menengah
ke atas. Berikut ini contoh-contoh sekolah yang didirikan pada zaman kolonial Belanda
d . Pengaruh
Perkembangan Pendidikan Islam di Indonesia
Perkembangan pendidikan
di Indonesia juga banyak diwarnai oleh pendidikan yang dikelola umat Islam. Ada
tiga macam jenis pendidikan Islam di Indonesia yaitu pendidikan di surau atau
langgar, pesantren, dan madrasah. Walaupun dasar pendidikan dan pengajarannya
berlandaskan ilmu pengetahuan agama Islam, mata pelajaran umum lainnya juga
mulai disentuh. Usaha pemerintah kolonial Belanda untuk memecah belah dan
Kristenisasi tidak mampu meruntuhkan moral dan iman para santri. Tokoh-tokoh
pergerakan nasional dan pejuang muslim pun bermunculan dari lingkungan ini.
Banyak dari mereka menjadi penggerak dan tulang punggung perjuangan
kemerdekaan. Rakyat Indonesia yang mayoritas adalah kaum muslim ternyata merupakan
salah satu unsur penting untuk menumbuhkan semangat nasionalisme Indonesia.
Para pemimpin nasional yang bercorak Islam akan sangat mudah untuk memobilisasi
kekuatan Islam dalam membangun kekuatan bangsa.
e . Pengaruh
Perkembangan Pendidikan Kebangsaan di Indonesia
Berkembangnya sistem
pendidikan Barat melahirkan golongan terpelajar. Adanya diskriminasi dalam
pendidikan kolonial dan tidak adanya kesempatan bagi penduduk pribumi untuk
mengenyam pendidikan, mendorong kaum terpelajar untuk mendirikan sekolah untuk
kaum pribumi. Sekolah ini juga dikenal sebagai sekolah kebangsaan sebab
bertujuan untuk menanamkan rasa nasionalisme di kalangan rakyat dan mencetak
generasi penerus yang terpelajar dan sadar akan nasib bangsanya. Selain itu
sekolah tersebut terbuka bagi semua masyarakat pribumi dan tidak membedakan
dari kalangan mana pun. Tokoh-tokoh pribumi yang mendirikan sekolah kebangsaan
antara lain Ki Hajar Dewantara mendirikan Taman Siswa, Douwes Dekker mendirikan
Ksatrian School, dan Moh. Syafei mendirikan perguruan Indonesische
Nederlandsche School Kayu Tanam (INS Kayu Tanam).
f . Dominasi Ekonomi
Kaum Cina di Indonesia
Kaum pedagang keturunan
nonpribumi, khususnya kaum pedagang Cina semakin membuat kesal para pedagang
pribumi. Puncak kekesalan kaum pedagang pribumi terjadi ketika keturunan Cina
mendirikan perguruan sendiri yakni Tionghoa Hwee Kwan pada tahun 1901.
Kekesalan tersebut diciptakan oleh Belanda untuk menimbulkan rasa iri hati
rakyat Indonesia kepada keturunan Cina. Cina diberi kesempatan untuk menguasai
bisnis eceran, pertokoan, dan menjadi kolektor pajak dari pemerintah Belanda.
Akibatnya kaum Cina menjadi lebih agresif. Peristiwa itu membangkitkan
persatuan yang kokoh di antara sesama pedagang pribumi untuk menghadapi secara
bersama pengaruh dari pedagang Cina.
g . Peranan Bahasa
Melayu
Di samping mayoritas
beragama Islam, bangsa Indonesia juga memiliki bahasa pergaulan umum (Lingua
Franca) yakni bahasa Melayu. Dalam perkembangannya, bahasa Melayu berubah
menjadi bahasa persatuan nasional Indonesia. Dengan posisi sebagai bahasa
pergaulan, bahasa Melayu menjadi sarana penting untuk menyosialisasikan
semangat kebangsaan dan nasionalisme ke seluruh pelosok Indonesia.
h. Istilah Indonesia
sebagai Identitas Nasional
Istilah ‘Indonesia‘ berasal
dari kata India (bahasa Latin untuk Hindia) dan kata nesos (bahasa Yunani untuk
kepulauan), sehingga kata Indonesia berarti Kepulauan Hindia. Istilah
Indonesia, Indonesisch dan Indonesier makin tersebar luas pemakaiannya setelah
banyak dipakai oleh kalangan ilmuwan seperti G.R. Logan, Adolf Bastian, van
Vollen Hoven, Snouck Hurgronje, dan lain-lain. Dalam tabel berikut akan
diuraikan perkembangan penggunaan istilah Indonesia.
2. Faktor Ekstern
Timbulnya pergerakan
nasional Indonesia di samping disebabkan oleh kondisi dalam negeri, juga ada
faktor yang berasal dari luar (ekstern). Berikut ini faktor-faktor ekstern yang
memberi dorongan dan energi terhadap lahirnya pergerakan nasional di Indonesia.
a. Kemenangan Jepang
atas Rusia
Selama ini sudah menjadi
suatu anggapan umum jika keperkasaan Eropa (bangsa kulit putih) menjadi simbol
superioritas atas bangsa-bangsa lain dari kelompok kulit berwarna. Hal itu
ternyata bukan suatu kenyataan sejarah. Perjalanan sejarah dunia menunjukkan
bahwa ketika pada tahun 1904-1905 terjadi peperangan antara Jepang melawan
Rusia, ternyata yang keluar sebagai pemenang dalam peperangan itu adalah
Jepang. Hal ini memberikan semangat juang terhadap para pelopor pergerakan
nasional di Indonesia.
b . Partai Kongres India
Dalam melawan Inggris di
India, kaum pergerakan nasional di India membentuk All India National Congress
(Partai Kongres India), atas inisiatif seorang Inggris Allan Octavian Hume pada
tahun 1885. Di bawah kepemimpinan Mahatma Gandhi, partai ini kemudian menetapkan
garis perjuangan yang meliputi Swadesi, Ahimsa, Satyagraha, dan Hartal. Keempat
ajaran Ghandi ini, terutama Satyagraha mengandung makna yang memberi banyak
inspirasi terhadap perjuangan di Indonesia.
c . Filipina di bawah
Jose Rizal
Filipina merupakan jajahan
Spanyol yang berlangsung sejak 1571 – 1898. Dalam perjalanan sejarah Filipina
muncul sosok tokoh yang bernama Jose Rizal yang merintis pergerakan nasional
dengan mendirikan Liga Filipina. Pada tahun 1892 Jose Rizal melakukan
perlawanan bawah tanah terhadap penindasan Spanyol. Tujuan yang ingin dicapai
adalah bagaimana membangkitkan nasionalisme Filipina dalam menghadapi
penjajahan Spanyol. Dalam perjuangannya Jose Rizal dihukum mati pada tanggal 30
Desember 1896, setelah gagal dalam pemberontakan Katipunan. Sikap patriotisme
dan nasionalisme yang ditunjukkan Jose Rizal membangkitkan semangat rela
berkorban dan cinta tanah air bagi para cendekiawan di Indonesia.
d . Gerakan Nasionalisme
Cina
Dinasti Manchu (Dinasti
Ching) memerintah di Cina sejak tahun 1644 sampai 1912. Dinasti ini dianggap
dinasti asing oleh bangsa Cina karena dinasti ini bukan keturunan bangsa Cina.
Masuknya pengaruh Barat menyebabkan munculnya gerakan rakyat yang menuduh bahwa
Dinasti Manchu sudah lemah dan bekerja sama dengan imperialis Barat. Oleh
karena itu muncul gerakan rakyat Cina untuk menentang penguasa asing yaitu para
imperialis Barat dan Dinansti Manchu yang juga dianggap penguasa asing.
Munculnya gerakan nasionalisme Cina diawali dengan terjadinya pemberontakan Tai
Ping (1850 – 1864) dan kemudian disusul oleh pemberontakan Boxer. Gerakan ini
ternyata berimbas semangatnya di tanah air Indonesia.
e . Gerakan Turki Muda
Gerakan nasionalisme di
Turki pada tahun 1908 dipimpin oleh Mustafa Kemal Pasha. Gerakannya dinamakan
Gerakan Turki Muda. Ia menuntut adanya pembaruan dan modernisasi di segala
sektor kehidupan masyarakatnya. Gerakan Turki Muda memberikan pengaruh politis
bagi pergerakan bangsa Indonesia sebab mengarah pada pembaruan-pembaruan dan
modernisasi.
C. Perkembangan Pergerakan
Nasional (Organisasi pergerakan nasional)
Masa pergerakan nasional di Indonesia ditandai
dengan berdirinya organisasi-organisasi pergerakan. Masa pergerakan nasional
(1908 - 1942), dibagi dalam tiga tahap berikut.
1. Masa pembentukan (1908 -
1920) berdiri organisasi seperti Budi Utomo, Sarekat Islam, dan Indische
Partij.
2. Masa
radikal/nonkooperasi (1920 - 1930), berdiri organisasi seperti Partai Komunis
Indonesia (PKI), Perhimpunan Indonesia (PI), dan Partai Nasional Indonesia
(PNI).
3. Masa moderat/kooperasi
(1930 - 1942), berdiri organisasi seperti Parindra, Partindo, dan Gapi. Di
samping itu juga berdiri organisasi keagamaan, organisasi pemuda, dan
organisasi perempuan.
Pada tahun 1906 Mas Ngabehi Wahidin
Sudirohusodo, merintis mengadakan kampanye menghimpun dana pelajar (Studie
Fund) di kalangan priyayi di Pulau Jawa. Upaya dr. Wahidin ini bertujuan untuk
meningkatkan martabat rakyat dan membantu para pelajar yang kekurangan dana.
Dari kampanye tersebut akhirnya pada tanggal 20 Mei 1908 berdiri organisasi
Budi Utomo dengan ketuanya Dr. Sutomo. Organisasi Budi Utomo artinya usaha
mulia. Pada mulanya Budi Utomo bukanlah sebuah partai politik. Tujuan utamanya
adalah kemajuan bagi Hindia Belanda. Hal ini terlihat dari tujuan yang hendak
dicapai yaitu perbaikan pelajaran di sekolah-sekolah, mendirikan badan wakaf
yang mengumpulkan tunjangan untuk kepentingan belanja anak-anak bersekolah,
membuka sekolah pertanian, memajukan teknik dan industri, menghidupkan kembali
seni dan kebudayaan bumi putera, dan menjunjung tinggi cita-cita kemanusiaan
dalam rangka mencapai kehidupan rakyat yang layak.
Kongres Budi Utomo yang
pertama berlangsung di Yogyakarta pada tanggal 3 Oktober – 5 Oktober 1908.
Kongres ini dihadiri beberapa cabang yaitu Bogor, Bandung, Yogya I, Yogya II,
Magelang, Surabaya, dan Batavia. Dalam kongres yang pertama berhasil diputuskan
beberapa hal berikut.
a. Membatasi jangkauan
geraknya kepada penduduk Jawa dan Madura.
b. Tidak melibatkan diri
dalam politik.
c. Bidang kegiatan adalah
bidang pendidikan dan budaya.
d. Menyusun pengurus
besar organisasi yang diketuai oleh R.T. Tirtokusumo.
e. Merumuskan tujuan
utama Budi Utomo yaitu kemajuan yang selaras untuk negara dan bangsa.
Terpilihnya R.T.
Tirtokusumo yang seorang bupati sebagai ketua rupanya dimaksudkan agar lebih
memberikan kekuatan pada Budi Utomo. Kedudukan bupati memberi dampak positif
dalam rangka menggalang dana dan keanggotaan dari Budi Utomo. Untuk usaha
memantapkan keberadaan Budi Utomo diusahakan untuk segera mendapatkan badan
hukum dari pemerintah Belanda. Hal ini terealisasi pada tanggal 28 Desember
1909, anggaran dasar Budi Utomo disahkan. Dalam perkembangannya, di tubuh Budi
Utomo muncul dua
aliran berikut.
aliran berikut.
a. Pihak kanan, berkehendak supaya keanggotaan
dibatasi pada golongan terpelajar saja, tidak
bergerak dalam lapangan politik dan hanya membatasi pada pelajaran sekolah
saja.
b. Pihak kiri, yang jumlahnya lebih kecil terdiri dari kaum muda berkeinginan ke arah gerakan kebangsaan yang demokratis, lebih memerhatikan nasib rakyat yang menderita.
b. Pihak kiri, yang jumlahnya lebih kecil terdiri dari kaum muda berkeinginan ke arah gerakan kebangsaan yang demokratis, lebih memerhatikan nasib rakyat yang menderita.
Adanya dua aliran dalam
tubuh Budi Utomo menyebabkan terjadinya perpecahan. Dr. Cipto Mangunkusumo yang
mewakili kaum muda keluar dari keanggotaan. Akibatnya gerak Budi Utomo semakin
lamban. Berikut ini ada beberapa faktor yang menyebabkan semakin lambannya Budi
Utomo.
a. Budi Utomo cenderung memajukan pendidikan
untuk kalangan priyayi daripada penduduk umumnya.
b. Lebih mementingkan pemerintah kolonial
Belanda dari pada kepentingan rakyat Indonesia.
c. Menonjolnya kaum priyayi yang lebih
mengutamakan jabatan menyebabkan kaum terpelajar tersisih.
Ketika meletus Perang
Dunia I tahun 1914, Budi Utomo mulai terjun dalam bidang politik. Berikut ini
beberapa bentuk peran politik Budi Utomo.
a. Melancarkan isu
pentingnya pertahanan sendiri dari serangan bangsa lain.
b. Menyokong gagasan
wajib militer pribumi.
c. Mengirimkan komite
Indie Weerbaar ke Belanda untuk pertahanan Hindia.
d. Ikut duduk dalam
Volksraad (Dewan Rakyat).
e. Membentuk Komite
Nasional untuk menghadapi pemilihan anggota volksraad.
Budi Utomo mampu
menerbitkan majalah bulanan Goeroe Desa yang memiliki kiprah masih terbatas di
kalangan penduduk pribumi. Sejalan dengan kemerosotan aktivitas dan dukungan
pribumi pada Budi Utomo, maka pada tahun 1935 Budi Utomo mengadakan fusi ke
dalam Partai Indonesia Raya (Parindra). Sejak itu BU terus mengalami
kemerosotan dan mundur dari arena politik.
Pada mulanya Sarekat Islam adalah sebuah
perkumpulan para pedagang yang bernama Sarekat Dagang Islam (SDI). Pada tahun
1911, SDI didirikan di kota Solo oleh H. Samanhudi sebagai suatu koperasi
pedagang batik Jawa. Garis yang diambil oleh SDI adalah kooperasi, dengan
tujuan memajukan perdagangan Indonesia di bawah panji-panji Islam. Keanggotaan SDI
masih terbatas pada ruang lingkup pedagang, maka tidak memiliki anggota yang
cukup banyak. Oleh karena itu agar memiliki anggota yang banyak dan luas ruang
lingkupnya, maka pada tanggal 18 September 1912, SDI diubah menjadi SI (Sarekat
Islam).
Organisasi Sarekat Islam
(SI) didirikan oleh beberapa tokoh SDI seperti H.O.S Cokroaminoto, Abdul Muis,
dan H. Agus Salim. Sarekat Islam berkembang pesat karena bermotivasi agama
Islam. Latar belakang ekonomi berdirinya Sarekat Islam adalah:
a.perlawanan terhadap para pedagang perantara
(penyalur) oleh orang Cina,
b. isyarat pada umat Islam bahwa telah tiba waktunya untuk menunjukkan kekuatannya, dan
c. membuat front melawan semua penghinaan terhadap rakyat bumi putera.
b. isyarat pada umat Islam bahwa telah tiba waktunya untuk menunjukkan kekuatannya, dan
c. membuat front melawan semua penghinaan terhadap rakyat bumi putera.
Tujuan yang ingin
dicapai sesuai dengan anggaran dasarnya adalah:
a. mengembangkan jiwa
berdagang,
b. memberi bantuan kepada
anggotanya yang mengalami kesukaran,
c. memajukan pengajaran dan
semua yang mempercepat naiknya derajat bumi putera,
d. menentang
pendapat-pendapat yang keliru tentang agama Islam,
e. tidak bergerak dalam
bidang politik, dan
f.
menggalang persatuan umat Islam hingga saling
tolong menolong.
Kecepatan tumbuhnya SI
bagaikan meteor dan meluas secara horizontal. SI merupakan organisasi massa
pertama di Indonesia. Antara tahun 1917 sampai dengan 1920 sangat terasa
pengaruhnya di dalam politik Indonesia. Untuk menyebarkan propaganda
perjuangannya, Sarekat Islam menerbitkan surat kabar yang bernama Utusan
Hindia.
Pada tanggal 29 Maret
1913, para pemimpin SI mengadakan pertemuan dengan Gubernur Jenderal Idenburg
untuk memperjuangkan SI berbadan hukum. Jawaban dari Idenburg pada tanggal 29
Maret 1913, yaitu SI di bawah pimpinan H.O.S Cokroaminoto tidak diberi badan
hukum. Ironisnya yang mendapat pengakuan pemerintah kolonial Belanda (Gubernur
Jenderal Idenburg) justru cabang-cabang SI yang ada di daerah. Ini suatu taktik
pemerintah kolonial Belanda dalam memecah belah persatuan SI. Bayangan
perpecahan muncul dari pandangan yang berbeda antara H.O.S Cokroaminoto dengan
Semaun mengenai kapitalisme. Menurut Semaun yang memiliki pandangan sosialis,
bergandeng dengan kapitalis adalah haram. Dalam kongres SI yang dilaksanakan
tahun 1921, ditetapkan adanya disiplin partai rangkap anggota. Setiap anggota
SI tidak boleh merangkap sebagai anggota organisasi lain terutama yang
beraliran komunis. Akhirnya SI pecah menjadi dua yaitu SI Putih dan SI Merah.
a. SI Putih, yang tetap berlandaskan
nasionalisme dan Islam. Dipimpin oleh H.O.S. Cokroaminoto, H. Agus Salim, dan
Suryopranoto yang berpusat di Yogyakarta.
b. SI Merah, yang berhaluan sosialisme kiri (komunis). Dipimpin oleh Semaun, yang berpusat di Semarang.
b. SI Merah, yang berhaluan sosialisme kiri (komunis). Dipimpin oleh Semaun, yang berpusat di Semarang.
Dalam kongresnya di
Madiun, SI Putih berganti nama menjadi Partai Sarekat Islam (PSI). Kemudian
pada tahun 1927 berubah lagi menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII).
Sementara itu, SI Sosialis/Komunis berganti nama menjadi Sarekat Rakyat (SR)
yang merupakan pendukung kuat Partai Komunis Indonesia (PKI).
IP didirikan pada tanggal 25 Desember 1912 di
Bandung oleh tokoh Tiga Serangkai, yaitu E.F.E Douwes Dekker, Dr. Cipto
Mangunkusumo, dan Suwardi Suryaningrat. Pendirian IP ini dimaksudkan untuk
mengganti Indische Bond yang merupakan organisasi orang-orang Indo dan Eropa di
Indonesia. Hal ini disebabkan adanya keganjilan-keganjilan yang terjadi
(diskriminasi) khususnya antara keturunan Belanda totok dengan orang Belanda
campuran (Indo). IP sebagai organisasi campuran menginginkan adanya kerja sama
orang Indo dan bumi putera. Hal ini disadari benar karena jumlah orang Indo
sangat sedikit, maka diperlukan kerja sama dengan orang bumi putera agar
kedudukan organisasinya makin bertambah kuat.
Di samping itu juga
disadari betapa pun baiknya usaha yang dibangun oleh orang Indo, tidak akan
mendapat tanggapan rakyat tanpa adanya bantuan orang-orang bumi putera. Perlu
diketahui bahwa E.F.E Douwes Dekker dilahirkan dari keturunan campuran, ayah
Belanda, ibu seorang Indo. Indische Partij merupakan satu-satunya organisasi
pergerakan yang secara terang-terangan bergerak di bidang politik dan ingin
mencapai Indonesia merdeka. Tujuan Indische Partij adalah untuk membangunkan
patriotisme semua indiers terhadap tanah air. IP menggunakan media majalah Het
Tijdschrifc dan surat kabar ‘De Expres’ pimpinan E.F.E Douwes Dekker sebagai
sarana untuk membangkitkan rasa kebangsaan dan cinta tanah air Indonesia.
Tujuan dari partai ini benar-benar revolusioner karena mau mendobrak kenyataan
politik rasial yang dilakukan pemerintah kolonial. Tindakan ini terlihat nyata
pada tahun 1913. Saat itu pemerintah Belanda akan mengadakan peringatan 100
tahun bebasnya Belanda dari tangan Napoleon Bonaparte (Prancis). Perayaan ini
direncanakan diperingati juga oleh pemerintah Hindia Belanda. Adalah suatu yang
kurang pas di mana suatu negara penjajah melakukan upacara peringatan
pembebasan dari penjajah pada suatu bangsa yang dia sebagai penjajahnya. Hal
yang ironis ini mendatangkan cemoohan termasuk dari para pemimpin Indische
Partij. R.M. Suwardi Suryaningrat menulis artikel bernada sarkastis yang
berjudul ‘Als ik een Nederlander was’, Andaikan aku seorang Belanda. Akibat
dari tulisan itu R.M. Suwardi Suryaningrat ditangkap. Menyusul sarkasme dari
Dr. Cipto Mangunkusumo yang dimuat dalam De Express tanggal 26 Juli 1913 yang
diberi judul Kracht of Vrees?, berisi tentang kekhawatiran, kekuatan, dan
ketakutan. Dr. Tjipto pun ditangkap, yang membuat rekan dalam Tiga Serangkai,
E.F.E. Douwes Dekker turut mengkritik dalam tulisannya di De Express tanggal 5
Agustus 1913 yang berjudul Onze Helden: Tjipto Mangoenkoesoemo en Soewardi Soerjaningrat,
Pahlawan kita: Tjipto Mangoenkoesoemo dan Soewardi Soerjaningrat.
Kecaman-kecaman yang menentang pemerintah Belanda menyebabkan ketiga tokoh dari
Indische Partij ditangkap. Pada tahun 1913 mereka diasingkan ke Belanda. Namun
pada tahun 1914 Cipto Mangunkusumo dikembalikan ke Indonesia karena sakit.
Sedangkan Suwardi Suryaningrat dan E.F.E. Douwes Dekker baru kembali ke
Indonesia pada tahun 1919. Suwardi Suryaningrat terjun dalam dunia pendidikan,
dikenal sebagai Ki Hajar Dewantara, mendirikan perguruan Taman Siswa. E.F.E
Douwes Dekker juga mengabdikan diri dalam dunia pendidikan dan mendirikan
yayasan pendidikan Ksatrian Institute di Sukabumi pada tahun 1940. Dalam
perkembangannya, E.F.E Douwes Dekker ditangkap lagi dan dibuang ke Suriname,
Amerika Latin.
BAB II
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Dari apa yang telah
dipaparkan dapat disimpulkan bahwa:
1.
Pergerakan nasional Indonesia muncul akibat kesatuan nasib yang ingin
merdeka dan penderitaan rakyat Indonesia akibat penjajahan Belanda.
2.
Organisasi-organisasi pergerakan nasional muncul karena keinginan untuk
memperjuangkan kemerdekaan bagi Indonesia.
3.
Kemerdekaan yang dicapai Indonesia saat ini tidak lepas dari perjuangan
para tokoh ataupun organisasi-orgnisasi yang meluangkan semua pikiran dan
tenaganya demi sebuah kemerdekaan Indonesia.
B.
SARAN
Bangsa Indonesia harus
bersyukur atas kemerdekaan Indonesia yang dicapai dari proses yang panjang dan
melelahkan. Oleh karena itu sebagai penerus bangsa hendaknya kita melanjutkan
perjuangan atau cita-cita para pejuang dalam pergerakan nasional demi sebuah
kemerdekaan yang sebenarnya.Dan menjadiakan hari esok sebagai pembuktian
lahirnya pemuda-pemuda pergerakan Nasional Indonesia yang rela berjuang demi
bangsa dan Negara. Dan para pemuda di Indonesia harus membuktikan bahwa bangsa
Indonesia dapat bersaing dengan Negara-negara yang lebih maju.